Share

Nggak Usah Berjanji

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-31 09:23:12

"Sudahlah Ray, nggak usah membuatku berharap banyak pada dirimu. Kita sudah dewasa, sama-sama single parent. Aku rasa kita nggak bisa berteman baik atau teman dekat. Apa kata orang akan kedekatan kita nanti. Lebih baik kita hanya saling kenal saja, say hello kalau bertemu. Nggak usah lebih dari itu. Terima Kasih sudah mentraktirku hari ini. Aku harap ini yang terakhir kali kita pergi berdua. Kalau diteruskan, nanti malah menimbulkan banyak masalah."

"Maksudmu apa, sih?" tanya Ray.

"Bukankah kamu sudah punya calon istri? Frida?"

"Dia bukan calon istriku."

"Coba tanya pada Frida, apa yang sudah ia lakukan terhadap Arya?"

"Arya?"

"Iya. Dan satu lagi, aku mendengar sendiri kamu berkata pada Opik kalau kamu hanya kasihan padaku, hanya menganggapku teman saja. Jadi nggak usah sok merayuku lagi, berkata-kata yang membuatku bisa terbang ke awan, lalu kau hempaskan aku ke bumi. Sakit rasanya."

"Aku benar-benar nggak ngerti apa yang kamu bicarakan."

"Oke sekarang begini, apa maksud kamu selalu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
Dasar Fahmi udah salah masih nyalahin hanum
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hanya Kebetulan Saja

    Memasuki kamar perawatan Naufal, aku dikagetkan dengan kehadiran Mas Hanif. Kupikir Mas Hanif kerja, ternyata ia ada disini."Mas Hanif nggak kerja?" tanyaku."Izin, Num. Kamu sudah pulang dari sekolah?" sahut Mas Hanif."Iya, Mas. Langsung kesini." Aku pun segera duduk di sofa yang tersedia."Mbak Sarah kemana?" tanyaku karena aku tidak melihat sosok perempuan lembut nan bersahaja itu."Sedang ke kamar mandi.""Oh…." "Num, apa dokter Ray yang menangani Naufal itu, Ray yang waktu itu?" tanya Mas Hanif. Mbak Sarah yang keluar dari kamar mandi langsung berkomentar."Sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui?" tanya Mbak Sarah."Hanum pernah kencan dengan Ray." Mas Hanif berkata pada Mbak Sarah."Bukan, Mbak. Hanya kebetulan saja." Aku berusaha menjelaskan, takut terjadi kesalahpahaman."O ya? Kebetulan katamu? Kemarin Mas lihat kamu boncengan motor berdua dengan Ray," kata Mas Hanif sambil menatapku, membuatku sangat gugup.Aku kaget, berarti Mas Hanif kemarin melihatku. Mukaku mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Puber?

    Opik segera menatap Ray kemudian bergantian menatapku. "Apa aku ketinggalan informasi?" tanya Opik."Enggak, Pik. Maksudku hanya meminta pendapat dokter Ray saja." Mas Hanif menjelaskan arti ucapannya."Oooh, ya sudah. Eh kami keluar dulu ya? Apa kamu masih mau disini, Ray?" tanya Opik."E...enggak, mau keluar juga," sahut Ray dengan gugup.Akhirnya mereka berdua pamitan dan keluar dari ruangan Naufal.Tiba-tiba pintu dibuka lagi, ada Opik yang nongol."Num, nanti keruanganku ya?" kata Opik."Iya.""Awas kalau enggak," kata Opik pura-pura mengancam."Iyaaaa," jawabku lagi yang langsung dibalas dengan tawa Opik."Kalian berdua pernah berantem nggak? Kamu sama Opik," tanya Mbak Sarah."Pernah dong Mbak, apalagi berbeda pendapat.""Mbak salut dengan persahabatan kalian. Awet.""Alhamdulillah, Mbak.""Num, kamu mau makan? Ini lho ada nasi," kata Mas Hanif."Enggak Mas, Hanum mau ke ruangan Opik. Siapa tahu nanti ditraktir makan siang," kataku sambil tertawa."Halah, bilang saja kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Benci Ibu

