"Ngapain ngajak gue ke sini kalau tadi ngelarang gue?" tanya Rexi malas.
"Bahkan, lo cap gue sebagai cewek murahan, kan? Minta gue lepasin semua baju gue," lanjut Rexi sinis.
Grep!
Ice tiba-tiba memeluk tubuh Rexi dengan begitu cepat. Membuat Rexi kaget saja.
"Maafin gue, karena gue tadi enggak ngertiin lo," kata Ice penuh penyesalan.
"Maaf. Maaf banget karena gue enggak peka banget buat jadi kakak," kata Ice lagi.
"Ma-"
"Enggak, kok," potong Rexi cepat. Dia membalas pelukan Ice dengan erat.
Rexi melepaskan pelukannya perlahan dari tubuh Ice.
"Ayo kita pulang," kata Rexi lembut. Dia tersenyum manis kepada sang kakak.
"Enggak usah balik dulu lah. Kita nge-club dulu. Udah lama banget kita enggak nge-club bareng, kan?" kata Ice menawarkan.
"Gue ada masalah. Mau main di sini juga. Kayaknya enak banget,"
Ice dan Rexi sudah sampai di apartemen beberapa menit setelah menempuh perjalanan dari tempat hiburan malam itu."Bang. Gue mau ke kamar dulu, yah. Duluan, soalnya gue ngantuk banget ..." kata Rexi pelan. Dia menguap dengan begitu lebar."Ha?! Tumben banget lo enggak begadang, Rex?" tanya Ice heran."Hum ... Malam ..." kata Rexi. Dia tidak menggubris pertanyaan Ice.Muach!Rexi memberikan kecupan selamat malam untuk Ice. Tapi, diam-diam dia tersenyum menyeringai di belakang sana.Rexi berjalan cepat menuju kamarnya, bahkan dia mengunci pintu kamarnya dari dalam dengan cepat. Dia tak ingin ada orang yang akan mengganggu waktu enaknya untuk melampiaskan sesuatu di malam itu.Rexi melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamar mandi. Tangannya dia gerakkan untuk menyalakan shower dengan begitu deras."Hiks ... Hiks ... Hiks ... Iya, Bang. Iya! Gue lihat itu! Gue lihat semuanya, Bang!" seru Rexi histeria di dalam kamar mandi itu.
Usai kepergian Aksa, Al menatap Rexi dengan begitu tajam."Sejak kapan lo akrab sama dia?" tanya Alvaro dingin."Sejak gue patas hati untuk yang kesekian kalinya," jawab Rexi tenang. Dia bahkan menatap Alvaro dengan tatapan santainya.Rexi tersenyum tipis kepada Alvaro lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan Alvaro yang masih menatapnya dengan tatapan yang begitu kaget."Hah ..." helaan napas itu keluar dari mulut Alvaro."Rexi di mana?" tanya Ice yang baru saja turun dari tangga lantai dua."Udah pergi," jawab Alvaro."Ouh ..." Ice mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berjalan menuju dapur."Bang," panggil Alvaro sambil mengikuti Ice dari belakang."Kemarin di club, lo ke sana sama siapa?" tanya Alvaro."Rexi," jawab Ice tenang.Alvaro kaget bukan main saat mendengarkan jawaban dari Rexi."Kalau lo sama si Rexi. Jangan bilang-""Enggak. Rexi enggak lihat kelakuan sialan lo sama si cabe-cabean lokal itu
Masih Flashback -"Guys! Ngantin, yuk!" seru Nina antusias."Uhm ... Enggak deh. Gue enggak bisa. Gue ada urusan, soalnya," tolak Rexi gugup."Urusan apaan emangnya?" tanya Nina penasaran."Uhm ..." Rexi menggigit bibir bawahnya."Astaga, Rexi! Udah beberapa hari ini, kita berempat enggak makan bareng, yah!" kesal Kiara."Sorry ... Gue janji sama kalian bertiga. Besok, gue yang traktir," kata Rexi pada akhirnya.Rexi berlari cepat keluar dari kelas tanpa menunggu jawaban Nina, Kiara maupun Renata."Nina! Kiara!" seru Renata sambil menahan pergelangan tangan Nina dan Kiara.Nina maupun Kiara menatap Renata dengan tatapan keheranan. Sebelah alis mereka terangkat secara bersamaan."Ada sesuatu yang harus lo berdua ketahui," kata Renata."Apa?" tanya Kiara penasaran."Tentang Rexi dan A
