Share

Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku
Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku
Penulis: Lestari Zulkarnain

1

Penulis: Lestari Zulkarnain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI

Part 1

NEW CERBUNG

==============

"Mas, kabarnya Mbak Ghina dan Mas Anton mau pulang kampung, apa benar?" tanyaku pada Mas Adam, suamiku. 

"Kata emak juga begitu," jawab Mas Adam sambil menyeruput kopi susu BCA yang aku buat.

Aku terdiam, tidak dapat aku bayangkan jika mereka benar pulang, maka kami akan tinggal satu atap. Di sini, di rumah ini. Rumah peninggalan mertua yang telah dibagi dua, untuk Mas Adam dan Mbak Ghina. Namun sesuai kesepakatan, Mas Adam yang akan membayar.

Sebenarnya tidak masalah karena rumah ini masih ada bagian milik Mbak Ghina kerena Mas Adam belum menggantinya. Namun jika harus bersama-sama dengan mereka dan satu rumah kemudian dalam jangka waktu yang lama, duh, tidak bisa aku bayangkan. Sehari saja dengannya, badan remuk semua karena au tahu kalau Mbak Ghina pemalas dan otoriter.

"Mas, lalu bagaimana dengan kita?"

Aku memgerucutkan bibir.

"Ya kita tetap di sini, memang mau kemana, to? Rumah ini lega, kok. Kamarnya ada 5. Buat kita dua, Emak satu, dan Mbak Ghina dua. Pas."

Ah, tetap aku tidak nyaman. Kita lihat nanti, Mas, jika memang dirasa tidak nyaman, aku minta pindah. 

.

.

Ternyata lebih cepat dari perkiraan. Mas Anton dan Mbak Ghina pulang lebih cepat satu minggu. Harusnya bulan depan, tetapi kurang seminggu sudah pulang. Mobil truk yang membawa barang-barang Mbak Ghina telah sampai dan parkir di depan rumah.

Mbak Ghina adalah kakak kandung Mas Adam Wirayuda--suamiku yang berprofesi sebagai tentara. 

Suaminya Mbak Ghina bekerja di Perusahaan dengan posisinya sudah bagus, entah kenapa tiba-tiba mengundurkan diri dan meminta pulang ke sini. 

Barang-barang Mbak Ghina sangat banyak dan katanya masih ada di Jakarta. Rumahnyapun dikontrakkan. 

"Hawa, aku pinta kamar ini, ya!" ujar Mbak Ghina sambil menunjuk kamar yang aku tempati dengan Mas Adam. Memang kamar itu sangat luas dan paling luas diantara kamar yang lain. 

"Tapi, Mbak, kan sudah kami tempati," ujarku.

"Tapi aku mau kamar itu, nanti beresin, ya," ucap Mbak Ghina kemudian meninggalkanku dan membereskan barang yang lain. Aku hanya melongo. Bagaimana ini, Mbak Ghina tipe wanita tegas dan tidak mau terbantah. Dari dulu. Jika menginginkan kamar itu, ya harus dituruti. Ah, sebaiknya aku menelpon Mas Adam. 

"Assalamualaikum," sapaku. Alhamdulillah langsung dijawab.

"Iya, ada apa, W*," balas Mas Adam.

"Mas, Mbak Ghina minta kamar kita dan kita disuruh pindah, bagaimana?" ucapku langsung nyerocos saja. 

"Ya nggak bisa gitu," balas Mas Adam. 

"Mas Adam aja yang bicara, aku nggak mau."

"Memang kamu nggak bisa bicara sendiri?" balas mas Adam. 

"Nggak!" lagsung kututup karena Mbak Ghina datang. 

"Gimana, W*." Mbak Ghina kembali menayakan membuatku bingung.

"Mbak, nunggu Mas Adam, ya." Mbak Ghina, wanita yang lebih tua dariku lima tahun itu mengangguk.

Saat aku ikut membereskan barang-barang kakak ipar, Emak mertua datang. 

