Rexi langsung terbangun dari tidurnya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan.
"Astaga! Mimpi itu lagi?! Padahal, udah lama gue enggak mimpi itu!" serunya kaget.
"Kok, mimpi itu tiba-tiba muncul lagi?!" tanya Rexi lagi.
Rexi berusaha untuk mengingat sesuatu melalui mimpi itu, tetapi dia malah merasakan perih pada kepalanya.
"Aww!" ringisnya.
"Kok, sakit, sih?" gumamnya bertanya.
Rexi perlahan berdiri dari posisinya dan berjalan sempoyongan menuju dapur. Al yang melihat Rexi masuk dapur hanya menatap perempuan itu dengan santai sambil meneguk air putihnya dengan tenang.
"Sshh ... Kok, masih sakit, sih?" tanya Rexi pelan.
Rexi perlahan kembali bergerak, tetapi dia hampir terjatuh. Untung saja Al menahan pinggangnya dengan cepat.
Kedua tangan Rexi tiba-tiba bergerak untuk meraba-raba pipi Al, detik berikutnya Al membulatkan matan
"Gue janji. Pas istirahat nanti, gue bawa lo ke rumah sakit," kata Al lembut saat setelah dia membaringkan Rexi di atas kasur UKS sekolahnya.Muach!Al memberikan kecupan singkat pada ujung bibir Rexi, lalu kemudian berlari keluar kelas karena dia sudah terlambat satu mata pelajaran.Sekitar beberapa menit Al pergi dari UKS itu, Rexi langsung tersadar dari pingsannya.Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali, lalu kemudian menumpahkan air matanya dengan deras."Alo ... Eci ..." lirihnya pelan sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.***Kini waktu istirahat telah tiba. Al kali ini tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sekolah, melainkan dia yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga Rexi di UKS.Rexi berbaring dengan cepat saat dia sadar kalau Al akan berjalan masuk UKS untuk menemaninya.Benar dengan ap
Usai mengunci pintu kamar Al. Rexi menatap kakak tirinya itu dengan mata memicing. Dia punya ide jahil."Satu ... Dua ... Tiga!"Usai menghitung di dalam hatinya, Rexi langsung melompat dengan tinggi dan berakhir dia yang menindih tubuh Al."Yakh!" teriak Al kesal. Dia juga menatap Rexi dengan begitu tajam."Lo apa-apaan, sih?!" tanya si tampan kesal."Lo kenapa makin manja gini, sih?!" tanya Al tak habis pikir."Biarin aja! Kan, sama kakak sendiri?!" kesal Rexi.Al terdiam beberapa detik, lalu kemudian menghela napas panjang."Terserah, Rex. Terserah lo aja," kata Al pasrah.Rexi mengeratkan pelukannya pada tubuh Al dan tak butuh waktu lama dia tertidur di atas tubuh sang kakak.Al melirik ke arah Rexi yang tertidur pulas, lalu kemudian dia mengelus lembut puncak kepala adik tirinya itu."Lo enggak
Al terduduk di kursi kelasnya sambil memegangi kedua bibirnya dengan pelan. Bahkan sesekali dia mengusap bibirnya itu dengan pelan pula.Tiba-tiba saja bibir Al tersenyum tipis tanpa sepengetahuan pemiliknya."Nih anak kenapa, sih? Ngapain dia senyam-senyum enggak jelas?" tanya Deian di dalam hatinya saat melihat tingkah Al yang tak biasanya.Tuk!Al tersentak kaget karena Deian yang tiba-tiba menepuk pundaknya dengan sedikit keras. Dia langsung menatap Deian dengan tatapan datarnya."Heh! Lo kenapa senyam-senyum sendiri?!" tanya Deian."Kesurupan lo?!" tanya Deian lagi."Gila!" jawab Al asal sambil mendengkus kesal karena Deian yang mengira kalau dirinya sedang kesurupan.***"Kita duduk di mana nih? Udah full semua," kata Nina usai mengedarkan pandangannya untuk mencari meja dan kursi kosong yang ada di kantin sekolahnya.
