Bukan hanya cinta yang bisa membuat seseorang bahagia. Tapi, saudara sedarah juga bisa.
- Kakakku Yang Berengsek -
- Written By Fitriani Nastar -
***
Ice bersandar pada dinding kamar Rexi sambil menghela napas dengan begitu berat.
"Hah ... Rexi ... Buat jadi lo emang sulit banget buat mencintai orang yang enggak akan pernah ngebales perasaan lo. Mencintai sesuatu yang enggak mungkin," batin Ice, sekilas dia melirik ke arah kamar Al.
"Hah ... Gue berharap, lo nemuin kebahagiaan lo, Dek," lanjut Ice di dalam hatinya.
Ice menundukkan kepalanya dengan begitu dalam. Tiba-tiba dia teringat akan mendiang mamanya.
"Mama ... Ice minta maaf sebesar-besarnya. Ice enggak bisa jaga Eci untuk enggak menangis. Dan Ice, buat Eci luka kayak gini, Ma ..." lirih Ice di dalam hatinya.
Ya. Ice tadinya lewat di depan pintu kamar Rexi d
Ice dan Rexi masih setia untuk saling berpelukan di balik selimut satu sama lain."Hangat dan nyaman. Rexi suka pelukan Bang Ice," kata Rexi pelan."Ck! Gue tahu, kok, kalau pelukan gue emang senyaman itu. Nyaman banget malahan, kan?" kata Ice sombong."Iya, Bang. Pelukan lo emang nyaman banget, Bang," jawab Rexi membenarkan."Tapi, enggak sehangat pelukannya Al," lanjut Rexi di dalam hatinya dengan begitu sedih.Rexi menghela napas panjang, tanpa dia sadari kalau dia tak sengaja memasang ekspresi sedihnya."Ngapain wajah lo kayak gitu?" tanya Ice dan berhasil membuat Rexi kaget."Loh! Bang Ice belum bobok?!" tanya Rexi kaget."Anjir! Bahasa lo, ngapain pakai bahasa bobok?!" tanya Ice geli sambil tertawa geli."Ck! Kan, tadi lo sendiri yang bilang sama gue ..." Rexi menjeda ucapannya. 
"Jangan satukan keluarga dengan perasaan, karena keluarga adalah keluarga, dan perasaan adalah perasaan. Mereka berbeda."- My Brother -***- In the morning : 06:12 AM -Al, Rexi dan juga Ice terduduk di kursi mereka masing-masing di ruang makan itu. Rexi bahkan makan dengan tenang dan juga nyaman."Pantas aja kemarin apart kacau banget, ternyata kalian satu kamar," kata Al sambil terkekeh."Hum ..." Ice berdeham sebagai jawaban."Ck! Kalian berdua malah enggak ngajak gue buat gabung lag
Masih di dalam perjalanan menuju sekolah, Rexi dan Al masih mengobrol."Jadi, gimana? Apa masalah lo?" tanya Al."Gini-"Drrttt ...Handphone Al tiba-tiba bergetar dan berhasil membuat Rexi refleks mengatupkan bibirnya.Rexi sekilas melirik ke arah layar ponsel Al untuk melihat sang penelepon. Senyuman masam dibibir Rexi langsung terbentuk saat Al tersenyum melihat ID sang penelpon."Renata," gumam Rexi, lalu menghela napas panjang.Al mengambil ponselnya dan mulai mengangkat panggilan telepon
Al meringis dan kembali mengusap bekas pukulan Deian pada wajah dan juga perutnya."Sial ..." lirihnya.Al mengangkat pandangannya dan tak sengaja kedua bola matanya menatap Kiara yang baru saja berjalan di koridor sekolah."Kiara!" teriak Al."Hum?" balas Kiara saat setelah menghentikan langkah kakinya."Rexi udah ada di kelas lo, enggak?" tanya Al.Kiara tersenyum kecut."Lo cariin Rexi? Tumben banget," kata Kiara sinis.Al me
"Keluar dari sini, Ra. Gue pengen sendiri," kata Rexi tanpa menatap Kiara."Tapi-""Gue boleh ikut sama mama gue enggak, sih, Ra?" tanya Rexi tiba-tiba usai memotong ucapan Kiara.Plak!Seseorang tiba-tiba menampar wajah Rexi dengan begitu keras, bukan Kiara orangnya.Rexi dan Kiara menoleh dengan cepat untuk melihat siapa orang yang sudah berani menampar Rexi begitu saja."Al! Lo gila?! Kenapa lo nampar Rexi?! Ha?!" tanya Kiara emosi."Itu udah setimpal buat cewek kayak dia! Enggak ngehargain
Rexi kini berjalan santai di koridor sekolah. Banyak cibiran yang menyayat hati dan membuat telinga panas terdengar untuk Rexi."Wanita malam lewat. Gue enggak nyangka banget kalau Rexi ternyata ceweknya enggak baik. Mukanya aja yang cantik. Tapi, kelakuannya jelek banget.""Hahaha! Makanya dong, jangan nilai orang dari cover doang, kan?""Kalian semua, sih. Tuduhnya si Renata doang. Rexi juga sama kali!""Ck! Padahal, gue nyangka cuma Renata doang. Kan, lo lihat sendiri kalau Renata sama Rexi enggak akrab walau mereka di satu lingkaran yang sama.""Mungkin, pernah punya masalah buat rebutan Sugar Daddy kali."