Al menatap Rexi dengan tatapannya yang dibuat sedatar mungkin."Kenapa lo pingsan?" tanya Al dingin."Kenapa bibir gue basah?" balas Rexi bertanya.Al bergeming. Tidak mungkin dia bilang kalau dia memberikan Rexi nafas buatan, kan?"Kenapa lo pingsan?" ulang Al bertanya tanpa ada niat sedikitpun menjawab pertanyaan Rexi."Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Al!" tegas Rexi."Lo yang ngalihin topik pembicaraannya, Rex!" balas membentak."Kok, ngebentak?!" tanya Rexi emosi. Dia paling benci apabila dibentak seperti itu."Gue khawatir ..." balas Al pelan tanpa ragu.Degh!Jantung Rexi langsung bergemuruh. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa.Apakah dia harus bahagia karena Al khawatir padanya?Ataukah dia harus positif thinking kalau Al khawatir padanya karena dia hanya sebatas adik tiri saja?Ayolah ... Rexi sangat ingin kalau Al mengkhawatirkannya bukan sebagai adik semata. Tapi, seoran
- Rooftop Sekolah, 13:47 PM -"Rex .... Jelasin semuanya sama gue," kata Deian."Jelasin yang mana?" tanya Rexi."Apa maksud lo yang bilang mau double date sama Al tadinya?" tanya Deian.Rexi memutar kedua bola matanya dengan begitu malas."Bukannya, dulu lo nembak gue dan minta gue buat jadi pacar lo, Dei? Jadi, gue terima, kan?" jawab Rexi malas.Deian menggelengkan kepalanya."Hah ... Maaf, Rex. Gue enggak bisa. Gue enggak bisa kalau lo jadiin gue sebagai pelarian lo," kata Deian.Rexi menghela napas panjang."Maka dari itu, Dei. Tolong ... Tolong bantu gue, Dei. Buat gue lupa sama Al, Dei ..." lirih Rexi sambil menundukkan kepalanya.Deian tersenyum tipis."Untuk apa, Rex? Untuk apa gue bantu lo buat lupa sama Al? Semuanya bakalan sia-sia, Rex. Apapun yang enggak lo sukai dan lo paksa dengan cara kayak gini. Bukan cuma lo doang yang hancur, Rex. Tapi, gue juga," kata Deian pelan."Tolong, Dei. To
"Kalau memang sudah benar-benar hilang. Kumohon, hargai perasaanku yang masih ada."- Kakakku Yang Berengsek -***Sepasang kekasih yang masih tengah mengatur deru nafas berbaring di atas ranjang king size dalam posisi berpelukan. Selimut putih tebal itu menutupi tubuh telanjang mereka.Muach!Kecupan itu berhasil melayang pada kening Renata. Renata menggeliat pelan saat Al sedikit mengganggu waktu istirahatnya selepas berhubungan intim dengan Al.Ya. Renata dan Al beberapa menit yang lalu sudah melakukan hubungan badan, sex.Al mengambil bajunya yang tergeletak di atas lantai, lalu kemudian menggunakannya. Al sekilas melirik ke arah Renata yang masih berbaring dalam keadaan mata tertutup."Gue enggak tahu, yang gue lakuin sekarang ini benar atau enggak. Gue lakuin ini demi nyelamatin nyawa Renata. Enggak ada jalan lain
Bukan hanya cinta yang bisa membuat seseorang bahagia. Tapi, saudara sedarah juga bisa.- Kakakku Yang Berengsek -- Written By Fitriani Nastar -***Ice bersandar pada dinding kamar Rexi sambil menghela napas dengan begitu berat."Hah ... Rexi ... Buat jadi lo emang sulit banget buat mencintai orang yang enggak akan pernah ngebales perasaan lo. Mencintai sesuatu yang enggak mungkin," batin Ice, sekilas dia melirik ke arah kamar Al."Hah ... Gue berharap, lo nemuin kebahagiaan lo, Dek," lanjut Ice di dalam hatinya.Ice menundukkan kepalanya dengan begitu dalam. Tiba-tiba dia teringat akan mendiang mamanya."Mama ... Ice minta maaf sebesar-besarnya. Ice enggak bisa jaga Eci untuk enggak menangis. Dan Ice, buat Eci luka kayak gini, Ma ..." lirih Ice di dalam hatinya.Ya. Ice tadinya lewat di depan pintu kamar Rexi d