"Ghina, kamarmu yang itu, dan sebelahnya buat Anggi," ujar Emak memberitahu. 

"Aku mau kamar yang ini, Mak. Kamar ini lebih gedhe," ujar Mbak Ghina membuatku kesal sendiri. Egois banget, tak bisakah mengerti dikit. Untuk merebut tempat yang sudah kami tempati tahunan ini. 

"Yo nggak bisa gitu to, Ghin, ini sudah ditempati sama Adam dan Hawa, harusnya kamu ngerti," tegas Emak. 

"Nggak, Mak, aku mau kamar ini titik!" tegas Kakak iparku yang keras kepala itu. 

"W*, cepet keluarin barangnya!"

"Nunggu Mas Adam," ujarku. Apakah tidak berfikir mengeluarkan barang-barang itu capeknya tidak ketulungan. Padahal aku tidak rela jika harus pindah kamar. Barangku banyak, tempat tidur berat. Kenapa, sih, harus memaksakan begitu. 

"Kelamaan, aku ingin menatanya dan segera beristirahat," desaknya. 

"Mbak Istirahat saja, nanti kalau Mas Adam datang, biar ia yang membereskan."

Akhirnya Mbak Ghina masuk ke dalam kamar yang memang seharusnya untuknya. Sementara suaminya hanya menurut. 

Heran, sudah benar bekerja di Jakarta, kenapa harus keluar dan pulang kampung? di sini mau ngapain? sekarang cari kerja susah. Apa mau mengurus sawah? 

Aku masih bertanya-tanya dalam hati. 

-------

Bersambung ....

Bab terkait

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   2

    Barang Mbak Ghina menumpuk di teras depan yang memang tempatnya luas. Rumah zaman dahulu dengan style joglo yang etnic dan unik. Untung saja kami ada pembantu sehingga aku tidak terlalu capek untuk merawatnya."Ghina, cepat bereskan." Kembali suara Mbak Ghina menyayat telinga membuatku kesal. "Kamu beresin sama Mbak Mimi saja sana," perintah kakak iparku. Enak saja main suruh-suruh.Dari kejauhan terlihat mobil jeep menuju ke rumah ini. Alhamdulillah Mas Adam sudah pulang, biar.Mas Adam yang mengurus kakaknya.Usai memarkirkan mobil, Mas Adam langsung menuju ke Mbak Ghina dan menyalaminya. Semenjak kedatangannya tadinoagi, Mas Adam memang belum bertemu dengannya. Mas Adam mengajak kakak.perempuannya untuk duduk di teras."Kok lebih cepat, Mbak," tanya suamiku yang masih berseragam loreng itu."Lha mau ngapain di sana. Masmu itu maunya keluar kerja te

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   3

    "Mas, bagaimana jika kita pindah ke rumah dinas saja? usulku saat makan di lesehan rumah makan Pak Jumain."Untuk apa? rumah segede itu tidak ada yang merawat," jawab Mas Adam sambil menyesap tulang ayam lunak yang penuh dengan sambel tomat."Sekarang sudah ada Mbak Ghina, biar dia yang menjaganya," sambil menyuapi putraku yang sepertinya sangat lapar karena sedari pagi aku lupa menyuapinya."Hawa Humaira, kewajiban menjaga ibu adalah anak laki-laki, Mbak Ghina itu bertanggung jawab terhadap keluarganya."Gubrak, ucapan Mas Adam memang benar. Masya Allah, jika suamiku seperti itu, aku menjadi lega."Baik, Mas."Usai makan, kami ke warung nasi goreng titipan M ak Ghina yang tak jauh dari situ."Mas, Mbak Ghina nggak ngasih uang?" tanyaku. Mas Adam menggeleng."Nanti sampai rumah juga dikasih, kok.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   Part 4