"Lo dari mana? Bahkan, sampai jam pulang. Lo enggak masuk kelas!" tanya Al tegas."Lo bisa buat enggak ngebentak, enggak?" tanya Rexi datar."Enggak bisa!" bentak Al."Lo dari mana?!" tanya Al lagi dengan keras."Cih!" Rexi mendecih sinis.Perlahan Rexi membalikkan badannya dan berniat berjalan menjauhi Al, tetapi Al kembali menahannya dengan cara menarik pergelangan tangannya dengan begitu kasar."Apa-apaan, sih?!" tanya Rexi emosi.Al tidak menggubris sikap protes Rexi. Dia malah lebih memilih untuk memaksa Rexi masuk mobilnya.Rexi memberontak dengan keras dan berusaha untuk keluar dari dalam mobil Al, tetapi Al malah mengunci pintu mobilnya secara otomatis. Membuat Rexi tak dapat berkutik lagi.Al menancap gas mobilnya dengan laju tinggi."Lo gila, Al!" teriak Rexi emosi dan pastinya tidak dipedulikan oleh Al.
Rexi tengah duduk di balkon kamarnya dengan mata yang menatap bintang di malam hari itu dengan tenang.Terkadang senyum kecut terulas pada bibir mungilnya dan terkadang juga kedua bola mata indahnya berkaca-kaca saat dia mengingat, di mana cinta pertamanya sudah berciuman dengan wanita lain. Dan parahnya, orang yang dia cium adalah sahabat akrabnya sendiri.Ya. Rexi mengakui kalau yang dikatakan oleh orang-orang, cinta itu indah. Tapi, itu bagi kalian saja yang kisah percintaannya berjalan lurus dan harmonis. Sangat beda dengan Rexi yang kisah kasih percintaannya jauh dari kata harmonis."Menurut gue, cinta itu layaknya sebuah duri. Semakin lo tekan, semakin lo sakit. Itu definisi cinta menurut gue," batin Rexi sambil tersenyum kecut.Rexi menekuk kedua lututnya sambil menenggelamkan seluruh wajahnya pada tekukan lututnya itu.Bagaikan mengerti dengan keadaan Rexi, hujan tiba-tiba turun dengan begitu derasnya, bersamaan dengan air mata Rexi yang ju
"Ck! Kan, lo sama Renata boleh bertiga sama si Rexi di satu mobil," kata Ice menyarankan."Astaga, Bang. Gue, kan, udah bilang cuma berdua sama Renata? Bukan bertiga sama Rexi!" kesal Al.Rexi mengepalkan kedua tangannya secara diam-diam saat melihat pertentangan antara Al dan Ice."Bang Ice. Bang Al. Rexi berangkat sendiri aja," kata Rexi tiba-tiba."Tapi-"Ice langsung menggantung ucapannya saat Rexi langsung melangkah pergi begitu saja tanpa menunggu Ice menyelesaikan ucapannya.Sedangkan Al menatap kepergian Rexi dengan tatapannya yang sulit untuk diartikan. Dia tahu kalau Rexi tak terima akan kehadiran Renata di dalam kehidupannya dan kisah cinta rumit mereka. Tapi, mau bagaimana lagi? Al memang sudah menyukai Renata.Ice melirik ke arah Al dengan pandangan tak terima. Iya, dia tak terima kalau adiknya dinomor duakan seperti itu."Siapa Renata?" tanya ice di dalam hatinya dengan penasaran.***"Sialan! Argggg
"Guys! Ngopi, yuk!" seru Kiara."Udah lama banget kita enggak ke Starbucks," lanjutnya lagi."Gue, sih, ayo aja. Hari ini gue free juga, kok," sahut Nina."Kalau lo gimana, Rex?" tanya Nina."Gue ikut aja," jawab Rexi sambil tersenyum kecil. Lagipula, dia juga butuh refreshing untuk mengobati hatinya yang terluka karena mencintai Al, kan?"Terus, si Deian gimana?" tanya Nina sambil melirik ke arah Rexi."..."Rexi tidak menanggapi Renata, dia hanya bergeming di tempatnya tanpa menjawab apa yang dikatakan oleh Nina.***Nina, Kiara, Rexi dan bahkan Deian sekarang sudah berada di salah satu Starbucks yang cukup terkenal di kota Jakarta itu."Lo kenapa kelihatan lesu banget, sih, Rex? Padahal, si Deian ada loh ..." kata Nina sambil melirik ke arah Rexi."Si Deian lo anggurin juga tuh," sahut Kiara.Deian hanya tersenyum kecil saat mendengarkan penuturan dari Kiara dan Nina.Pandangan kedua bola m