Ice dan Rexi masih setia untuk saling berpelukan di balik selimut satu sama lain."Hangat dan nyaman. Rexi suka pelukan Bang Ice," kata Rexi pelan."Ck! Gue tahu, kok, kalau pelukan gue emang senyaman itu. Nyaman banget malahan, kan?" kata Ice sombong."Iya, Bang. Pelukan lo emang nyaman banget, Bang," jawab Rexi membenarkan."Tapi, enggak sehangat pelukannya Al," lanjut Rexi di dalam hatinya dengan begitu sedih.Rexi menghela napas panjang, tanpa dia sadari kalau dia tak sengaja memasang ekspresi sedihnya."Ngapain wajah lo kayak gitu?" tanya Ice dan berhasil membuat Rexi kaget."Loh! Bang Ice belum bobok?!" tanya Rexi kaget."Anjir! Bahasa lo, ngapain pakai bahasa bobok?!" tanya Ice geli sambil tertawa geli."Ck! Kan, tadi lo sendiri yang bilang sama gue ..." Rexi menjeda ucapannya. 
-INDONESIA - APARTEMEN ANGGARA - 20:12 -Anggara melihat Meki yang berbaju rapi turun dengan terburu-buru dari kamarnya."Mau ke mana lo?" tanya Anggara pada wanita berusia tiga puluh tahunan itu."Mama mau pergi ke rumah sakit," jawab Meki."Lo mau jenguk siapa?" tanya Anggara lagi."Papamu," jawab Meki."Ck! Lo stres atau gimana?! Bukannya bokap gue lagi di Singapura?! Sejak kapan rumah sakit yang di Singapura pindah ke Indonesia?!" seru Anggara meremehkan Meki."Papamu dipindahkan d
Indonesia, 10:49 -Anggara mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan panas antara Al dan Rexi. Ingin rasanya Anggara melayangkan tinjunya kepada Al, tetapi dengan cepat dia meredamkan semua niatnya demi menjaga image di depan Bellina, Barack dan Rexi.Anggara hanya tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangan di depan dadanya."Terima kasih karena sudah memberikan saya ilmu untuk praktek. Akan saya usahakan saat menikah dengan Rexi nanti, pembelajaran yang anda berikan kepada saya akan saya laksanakan lebih baik lagi daripada cara anda," kata Anggara dengan nada santai dan berhasil membuat emosi Al memuncak."Ang-"
Alvaro Addison!" teriak Barack.Al tidak memperdulikan teriakan Barack, tetapi membalasnya hanya dengan sebuah senyuman tipis.Dengan kasar Barack menarik kerah Al untuk mundur. Dan tarikan Barack berhasil menghentikan aktifitas Al yang melahap agresif bibir Rexi.Satu tamparan keras dari Barack berhasil melayang pada pipi kanan Al. Tak ada pergerakan dan respon dari Al setelah ditampar oleh Barack."Barack! Kamu kenapa menampar Al?!" tanya Bellina, lalu menarik Al ke dalam pelukannya."Harusnya kamu tahu, apa kesalahan anak kandungmu ini!" jawab Barack dengan suara membentak Bellina."Ya! Aku tahu apa kesalahan anakku! Tapi, kamu jangan pernah menyakiti fisiknya atau bahkan menamparnya, karena dia tidak pernah menyentuh bahkan menyakiti fisikmu!" balas Bellina marah."Kau membela anakmu yang jelas-jelas sudah bersalah?!" ta
Rumah sakit, 21:12 -"Apa yang terjadi dengan Rexi?!" tanya Barack dengan khawatir saat baru datang."Masih perduli lo sama anak sendiri?" sinis Al."Alvaro Addison! Jaga bicara kamu!" marah Barack.Alvaro mendecih sinis. Drama!"Bagaimana dengan keadaan Rexi, Bellina?" tanya Barack kepada sang istri."Rexi masih ada di dalam ruang pemeriksaan. Dokter sedang menanganinya. Kamu tenang saja, dia pasti tidak akan apa-apa," jawab Bellina lembut."Tapi, aku khawatir kalau ada hal yang buruk
