"Ck! Kan, lo sama Renata boleh bertiga sama si Rexi di satu mobil," kata Ice menyarankan.
"Astaga, Bang. Gue, kan, udah bilang cuma berdua sama Renata? Bukan bertiga sama Rexi!" kesal Al.
Rexi mengepalkan kedua tangannya secara diam-diam saat melihat pertentangan antara Al dan Ice.
"Bang Ice. Bang Al. Rexi berangkat sendiri aja," kata Rexi tiba-tiba.
"Tapi-"
Ice langsung menggantung ucapannya saat Rexi langsung melangkah pergi begitu saja tanpa menunggu Ice menyelesaikan ucapannya.
Sedangkan Al menatap kepergian Rexi dengan tatapannya yang sulit untuk diartikan. Dia tahu kalau Rexi tak terima akan kehadiran Renata di dalam kehidupannya dan kisah cinta rumit mereka. Tapi, mau bagaimana lagi? Al memang sudah menyukai Renata.
Ice melirik ke arah Al dengan pandangan tak terima. Iya, dia tak terima kalau adiknya dinomor duakan seperti itu.
"Siapa Renata?" tanya ice di dalam hatinya dengan penasaran.
***
"Sialan! Argggg
"Guys! Ngopi, yuk!" seru Kiara."Udah lama banget kita enggak ke Starbucks," lanjutnya lagi."Gue, sih, ayo aja. Hari ini gue free juga, kok," sahut Nina."Kalau lo gimana, Rex?" tanya Nina."Gue ikut aja," jawab Rexi sambil tersenyum kecil. Lagipula, dia juga butuh refreshing untuk mengobati hatinya yang terluka karena mencintai Al, kan?"Terus, si Deian gimana?" tanya Nina sambil melirik ke arah Rexi."..."Rexi tidak menanggapi Renata, dia hanya bergeming di tempatnya tanpa menjawab apa yang dikatakan oleh Nina.***Nina, Kiara, Rexi dan bahkan Deian sekarang sudah berada di salah satu Starbucks yang cukup terkenal di kota Jakarta itu."Lo kenapa kelihatan lesu banget, sih, Rex? Padahal, si Deian ada loh ..." kata Nina sambil melirik ke arah Rexi."Si Deian lo anggurin juga tuh," sahut Kiara.Deian hanya tersenyum kecil saat mendengarkan penuturan dari Kiara dan Nina.Pandangan kedua bola m
Di pagi hari di kediaman keluarga Barack, tepatnya di ruang makan. Terlihat dua orang pria dan satu orang wanita yang sedang makan dengan begitu tenang."Bang ... Mommy sama Daddy di mana?" tanya Rexi."Lo nanya ke Abang lo yang mana?" tanya Al."Abang lo yang paling tua. Apa Abang lo yang paling tampan?" tanya Al sambil merapikan almamater sekolahnya dengan gaya yang begitu cool.Rexi yang melihat tingkah Al hanya bisa menahan rasa sakitnya di dalam hati untuk tidak berlarut dalam mencintai kakak tirinya sendiri."Gue tanyain lo. Soalnya kalau gue tanyain sama Ice pasti Ice enggak tahu. Bangunnya aja samaan sama gue," jawab Rexi santai kepada Al yang berhasil membuat Al terdiam."Bang Al. Kok diam?" tanya Rexi kepada Al.Al yang mendengar suara Rexi akhirnya sadar dari lamunannya."Ouh ... Abang enggak tahu. Soalnya, Abang juga baru bangun," kata Al pelan.Kini posisi terbalik. Sekarang Rexi yang terdiam saat mendengark
Seseorang berjalan dengan cara mengendap-endap di dalam apartemen kediaman keluarga Barack di saat pas jam dua belas di malam hari.Klik!Tiba-tiba saja lampu ruang tamu apartemen dua lantai itu hidup. Seseorang menghidupkannya."Ekhem ... Mau ke mana?" tanya Ice yang tak lain adalah orang yang menghidupkan lampu ruang tamu apartemen.Sang pelaku yang ditanya langsung membulatkan kedua bola matanya dengan begitu lebar. Dia tak menyangka kalau masih ada satu anggota keluarga di dalam apartemen itu yang belum larut di dunia mimpinya."Rexi Alexa. Gue nanya sama lo," kata Ice. Dia perlahan berdiri dari duduknya."Lo mau ke mana?" tanya Ice lagi dengan nada suara mengintimidasinya."Ba ... Bang Ice ..." gumam Rexi kaget.Ic
"Ngapain ngajak gue ke sini kalau tadi ngelarang gue?" tanya Rexi malas."Bahkan, lo cap gue sebagai cewek murahan, kan? Minta gue lepasin semua baju gue," lanjut Rexi sinis.Grep!Ice tiba-tiba memeluk tubuh Rexi dengan begitu cepat. Membuat Rexi kaget saja."Maafin gue, karena gue tadi enggak ngertiin lo," kata Ice penuh penyesalan."Maaf. Maaf banget karena gue enggak peka banget buat jadi kakak," kata Ice lagi."Ma-""Enggak, kok," potong Rexi cepat. Dia membalas pelukan Ice dengan erat.Rexi melepaskan pelukannya perlahan dari tubuh Ice."Ayo kita pulang," kata Rexi lembut. Dia tersenyum manis kepada sang kakak."Enggak usah balik dulu lah. Kita nge-club dulu. Udah lama banget kita enggak nge-club bareng, kan?" kata Ice menawarkan."Gue ada masalah. Mau main di sini juga. Kayaknya enak banget,"