Di pagi hari di kediaman keluarga Barack, tepatnya di ruang makan. Terlihat dua orang pria dan satu orang wanita yang sedang makan dengan begitu tenang."Bang ... Mommy sama Daddy di mana?" tanya Rexi."Lo nanya ke Abang lo yang mana?" tanya Al."Abang lo yang paling tua. Apa Abang lo yang paling tampan?" tanya Al sambil merapikan almamater sekolahnya dengan gaya yang begitu cool.Rexi yang melihat tingkah Al hanya bisa menahan rasa sakitnya di dalam hati untuk tidak berlarut dalam mencintai kakak tirinya sendiri."Gue tanyain lo. Soalnya kalau gue tanyain sama Ice pasti Ice enggak tahu. Bangunnya aja samaan sama gue," jawab Rexi santai kepada Al yang berhasil membuat Al terdiam."Bang Al. Kok diam?" tanya Rexi kepada Al.Al yang mendengar suara Rexi akhirnya sadar dari lamunannya."Ouh ... Abang enggak tahu. Soalnya, Abang juga baru bangun," kata Al pelan.Kini posisi terbalik. Sekarang Rexi yang terdiam saat mendengark
-INDONESIA - APARTEMEN ANGGARA - 20:12 -Anggara melihat Meki yang berbaju rapi turun dengan terburu-buru dari kamarnya."Mau ke mana lo?" tanya Anggara pada wanita berusia tiga puluh tahunan itu."Mama mau pergi ke rumah sakit," jawab Meki."Lo mau jenguk siapa?" tanya Anggara lagi."Papamu," jawab Meki."Ck! Lo stres atau gimana?! Bukannya bokap gue lagi di Singapura?! Sejak kapan rumah sakit yang di Singapura pindah ke Indonesia?!" seru Anggara meremehkan Meki."Papamu dipindahkan d
Indonesia, 10:49 -Anggara mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan panas antara Al dan Rexi. Ingin rasanya Anggara melayangkan tinjunya kepada Al, tetapi dengan cepat dia meredamkan semua niatnya demi menjaga image di depan Bellina, Barack dan Rexi.Anggara hanya tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangan di depan dadanya."Terima kasih karena sudah memberikan saya ilmu untuk praktek. Akan saya usahakan saat menikah dengan Rexi nanti, pembelajaran yang anda berikan kepada saya akan saya laksanakan lebih baik lagi daripada cara anda," kata Anggara dengan nada santai dan berhasil membuat emosi Al memuncak."Ang-"
Alvaro Addison!" teriak Barack.Al tidak memperdulikan teriakan Barack, tetapi membalasnya hanya dengan sebuah senyuman tipis.Dengan kasar Barack menarik kerah Al untuk mundur. Dan tarikan Barack berhasil menghentikan aktifitas Al yang melahap agresif bibir Rexi.Satu tamparan keras dari Barack berhasil melayang pada pipi kanan Al. Tak ada pergerakan dan respon dari Al setelah ditampar oleh Barack."Barack! Kamu kenapa menampar Al?!" tanya Bellina, lalu menarik Al ke dalam pelukannya."Harusnya kamu tahu, apa kesalahan anak kandungmu ini!" jawab Barack dengan suara membentak Bellina."Ya! Aku tahu apa kesalahan anakku! Tapi, kamu jangan pernah menyakiti fisiknya atau bahkan menamparnya, karena dia tidak pernah menyentuh bahkan menyakiti fisikmu!" balas Bellina marah."Kau membela anakmu yang jelas-jelas sudah bersalah?!" ta
Rumah sakit, 21:12 -"Apa yang terjadi dengan Rexi?!" tanya Barack dengan khawatir saat baru datang."Masih perduli lo sama anak sendiri?" sinis Al."Alvaro Addison! Jaga bicara kamu!" marah Barack.Alvaro mendecih sinis. Drama!"Bagaimana dengan keadaan Rexi, Bellina?" tanya Barack kepada sang istri."Rexi masih ada di dalam ruang pemeriksaan. Dokter sedang menanganinya. Kamu tenang saja, dia pasti tidak akan apa-apa," jawab Bellina lembut."Tapi, aku khawatir kalau ada hal yang buruk
