Share

Ulat Bulu

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-29 21:23:29

"Pakde, memang Bu Ani itu sangat keterlaluan. Selalu memantau kegiatan disini. Hampir setiap saat ada di teras, yang mengepel lah, menyiram bunga, mengelus-elus tanaman, persis kayak CCTV," kata Arya menjelaskan.

"Punya tetangga kok kayak gitu ya?" sahut Mas Hanif.

"Kok Mas tahu Hanum ada di rumah Pak RT."

"Tadi Mas kesini, kata Arya kamu sedang di rumah Pak RT, makanya Mas menyusul kesana. Arya, coba ibumu yang sedang menangis ini di foto terus dikirim ke Om Ray. Biar Om Ray tahu kalau calon istrinya cengeng." Mas Hanif berkata sambil cengengesan.

"Sudah Pakde, sudah Arya kirim."

"Apaan sih kamu Arya, malu-maluin Ibu saja." Aku kesal dengan Arya dan Mas Hanif yang bersekongkol mengerjaiku.

"Pakde, Ibu ini kalau sama Pakde manjanya luar biasa. Ngalah-ngalahin Adiva. Padahal sudah punya dua anak. Masa kecilnya dulu kayak apa sih?" tanya Arya.

Aku dan Mas Hanif hanya tertawa.

"Ibumu dulu sangat tomboy, selalu ikut main Pakde dan teman-teman Pakde. Ke sawah, nyari ikan, main layangan, b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    One Step Closer

    "Kok lewat sini, mau kemana kita, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ke rumah sakit sebentar saja. Tadi ada panggilan.""Terus aku nunggu dimana? Opik pasti nggak masuk hari ini.""Nggak usah nunggu dimana-mana, kamu ngikutin aku saja." "Ada dokter Vanya nggak?" selidikku."Nggak tahu. Memangnya aku pawangnya."Aku tertawa mendengar ucapan Mas Ray. Sampai di rumah sakit, aku mengikuti langkah kaki Mas Ray. Ternyata ia menuju ke salah satu ruangan perawatan."Mas, aku nunggu di sini saja, ya? Nggak enak kalau ikut masuk.""Kamu nggak apa-apa disini?" tanya Mas Ray."Nggak apa-apa." Mas Ray tersenyum dan masuk ke ruangan perawatan. Aku pun mencari tempat untuk duduk. Resiko punya calon suami seorang dokter ya kayak gini. Sabar.Cukup lama Mas Ray ada di dalam ruangan, akupun menyibukkan diri dengan membuka ponsel. Saking fokusnya aku ke layar ponsel, sampai tidak menyadari ada seseorang menyapaku."Bu Hanum, nungguin siapa?" tanya Rina, asistennya Opik."Eh, nungguin Mas Ray," jawabku. Kemud

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Terima Kasih

    "Waduh, sudah nggak tahan nih kayaknya," celetuk Pakde Hasan.Lagi-lagi semua yang hadir tertawa."Ikan sepat ikan gabus. Lebih cepat lebih bagus." Pantun yang diucapkan Pak RT mengundang tawa."Bagaimana Pak Irwan?" tanya Pak RT."Seperti yang kita tahu. Pernikahan ini merupakan pernikahan yang kedua bagi mereka berdua. Menurut saya, niat baik itu tidak usah ditunda. Kalau bisa besok ya nggak masalah. Tapi kan, butuh waktu untuk mengurus surat menyurat. Saya juga sudah berdiskusi dengan Hanum dan Raynar, mereka hanya menginginkan acara akad nikah saja. Jadi kalau waktu dua Minggu kira-kira selesai nggak urusan surat-suratnya?" Bapak berbicara panjang lebar."Insyaallah selesai, Pak." Pak RT membantu menjawab."Baiklah, kalau begitu, akadnya kita sepakati dua Minggu lagi. Masih sabar menunggu kan, Nak Raynar?" tanya Bapak sambil tersenyum"Iya, Pak." Mas Ray menjawab sambil tersipu malu."Bagaimana Pak Harun?" tanya Bapak."Saya sangat setuju dengan usul Pak Irwan. Apalagi yang ditung