Ice dan Rexi sudah sampai di apartemen beberapa menit setelah menempuh perjalanan dari tempat hiburan malam itu."Bang. Gue mau ke kamar dulu, yah. Duluan, soalnya gue ngantuk banget ..." kata Rexi pelan. Dia menguap dengan begitu lebar."Ha?! Tumben banget lo enggak begadang, Rex?" tanya Ice heran."Hum ... Malam ..." kata Rexi. Dia tidak menggubris pertanyaan Ice.Muach!Rexi memberikan kecupan selamat malam untuk Ice. Tapi, diam-diam dia tersenyum menyeringai di belakang sana.Rexi berjalan cepat menuju kamarnya, bahkan dia mengunci pintu kamarnya dari dalam dengan cepat. Dia tak ingin ada orang yang akan mengganggu waktu enaknya untuk melampiaskan sesuatu di malam itu.Rexi melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamar mandi. Tangannya dia gerakkan untuk menyalakan shower dengan begitu deras."Hiks ... Hiks ... Hiks ... Iya, Bang. Iya! Gue lihat itu! Gue lihat semuanya, Bang!" seru Rexi histeria di dalam kamar mandi itu.
Usai kepergian Aksa, Al menatap Rexi dengan begitu tajam."Sejak kapan lo akrab sama dia?" tanya Alvaro dingin."Sejak gue patas hati untuk yang kesekian kalinya," jawab Rexi tenang. Dia bahkan menatap Alvaro dengan tatapan santainya.Rexi tersenyum tipis kepada Alvaro lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan Alvaro yang masih menatapnya dengan tatapan yang begitu kaget."Hah ..." helaan napas itu keluar dari mulut Alvaro."Rexi di mana?" tanya Ice yang baru saja turun dari tangga lantai dua."Udah pergi," jawab Alvaro."Ouh ..." Ice mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berjalan menuju dapur."Bang," panggil Alvaro sambil mengikuti Ice dari belakang."Kemarin di club, lo ke sana sama siapa?" tanya Alvaro."Rexi," jawab Ice tenang.Alvaro kaget bukan main saat mendengarkan jawaban dari Rexi."Kalau lo sama si Rexi. Jangan bilang-""Enggak. Rexi enggak lihat kelakuan sialan lo sama si cabe-cabean lokal itu
Masih Flashback -"Guys! Ngantin, yuk!" seru Nina antusias."Uhm ... Enggak deh. Gue enggak bisa. Gue ada urusan, soalnya," tolak Rexi gugup."Urusan apaan emangnya?" tanya Nina penasaran."Uhm ..." Rexi menggigit bibir bawahnya."Astaga, Rexi! Udah beberapa hari ini, kita berempat enggak makan bareng, yah!" kesal Kiara."Sorry ... Gue janji sama kalian bertiga. Besok, gue yang traktir," kata Rexi pada akhirnya.Rexi berlari cepat keluar dari kelas tanpa menunggu jawaban Nina, Kiara maupun Renata."Nina! Kiara!" seru Renata sambil menahan pergelangan tangan Nina dan Kiara.Nina maupun Kiara menatap Renata dengan tatapan keheranan. Sebelah alis mereka terangkat secara bersamaan."Ada sesuatu yang harus lo berdua ketahui," kata Renata."Apa?" tanya Kiara penasaran."Tentang Rexi dan A
Al menatap Rexi dengan tatapannya yang dibuat sedatar mungkin."Kenapa lo pingsan?" tanya Al dingin."Kenapa bibir gue basah?" balas Rexi bertanya.Al bergeming. Tidak mungkin dia bilang kalau dia memberikan Rexi nafas buatan, kan?"Kenapa lo pingsan?" ulang Al bertanya tanpa ada niat sedikitpun menjawab pertanyaan Rexi."Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Al!" tegas Rexi."Lo yang ngalihin topik pembicaraannya, Rex!" balas membentak."Kok, ngebentak?!" tanya Rexi emosi. Dia paling benci apabila dibentak seperti itu."Gue khawatir ..." balas Al pelan tanpa ragu.Degh!Jantung Rexi langsung bergemuruh. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa.Apakah dia harus bahagia karena Al khawatir padanya?Ataukah dia harus positif thinking kalau Al khawatir padanya karena dia hanya sebatas adik tiri saja?Ayolah ... Rexi sangat ingin kalau Al mengkhawatirkannya bukan sebagai adik semata. Tapi, seoran