    Adiva diam, tidak memberi jawaban. "Ikut Ibu atau enggak?" tanyaku lagi."E...e...." Adiva bingung menjawabnya."Kamu mau pulang bareng temanmu? Ya sudah."Aku yang sudah mulai emosi, akhirnya menghidupkan mesin motor dan pergi meninggalkan Adiva. Aku sangat kecewa sekali, maksud hati ingin memberinya kejutan dengan menjemputnya. Ternyata malah aku yang terkejut. Diperjalanan aku mikir, enaknya kemana ya? Aku belum mau pulang, takut Mas Fahmi datang ke rumah.Motor kuhentikan dipinggir jalan, tempat orang jualan es kelapa muda. Aku duduk di salah satu bangku, dan memesan es kelapa muda. Siapa tahu dengan minum es kelapa muda, pikiranku jadi lebih tenang. Sambil menunggu pesanan, aku membuka ponselku ternyata ada lima panggilan tak terjawab dari Mas Fahmi. Apa sih maunya Mas Fahmi, aku penasaran. Tapi kan sudah bukan urusanku lagi. "Ini Bu, esnya," kata penjual es kelapa muda sambil meletakkan es kelapa muda di meja."Terima kasih, Mbak," kataku sambil meletakkan ponselku. Kuseruput

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Minta Maaf

    Aku terkejut bukan kepalang mendengarkan perkataan Adiva. Hatiku tersayat-sayat, tidak mungkin aku sanggup menyerahkan Adiva pada ayahnya. Sedangkan ayahnya sekarang sedang bergulat dengan masalahnya sendiri. Mataku mulai berembun."Jadi kamu menyesal tinggal dengan Ibu? Kamu mau tinggal dengan Ayah? Tapi ayahmu sekarang tinggal di rumah Yang Ti, kamu mau tinggal di sana? Silahkan kalau kamu mau kesana. Ayo telpon ayahmu, supaya ayahmu menjemput. Kalau kamu pergi kesana sendiri, tidak Ibu izinkan. Tapi kalau dijemput ayahmu, akan Ibu izinkan. Nih ponselnya, silahkan telpon ayahmu," tanyaku dengan tegas sambil menyerahkan ponselnya.Adiva mengambil ponsel yang aku berikan, tapi ia masih terdiam."Kenapa nggak jadi menelpon? O, Ibu tahu, kamu malu ya menelpon ayahmu kalau ada Ibu. Oke, Ibu keluar. Nanti kalau ayahmu menjemput, panggil Ibu." Aku berkata sambil menahan sesak di dadaku. Rasanya mau menangis saat ini juga. Aku keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi, menangis sepuasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bertemu Dinda

    Deg! Ternyata benar, itu adalah Dinda. Semoga ia tidak melihatku. Aku malas ribut. Aku berusaha untuk tenang, dengan cara memilih baju-baju yang ada di depanku. Ternyata ada yang cocok, sesuai juga dengan isi kantongku."Mbak, aku ini saja ya?" kataku pada pegawai Mbak Rida."Mau dicoba, Bu?" "Boleh.""Mbak, dicoba saja di ruangan saya. Arum, antar Mbak Hanum ke ruangan saya, ya?" kata Mbak Rida yang tiba-tiba muncul di depanku."Iya, Bu. Mari Bu, saya antar," kata perempuan bernama Arum itu.Aku berjalan dengan deg-degan, jangan sampai Dinda melihatku. Sampai juga aku di ruangan Mbak Rida. Kulihat ada beberapa tumpuk baju yang masih dibungkus plastik. Aku segera mencoba pakaian yang tadi aku pilih. Setelah bercermin aku merasa cocok."Mbak, saya ambil yang ini, ya?" kataku."Baik, Bu." Kata Arum sambil keluar menuju ke kasir. Aku pun mengikutinya."Gimana Mbak Hanum? Cocok?" tanya Mbak Rida."Iya, Mbak. Saya ambil ini.""Hanum?" kata seorang perempuan, aku menoleh, ternyata Dinda. H