    Ketika Kakak Ipar KembaliPart 4--------By Lestari ZulkarnainUsai kepergian Mas Adam dan kakaknya, aku membereskan semua yang ada di meja makan dibantu oleh Mbak Inem. Aku tidak bisa mengandalkan Mbak Inem untuk bekerja sendiri. Rumah sebesar ini memang cukup melelahkan.Baju yang tadi aku cuci dijemur oleh Mbak Inem, aku mencuci piring bekas makan.Setelah itu, aku menuju ke kamar untuk membangunkan Awan, putraku. Saat mau masuk ke kamar, kulihat kamar Mbak Ghina sedikit terbuka. Aku menuju ke kamar tersebut dan bermaksud untuk menutupnya."Astaghfirullah, Mbak! Kamar berantakan seperti ini kok betah, sih!" gumamku ketika melihat isi kamar Mbak Ghina. Sangat berantakan, bantal dan guling tidak tertata rapi, handuk basah di kasur bercampur dengan bantal. Ingin masuk dan membereskan, tetapi, ah, tidak jadi, khawatir ada yang hilang dan aku tertuduh.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   5

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPART 5-----oOO-----Kenapa Mas Anton berfikir seperti itu? Apakah, Mbak Ghina tidak tahu? Kalau yang ini aku yakin Mbak Ghina tidak tahu. Pasti ini hanya akal-akalan Mas Anton saja. Nanti aku coba bicara ke Mas Adam tentang ini.Setelah menyuapi Awan, aku kembali ke dapur. Kini giliranku makan siang. Sepertinya Emak belum makan, biasanya jam segini sudah makan. Coba aku panggil.Aku menuju ke ruang tamu sekaligus juga ruang keluarga. Ruangan yang sangat lebar. Ruangan ini terbagi menjadi dua tanpa sekat untuk ruang tamu sekaligus ruang keluarga.Khusus ruang tamu sudah tertata kursi sudut yang terbuat yang dari kayu jati dengan ukiran khas Jepara yang etnic. Sementara ruang keluarga hanya lesehan dengan hamparan permadani indah berwarna hijau muda dan dilapisi kasur sofa yang empuk sehingga nyaman untuk diduduki bahkan rebahan. Televisi juga tertem

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   6

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 6------oOo-----Kusambut suamiku dengan suka cita. Banyak sekali uneg-uneg yang ingin aku ungkapkan. Kubawakan tas ranselnya dan kemudian menuju ke kamar bersamanya. Secangkir teh manis aku sajikan bersama pisang goreng hangat kesukaan. Sama persis dengan Emaknya."Mandi dulu ya, Mas," ucapku menawarkan. Bau keringat ciri khas menguar menusuk hidung. Namun membuat aku kangen jika lama tak menciumnya, hua ...."Ini handuknya." Kuserahkan handuk warna hijau khas TNI dengan bahan tebal. Sangat lembut dan nyaman.Mas Adam menuju ke kamar mandi."Wa," panggil Mbak Ghina ketika melihatku keluar dari kamar."Ditunggu emak di ruang keluarga," ucapnya. "Eh jangan lupa sama Adam juga, ada yang mau diomongin, penting!"Baru saja suamiku pulang dan akupun belum sempat rembugan, Mbak Ghina sudah memi

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   7

    PART 7KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI-----+++-----Kami membubarkan diri dikarenakan Maghrib telah tiba. Aku dan Mas Adam menuju ke kamar, begitu juga Mbak Ghina dan suami."Mas, memangnya Mas Ada duit?" Pertanyaan yang mengganjal yang ingin kutanyakan padanya saat di luar tadi."Saat ini nggak ada, tapi akan Mas usahakan. Kasihan Mbak Ghina dan Mas Anton. "Sebenarnya aku kurang percaya pada mereka. Gelagat Mas Anton sangat mencurigakan. Aku khawatir kalau dia hanya akan mwrong-rong harta Emak."Lah, Mas, wong cicilan kemarin aja belum lunas, apakah mau ambil di koperasi lagi?" aku menyahut. Kemarin kami meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam KORPRI dan memang belum lunas. Begitulah kalau pegawai, meski tidak semua, seringnya menyekolahkan SK (*surat keputusan)"Mungkin nanti begitu. Sudah, ah, Mas mau sholat dulu, nanti dilanjut ngobrolnya." Dengan cepat