Indonesia, 06:13 -Ice terbangun dari tidurnya, dia menguap dengan lebar.Pandangan mata pria itu teralih untuk menatap seorang wanita yang ada di sampingnya."Sial! Hampir aja gue kebablasan tadi malam!" kesal Ice pada dirinya sendiri yang penuh nafsu gila itu.Ice mengancing resleting celananya."Untung aja gue enggak keluar di dalam. Sekali keluar di dalam, efeknya besar. Cukup sekali aja gue ngelakuin hal gila itu!" keluhnya.Ice melirik ke arah Kiara, lalu bersandar di pintu mobilnya. Ah iya, malam tadi Ice dan Kiara hampir melakukan hubungan int
Dentuman musik di tempat hiburan malam itu menggema di telinga para pengunjungnya, termasuk Ice.Malam ini, Ice menghabiskan beberapa jam waktunya untuk menikmati beberapa botol minuman keras di salah satu club langganannya."Gue enggak habis pikir, kenapa Rexi mau banget sama cowok berengsek itu? Kalau memang anaknya butuh papa. Ya udah, cari aja cowok lain yang mau ganti posisi Al! Gampang, kan?!" omel Ice, lalu kembali meneguk alkoholnya.Mata Ice mengitari seisi club itu, bosan rasanya kalau hanya minum tanpa ada kawan bicara.Kedua mata Ice memicing saat tak jauh dari posisinya, dia melihat seorang wanita yang sangat dia kenal tengah menggunakan tank top mini
"Lo enggak bosan duduk di situ mulu sambil lihat bintang, Rex?" heran Al.Masalahnya, Rexi dari tadi hanya duduk di depan jendela kamarnya sambil menatap bintang-bintang di langit. Apa spesial nya coba?!"Diam, Al! Gue lagi fokus!" seru Rexi."Fokus apa?" tanya Al penasaran."Hitung bintangnya!" jawab Rexi antusias.Al mendengkus kesal sambil memutar kedua bola matanya dengan sangat malas. Ada-ada saja kelakuan ibu hamil satu ini."Sampai kiamat pun, lo enggak akan bisa buat hitung semua bintang yang ada di langit! Enggak ada yang bisa!" kata Al kesal.
Saat Al dan Rexi sedang enak-enaknya melakukan hubungan intim mereka, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Al.Al tersenyum tipis, lalu menekan remote control kamar Rexi dan membuat kuncian pintu itu terbuka otomatis.Mungkin karena malas menunggu sang pemilik kamar yang tak kunjung membuka pintu, si pengetuk akhirnya membuka pintu kamar Rexi dengan pelan.Kedua matanya membulat dengan begitu lebar saat mendapati Al dan Rexi berbaring di atas ranjang dengan pakaian setengah telanjang.Rexi yang sadar akan hal itu langsung buru-buru menutup seluruh tubuhnya dan tubuh Al menggunakan selimutnya."Sorry, udah ganggu kalian," kata si pengetuk.Al tersenyum sinis.Baru saja orang itu ingin pergi dari hadapan kamar Rexi, langkah kakinya terhenti saat Al memanggilnya."Anggara!" panggil Al."..."
"Jaga ucapan lo, Rexi Alexa! Dia papa kita!" bentak Ice memperingati sikap kurang ajar sang adik.Rexi menatap ke arah Ice."Semoga aja lo enggak ngerasain apa yang gue rasain ini, Bang," kata Rexi nanar."Lo jangan cap Al sebagai cowok berengsek, sedangkan lo juga sama seperti Al!" sinis Rexi."Lo ingat sama Kiara, kan? Lo jangan lupa sama Kiara," ujar Rexi menyindir.Iya, Rexi tahu kalau Kiara dan Ice sudah pernah melakukan seks sebelumnya. Jadi, apa bedanya Ice dan Al?"Kita lagi enggak bahas masalah Kiara!" seru Ice.Rexi berdeham malas sambil tersenyum menyeringai. Ice tak dapat berkutik.Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari kekacauan itu, tetapi Barack menahannya."Kamu mau ke mana, Rexi?!" tanya Barack."Mau pergi buat tenangin diri dari ayah yang engg