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-05
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Fahmi Datang

    Seminggu ini hidupku cukup tenang, tidak ada gangguan dari pihak manapun. Mas Fahmi juga tidak menghubungi aku lagi, karena sudah kublokir. Arya dan Adiva, Alhamdulillah, tidak bermasalah. Aku benar-benar menjaga hubunganku dengan anak-anak. Karena hanya mereka yang aku miliki.Aku selalu berusaha untuk memiliki quality time dengan anak-anak. Aku ingin menjadi sahabat dan juga orang tua bagi mereka. Setelah kejadian yang menimpa Arya dan Adiva, aku benar-benar berusaha dekat dengan mereka. Kalau mereka ada waktu senggang, aku mengajak mereka keluar, walaupun hanya sekedar makan atau jalan-jalan. Hari ini kami memiliki rencana mau jalan-jalan ke mall. Sekedar refreshing dan makan. Aku masih disibukkan dengan membereskan sisa kegiatan di dapur tadi. Dibantu Adiva yang membersihkan peralatan masak."Bu, ada Ayah," kata Arya yang muncul di dapur."Oh, ngapain pagi-pagi kesini?" tanyaku."Nggak tahu.""Ya udah, kamu temenin sana. Pasti pengen ngobrol sama kamu. Kan sudah nggak ada urusann

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Kejutan

    Hari ini aku dikagetkan dengan kedatangan seseorang. Seseorang yang sempat memenuhi hati dan pikiranku. Aku baru saja selesai mandi sebelum orang itu datang.Seseorang tampak duduk di karpet asyik dengan ponselnya. Aku hanya memandangnya seakan tidak percaya. "Kenapa bengong seperti itu?" tanya Ray."Nggak apa-apa. Angin apa yang membuatmu tiba-tiba datang kesini?" "Bukan tiba-tiba, tapi butuh rencana matang." Jawaban Ray membuatku mengernyitkan dahi. "Apa kedatangan kami mengganggumu?" tanya Ray."Kami?" tanyaku heran."Iya, aku dan Lea.""Lea?" "Ada di kamar dengan Adiva."Kedatangannya kesini yang tidak terduga, belum lagi ia datang kesini bersama Lea. Semua ini membuatku bingung dan bertanya-tanya. Jujur saja, hatiku berdebar-debar dengan kejutan-kejutan ini."Apa sebenarnya yang kamu rencanakan Ray?" selidikku sambil memandang Ray."Nggak usah curiga seperti itu. Maksudku ini baik lho. Seperti ucapanmu waktu itu. Buktikan! Itu kata-kata yang selalu terngiang di telingaku. Wak

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Ikan Sepat Ikan Gabus

    Setelah capek jalan-jalan, tujuan selanjutnya rumah makan."Mau pesan makanan apa?" tanya Ray sambil membolak-balik buku menu.Anak-anak menyebutkan makanan mereka, aku sih ngikut saja. Pegawai rumah makan sibuk mencatat pesanan kami."Kita foto-foto disana, yuk," ajak Lea pada Adiva. Adiva mengangguk."Ayo, Kak," ajak Adiva."Jadi fotografer lagi?" keluh Arya. Kedua remaja cewek itu hanya cengengesan saja. Akhirnya Arya mengikuti mereka. Rumah makan ini tempatnya sangat bagus, dengan taman-taman yang cantik. Wajar saja kalau Adiva dan Lea sibuk mau berfoto."Jadi kamu setuju?" tanya Ray melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda tadi."Setuju apa?" Aku pura-pura lupa, hihi… mau menguji Ray saja.Belum sempat Ray menjawab, pegawai rumah makan datang mengantarkan pesanan kami."Terima kasih," kataku pada pegawai tadi."Oh, jadi ini pilihanmu, Ray?" Sebuah suara mengagetkan kami. Aku menoleh, ternyata Frida bersama seorang temannya. Frida dengan wajah yang marah menatapku tajam. Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08

Bab terbaru

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status