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   8

    Part 8KAKAK IPARKU BENALU DALAM RUMAH TANGGAKU---------------Hari Ahad tiba. Kali ini kami semua berkumpul di rumah termasuk Mas Adam. Sudah menjadi kebiasaan kami setiap hari Ahad, kami selalu bersih-bersih rumah. Menyiangi rumput, manata taman, mangelap kaca jendala serta membongkar gudang. Barang-barang yang sekiranya tidak terpakai, kami berikan ke tukang rongsok. Mas Adam dan Awan memotong rumput depan, samping kanan dan kiri serta merapikan taman. Aku dan Mas Adam termasuk orang yang suka mengoleksi bunga, jadi bungaku banyak. Untuk urusan memasak, ada asisten rumah tangga. Jadi pagi ini kami sangat sibuk. Sementara Mbak Ghina dan Mas Anton cuma duduk-duduk di teras sambil bermain HP ditemani minuman yang tertuang di teko. Emak mertua ikut bersih-bersih, padahal aku sudahmelarang. Katanya biar gerak. Tepat sebelum Dzuhur, kami selesai. "Alhamdulillah, bersih dan indah ya, Mas," ujarku disertai anggukan oleh Mas Adam. Wajah kami penuh dengan keringat."Mandi dulu sana, Ma

Bab terbaru

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   8

    Part 8KAKAK IPARKU BENALU DALAM RUMAH TANGGAKU---------------Hari Ahad tiba. Kali ini kami semua berkumpul di rumah termasuk Mas Adam. Sudah menjadi kebiasaan kami setiap hari Ahad, kami selalu bersih-bersih rumah. Menyiangi rumput, manata taman, mangelap kaca jendala serta membongkar gudang. Barang-barang yang sekiranya tidak terpakai, kami berikan ke tukang rongsok. Mas Adam dan Awan memotong rumput depan, samping kanan dan kiri serta merapikan taman. Aku dan Mas Adam termasuk orang yang suka mengoleksi bunga, jadi bungaku banyak. Untuk urusan memasak, ada asisten rumah tangga. Jadi pagi ini kami sangat sibuk. Sementara Mbak Ghina dan Mas Anton cuma duduk-duduk di teras sambil bermain HP ditemani minuman yang tertuang di teko. Emak mertua ikut bersih-bersih, padahal aku sudahmelarang. Katanya biar gerak. Tepat sebelum Dzuhur, kami selesai. "Alhamdulillah, bersih dan indah ya, Mas," ujarku disertai anggukan oleh Mas Adam. Wajah kami penuh dengan keringat."Mandi dulu sana, Ma

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   7

    PART 7KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI-----+++-----Kami membubarkan diri dikarenakan Maghrib telah tiba. Aku dan Mas Adam menuju ke kamar, begitu juga Mbak Ghina dan suami."Mas, memangnya Mas Ada duit?" Pertanyaan yang mengganjal yang ingin kutanyakan padanya saat di luar tadi."Saat ini nggak ada, tapi akan Mas usahakan. Kasihan Mbak Ghina dan Mas Anton. "Sebenarnya aku kurang percaya pada mereka. Gelagat Mas Anton sangat mencurigakan. Aku khawatir kalau dia hanya akan mwrong-rong harta Emak."Lah, Mas, wong cicilan kemarin aja belum lunas, apakah mau ambil di koperasi lagi?" aku menyahut. Kemarin kami meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam KORPRI dan memang belum lunas. Begitulah kalau pegawai, meski tidak semua, seringnya menyekolahkan SK (*surat keputusan)"Mungkin nanti begitu. Sudah, ah, Mas mau sholat dulu, nanti dilanjut ngobrolnya." Dengan cepat