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Panggil Mama

    Aku keluar dari kamar Mbak Hani dan menemui Mas Ray."Ayo, Mas. Kita pulang," ajakku pada Mas Ray. Ia pun mengangguk."Pak, Bu, Hanum mau pulang. Tolong pamitkan pada Mbak Hani. Tadi Hanum lihat ia tertidur dengan lelap di kamarnya.""Iya, hati-hati ya, Num. Nanti Ibu sampaikan pada Hani," kata Ibu. Bapak hanya mengangguk saja.Mas Ray pun berpamitan pada Bapak dan Ibu.Sepanjang perjalanan aku lewati dengan sangat bahagia, ada Mas Ray disampingku."Sayang, waktu dua Minggu itu terlalu lama. Mas sudah nggak sabar lagi," kata Mas Ray."Katanya tadi malam, sabar." Aku menggodanya."Mas nggak enaklah ngomong nggak sabar di depan banyak orang.""Kenapa tadi nggak ngomong sama Bapak minta dicepetin nikahnya.""Malu, Sayang.""Ya sudah, sabar saja, ya?""Mau bulan madu kemana?" tanya Mas Ray."Bulan madu? Enggak usah lah. Buang-buang uang saja. Sebentar lagi Arya kuliah, butuh biaya banyak.""Kamu nggak usah mikirin biaya kuliah Arya. Arya itu anak kita, jadi nanti kita pikirkan bersama.""

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menantu Kesayangan

    "Hebat sekali kamu bisa menggaet Mas Ray. Apa kamu menjebak Mas Ray biar ia menikahimu?" selidik Vika padaku."Maaf, apa yang kamu bicarakan?""Nggak usah pura-pura. Laki-laki normal pasti akan lebih memilih Frida daripada kamu. O ya aku lupa, kalau kamu kan janda, jadi kamu memanfaatkan tubuhmu untuk menggoda Mas Ray. Sudah berapa kali kamu tidur dengan Mas Ray.""Memangnya apa urusanmu? Apa yang aku lakukan bersama Mas Ray kamu tidak perlu tahu. Itu urusan kami. Atau kamu memang kepo, ingin tahu? Jangan-jangan kamu cemburu ya? Mungkin ada rasa dengan Mas Ray."Vika tampak kesal mendengar ucapanku."Dengar ya Vika. Aku tidak peduli kamu menyukaiku atau tidak. Jadi aku tidak akan berusaha membuatmu terkesan, ataupun membuatmu bersikap baik padaku. Aku tidak peduli itu. Jadi, nggak usah repot denganku. Ingat, kita adalah sesama orang luar di keluarga ini.""Tapi aku menantu kesayangan Mama," kilah Vika."Oh, begitu rupanya. Jadi kamu takut tersaingi ya? Jangan khawatir aku tidak akan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bersama Mama

    Satu Minggu ini kami disibukkan dengan urusan surat menyurat. Mulai dari RT sampai ke KUA. Alhamdulillah, semua sepertinya dilancarkan jalannya. Niat baik memang selalu dipermudah.Hari ini kami sedang mengikuti penasehatan pra perkawinan di KUA. Materi yang disampaikan menitikberatkan pada kesiapan mental bagi calon pengantin, mulai bagaimana dia menata dirinya, kemudian nanti siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga dan menyiapkan generasi masa depan yang berakhlak mulia. Kami pun duduk dihadapan seorang penasehat perkawinan."Assalamu'alaikum. Perkenalkan nama saya Ahmad Baihaqi, saya ditugaskan oleh pimpinan KUA untuk memberikan pengarahan kepada Bapak dan Ibu. Berdasarkan data yang saya baca, Bapak Raynar Arga dan Ibu Hanum Salsabila akan melaksanakan pernikahan yang kedua. Berarti setidaknya Bapak dan Ibu sudah tahu seperti apa kehidupan rumah tangga."Aku dan Mas Ray mengangguk."Bapak dan Ibu berstatus duda janda, selain saling percaya dan kerja sama, perlu diperh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Mengundang