"Sayang, ingat sama perkataan mama, yah. Jaga ayah dan kakakmu.""Kakakmu itu tipe pria dingin dan tidak perduli dengan lingkungan sekitar. Sedangkan ayahmu, dia benar-benar pria manja kepada mama.""Mama! Jangan pergi!" teriak Rexi sambil menangis keras.Mama Rexi hanya tersenyum manis. Rexi kembali mengingat bayang-bayang di mana mamanya berusaha untuk melawan penyakit mematikan yang ada di dalam tubuhnya."Hiks ... Mama ... Rexi mau ikut sama mama ... Hiks! Papa ingkar janji, Mama. Hiks! Mama ..."Rexi benar-benar termakan oleh emosinya. Bahkan, dia mengacak-acak rambutnya dengan begitu kuat hingga rontok. Sakit? Ah ... Ha
Rexi kini menjalankan hukuman yang sudah diberikan oleh sang guru killer. Berlari mengelilingi lapangan sekolah yang luas dengan ditemani oleh panasnya terik matahari."Kiara ... Gue enggak apa-apa kalau semuanya benci sama gue. Gue enggak apa-apa kalau semuanya pandang gue dengan hina. Tapi, tolong jangan benci gue, Ki. Gue mohon sama lo, Ki. Jangan pernah benci gue. Lo teman gue yang paling gue percaya, Ra ..." lirih Rexi di dalam hatinya.Ya, Rexi tak apa-apa jika dibenci oleh semua orang, asalkan Kiara tak ikut membencinya. Alasannya? Kiara adalah orang yang paling Rexi percayai setelah almarhumah ibundanya. Bahkan, Rexi amat sangat percaya dengan Kiara dari pada ayah dan kakak kandungnya, Brave Ice.Bugh!
-INDONESIA - APARTEMEN ANGGARA - 20:12 -Anggara melihat Meki yang berbaju rapi turun dengan terburu-buru dari kamarnya."Mau ke mana lo?" tanya Anggara pada wanita berusia tiga puluh tahunan itu."Mama mau pergi ke rumah sakit," jawab Meki."Lo mau jenguk siapa?" tanya Anggara lagi."Papamu," jawab Meki."Ck! Lo stres atau gimana?! Bukannya bokap gue lagi di Singapura?! Sejak kapan rumah sakit yang di Singapura pindah ke Indonesia?!" seru Anggara meremehkan Meki."Papamu dipindahkan d
Indonesia, 10:49 -Anggara mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan panas antara Al dan Rexi. Ingin rasanya Anggara melayangkan tinjunya kepada Al, tetapi dengan cepat dia meredamkan semua niatnya demi menjaga image di depan Bellina, Barack dan Rexi.Anggara hanya tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangan di depan dadanya."Terima kasih karena sudah memberikan saya ilmu untuk praktek. Akan saya usahakan saat menikah dengan Rexi nanti, pembelajaran yang anda berikan kepada saya akan saya laksanakan lebih baik lagi daripada cara anda," kata Anggara dengan nada santai dan berhasil membuat emosi Al memuncak."Ang-"
Alvaro Addison!" teriak Barack.Al tidak memperdulikan teriakan Barack, tetapi membalasnya hanya dengan sebuah senyuman tipis.Dengan kasar Barack menarik kerah Al untuk mundur. Dan tarikan Barack berhasil menghentikan aktifitas Al yang melahap agresif bibir Rexi.Satu tamparan keras dari Barack berhasil melayang pada pipi kanan Al. Tak ada pergerakan dan respon dari Al setelah ditampar oleh Barack."Barack! Kamu kenapa menampar Al?!" tanya Bellina, lalu menarik Al ke dalam pelukannya."Harusnya kamu tahu, apa kesalahan anak kandungmu ini!" jawab Barack dengan suara membentak Bellina."Ya! Aku tahu apa kesalahan anakku! Tapi, kamu jangan pernah menyakiti fisiknya atau bahkan menamparnya, karena dia tidak pernah menyentuh bahkan menyakiti fisikmu!" balas Bellina marah."Kau membela anakmu yang jelas-jelas sudah bersalah?!" ta
Rumah sakit, 21:12 -"Apa yang terjadi dengan Rexi?!" tanya Barack dengan khawatir saat baru datang."Masih perduli lo sama anak sendiri?" sinis Al."Alvaro Addison! Jaga bicara kamu!" marah Barack.Alvaro mendecih sinis. Drama!"Bagaimana dengan keadaan Rexi, Bellina?" tanya Barack kepada sang istri."Rexi masih ada di dalam ruang pemeriksaan. Dokter sedang menanganinya. Kamu tenang saja, dia pasti tidak akan apa-apa," jawab Bellina lembut."Tapi, aku khawatir kalau ada hal yang buruk