Indonesia, 06:13 -Ice terbangun dari tidurnya, dia menguap dengan lebar.Pandangan mata pria itu teralih untuk menatap seorang wanita yang ada di sampingnya."Sial! Hampir aja gue kebablasan tadi malam!" kesal Ice pada dirinya sendiri yang penuh nafsu gila itu.Ice mengancing resleting celananya."Untung aja gue enggak keluar di dalam. Sekali keluar di dalam, efeknya besar. Cukup sekali aja gue ngelakuin hal gila itu!" keluhnya.Ice melirik ke arah Kiara, lalu bersandar di pintu mobilnya. Ah iya, malam tadi Ice dan Kiara hampir melakukan hubungan int
Dentuman musik di tempat hiburan malam itu menggema di telinga para pengunjungnya, termasuk Ice.Malam ini, Ice menghabiskan beberapa jam waktunya untuk menikmati beberapa botol minuman keras di salah satu club langganannya."Gue enggak habis pikir, kenapa Rexi mau banget sama cowok berengsek itu? Kalau memang anaknya butuh papa. Ya udah, cari aja cowok lain yang mau ganti posisi Al! Gampang, kan?!" omel Ice, lalu kembali meneguk alkoholnya.Mata Ice mengitari seisi club itu, bosan rasanya kalau hanya minum tanpa ada kawan bicara.Kedua mata Ice memicing saat tak jauh dari posisinya, dia melihat seorang wanita yang sangat dia kenal tengah menggunakan tank top mini
"Lo enggak bosan duduk di situ mulu sambil lihat bintang, Rex?" heran Al.Masalahnya, Rexi dari tadi hanya duduk di depan jendela kamarnya sambil menatap bintang-bintang di langit. Apa spesial nya coba?!"Diam, Al! Gue lagi fokus!" seru Rexi."Fokus apa?" tanya Al penasaran."Hitung bintangnya!" jawab Rexi antusias.Al mendengkus kesal sambil memutar kedua bola matanya dengan sangat malas. Ada-ada saja kelakuan ibu hamil satu ini."Sampai kiamat pun, lo enggak akan bisa buat hitung semua bintang yang ada di langit! Enggak ada yang bisa!" kata Al kesal.
Saat Al dan Rexi sedang enak-enaknya melakukan hubungan intim mereka, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Al.Al tersenyum tipis, lalu menekan remote control kamar Rexi dan membuat kuncian pintu itu terbuka otomatis.Mungkin karena malas menunggu sang pemilik kamar yang tak kunjung membuka pintu, si pengetuk akhirnya membuka pintu kamar Rexi dengan pelan.Kedua matanya membulat dengan begitu lebar saat mendapati Al dan Rexi berbaring di atas ranjang dengan pakaian setengah telanjang.Rexi yang sadar akan hal itu langsung buru-buru menutup seluruh tubuhnya dan tubuh Al menggunakan selimutnya."Sorry, udah ganggu kalian," kata si pengetuk.Al tersenyum sinis.Baru saja orang itu ingin pergi dari hadapan kamar Rexi, langkah kakinya terhenti saat Al memanggilnya."Anggara!" panggil Al."..."
"Jaga ucapan lo, Rexi Alexa! Dia papa kita!" bentak Ice memperingati sikap kurang ajar sang adik.Rexi menatap ke arah Ice."Semoga aja lo enggak ngerasain apa yang gue rasain ini, Bang," kata Rexi nanar."Lo jangan cap Al sebagai cowok berengsek, sedangkan lo juga sama seperti Al!" sinis Rexi."Lo ingat sama Kiara, kan? Lo jangan lupa sama Kiara," ujar Rexi menyindir.Iya, Rexi tahu kalau Kiara dan Ice sudah pernah melakukan seks sebelumnya. Jadi, apa bedanya Ice dan Al?"Kita lagi enggak bahas masalah Kiara!" seru Ice.Rexi berdeham malas sambil tersenyum menyeringai. Ice tak dapat berkutik.Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari kekacauan itu, tetapi Barack menahannya."Kamu mau ke mana, Rexi?!" tanya Barack."Mau pergi buat tenangin diri dari ayah yang engg