    Pulang dari toko Mbak Rida, aku membawa dua pakaian, Mama juga mendapatkan dua. Di sepanjang perjalanan, Mama selalu mengajakku berbicara. Tentang berbagai hal. Sebenarnya Mama ini baik, mungkin kemarin dia belum mengenalku, jadi sangat antipati padaku.Sampai di rumah Mama, sudah ada mobil Mas Ray. "Namanya perempuan kalau berbelanja sampai lupa waktu ya, Pa," sindir Mas Ray, seolah-olah berbicara dengan Papa."Biarkan saja, Ray. Yang penting mereka senang. Nanti kalau Hanum moodnya sedang jelek, suruh dia belanja sepuasnya. Dijamin pulang wajahnya sudah ceria," sambung Papa.Aku dan Mama ikut bergabung duduk bersama Papa dan Mas Ray."Nah Mama setuju dengan Papa." Mama menimpali."Papa kan sudah bersama Mama lebih dari empat puluh tahun, tentu saja sudah hafal watak Mama seperti apa," kekeh Papa.Mama terkekeh mendengar ucapan Papa. Aku dan Mas Ray pun ikut tertawa. "Ray, Papa bahagia, akhirnya kamu menemukan perempuan yang kamu cintai. Bahagiakan Hanum, jadilah kepala rumah tang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Saling Memaafkan

    Ibu berjalan mendekatiku, aku sangat deg-degan. Berbagai prasangka melintas di pikiranku. Yang lain kulihat juga berwajah tegang.Tiba-tiba Ibu memelukku sambil menangis. Aku masih bingung dengan situasi ini, aku pun mengeratkan pelukanku. Mataku mulai berkaca-kaca."Kamu berhak untuk hidup bahagia. Perjalanan hidupmu masih panjang. Berjuanglah demi cucu-cucu Ibu."Aku yang masih tidak percaya dengan ucapan Ibu hanya bisa mengangguk. Yang lain juga terlihat bernafas lega."Iya, Bu. Anak-anak lah yang membuat saya masih bersemangat menjalani hidup."Ibu melepaskan pelukanku, kemudian menatapku dengan mata yang basah karena air mata."Selamat untuk pernikahanmu, maaf, mungkin Ibu nggak bisa datang. Tapi bukan berarti Ibu tidak merestui kalian. Jauh didalam lubuk hati, Ibu masih tetap menyayangimu, walaupun kamu bukan istrinya Fahmi lagi. Maafkan untuk konflik yang terjadi selama ini." Suara Ibu terdengar bergetar."Saya juga minta maaf, Bu. Saya tidak pernah membenci Ibu. Kalau Ibu tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bersama Anak-anak

    Dua hari lagi aku akan menikah, menurutku waktu yang lumayan lama. Sudah tidak sabar lagi mau menikah. Siang ini setelah salat Jumat, rencana aku dan Mas Ray akan mengajak anak-anak jalan, untuk berbelanja. Arya masih salat Jumat di masjid, aku dan Adiva di rumah asyik dengan ponsel masing-masing. Aku sedang mengecek tulisanku di berbagai platform. Penghasilanku dari menulis cukup lumayan. Yang jelas, dengan menulis aku bisa mengekspresikan emosi, khayalan dan pikiranku dalam bentuk tulisan. Terdengar suara Arya mengucapkan salam, berarti sudah selesai salat Jumat. Aku segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat Dzuhur."Bu, Om Ray sudah datang," kata Adiva yang muncul di kamarku. Aku masih melipat mukena. "Iya, sebentar ya. Ibu berganti pakaian dulu."Aku pun segera berganti pakaian, memakai tunik dan rok celana. Selanjutnya mematutkan diriku di cermin. Hmm, sudah cantik, gumamku. Aku segera mengambil tas, memeriksa isi tasku, kemudian keluar menemui calon suami tersayang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02

Bab terbaru

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status