Indonesia, 06:13 -Ice terbangun dari tidurnya, dia menguap dengan lebar.Pandangan mata pria itu teralih untuk menatap seorang wanita yang ada di sampingnya."Sial! Hampir aja gue kebablasan tadi malam!" kesal Ice pada dirinya sendiri yang penuh nafsu gila itu.Ice mengancing resleting celananya."Untung aja gue enggak keluar di dalam. Sekali keluar di dalam, efeknya besar. Cukup sekali aja gue ngelakuin hal gila itu!" keluhnya.Ice melirik ke arah Kiara, lalu bersandar di pintu mobilnya. Ah iya, malam tadi Ice dan Kiara hampir melakukan hubungan int
Dentuman musik di tempat hiburan malam itu menggema di telinga para pengunjungnya, termasuk Ice.Malam ini, Ice menghabiskan beberapa jam waktunya untuk menikmati beberapa botol minuman keras di salah satu club langganannya."Gue enggak habis pikir, kenapa Rexi mau banget sama cowok berengsek itu? Kalau memang anaknya butuh papa. Ya udah, cari aja cowok lain yang mau ganti posisi Al! Gampang, kan?!" omel Ice, lalu kembali meneguk alkoholnya.Mata Ice mengitari seisi club itu, bosan rasanya kalau hanya minum tanpa ada kawan bicara.Kedua mata Ice memicing saat tak jauh dari posisinya, dia melihat seorang wanita yang sangat dia kenal tengah menggunakan tank top mini
"Lo enggak bosan duduk di situ mulu sambil lihat bintang, Rex?" heran Al.Masalahnya, Rexi dari tadi hanya duduk di depan jendela kamarnya sambil menatap bintang-bintang di langit. Apa spesial nya coba?!"Diam, Al! Gue lagi fokus!" seru Rexi."Fokus apa?" tanya Al penasaran."Hitung bintangnya!" jawab Rexi antusias.Al mendengkus kesal sambil memutar kedua bola matanya dengan sangat malas. Ada-ada saja kelakuan ibu hamil satu ini."Sampai kiamat pun, lo enggak akan bisa buat hitung semua bintang yang ada di langit! Enggak ada yang bisa!" kata Al kesal.
Saat Al dan Rexi sedang enak-enaknya melakukan hubungan intim mereka, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Al.Al tersenyum tipis, lalu menekan remote control kamar Rexi dan membuat kuncian pintu itu terbuka otomatis.Mungkin karena malas menunggu sang pemilik kamar yang tak kunjung membuka pintu, si pengetuk akhirnya membuka pintu kamar Rexi dengan pelan.Kedua matanya membulat dengan begitu lebar saat mendapati Al dan Rexi berbaring di atas ranjang dengan pakaian setengah telanjang.Rexi yang sadar akan hal itu langsung buru-buru menutup seluruh tubuhnya dan tubuh Al menggunakan selimutnya."Sorry, udah ganggu kalian," kata si pengetuk.Al tersenyum sinis.Baru saja orang itu ingin pergi dari hadapan kamar Rexi, langkah kakinya terhenti saat Al memanggilnya."Anggara!" panggil Al."..."
"Jaga ucapan lo, Rexi Alexa! Dia papa kita!" bentak Ice memperingati sikap kurang ajar sang adik.Rexi menatap ke arah Ice."Semoga aja lo enggak ngerasain apa yang gue rasain ini, Bang," kata Rexi nanar."Lo jangan cap Al sebagai cowok berengsek, sedangkan lo juga sama seperti Al!" sinis Rexi."Lo ingat sama Kiara, kan? Lo jangan lupa sama Kiara," ujar Rexi menyindir.Iya, Rexi tahu kalau Kiara dan Ice sudah pernah melakukan seks sebelumnya. Jadi, apa bedanya Ice dan Al?"Kita lagi enggak bahas masalah Kiara!" seru Ice.Rexi berdeham malas sambil tersenyum menyeringai. Ice tak dapat berkutik.Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari kekacauan itu, tetapi Barack menahannya."Kamu mau ke mana, Rexi?!" tanya Barack."Mau pergi buat tenangin diri dari ayah yang engg