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   6

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 6------oOo-----Kusambut suamiku dengan suka cita. Banyak sekali uneg-uneg yang ingin aku ungkapkan. Kubawakan tas ranselnya dan kemudian menuju ke kamar bersamanya. Secangkir teh manis aku sajikan bersama pisang goreng hangat kesukaan. Sama persis dengan Emaknya."Mandi dulu ya, Mas," ucapku menawarkan. Bau keringat ciri khas menguar menusuk hidung. Namun membuat aku kangen jika lama tak menciumnya, hua ...."Ini handuknya." Kuserahkan handuk warna hijau khas TNI dengan bahan tebal. Sangat lembut dan nyaman.Mas Adam menuju ke kamar mandi."Wa," panggil Mbak Ghina ketika melihatku keluar dari kamar."Ditunggu emak di ruang keluarga," ucapnya. "Eh jangan lupa sama Adam juga, ada yang mau diomongin, penting!"Baru saja suamiku pulang dan akupun belum sempat rembugan, Mbak Ghina sudah memi

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   5

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPART 5-----oOO-----Kenapa Mas Anton berfikir seperti itu? Apakah, Mbak Ghina tidak tahu? Kalau yang ini aku yakin Mbak Ghina tidak tahu. Pasti ini hanya akal-akalan Mas Anton saja. Nanti aku coba bicara ke Mas Adam tentang ini.Setelah menyuapi Awan, aku kembali ke dapur. Kini giliranku makan siang. Sepertinya Emak belum makan, biasanya jam segini sudah makan. Coba aku panggil.Aku menuju ke ruang tamu sekaligus juga ruang keluarga. Ruangan yang sangat lebar. Ruangan ini terbagi menjadi dua tanpa sekat untuk ruang tamu sekaligus ruang keluarga.Khusus ruang tamu sudah tertata kursi sudut yang terbuat yang dari kayu jati dengan ukiran khas Jepara yang etnic. Sementara ruang keluarga hanya lesehan dengan hamparan permadani indah berwarna hijau muda dan dilapisi kasur sofa yang empuk sehingga nyaman untuk diduduki bahkan rebahan. Televisi juga tertem

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   Part 4

    Ketika Kakak Ipar KembaliPart 4--------By Lestari ZulkarnainUsai kepergian Mas Adam dan kakaknya, aku membereskan semua yang ada di meja makan dibantu oleh Mbak Inem. Aku tidak bisa mengandalkan Mbak Inem untuk bekerja sendiri. Rumah sebesar ini memang cukup melelahkan.Baju yang tadi aku cuci dijemur oleh Mbak Inem, aku mencuci piring bekas makan.Setelah itu, aku menuju ke kamar untuk membangunkan Awan, putraku. Saat mau masuk ke kamar, kulihat kamar Mbak Ghina sedikit terbuka. Aku menuju ke kamar tersebut dan bermaksud untuk menutupnya."Astaghfirullah, Mbak! Kamar berantakan seperti ini kok betah, sih!" gumamku ketika melihat isi kamar Mbak Ghina. Sangat berantakan, bantal dan guling tidak tertata rapi, handuk basah di kasur bercampur dengan bantal. Ingin masuk dan membereskan, tetapi, ah, tidak jadi, khawatir ada yang hilang dan aku tertuduh.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   3

    "Mas, bagaimana jika kita pindah ke rumah dinas saja? usulku saat makan di lesehan rumah makan Pak Jumain."Untuk apa? rumah segede itu tidak ada yang merawat," jawab Mas Adam sambil menyesap tulang ayam lunak yang penuh dengan sambel tomat."Sekarang sudah ada Mbak Ghina, biar dia yang menjaganya," sambil menyuapi putraku yang sepertinya sangat lapar karena sedari pagi aku lupa menyuapinya."Hawa Humaira, kewajiban menjaga ibu adalah anak laki-laki, Mbak Ghina itu bertanggung jawab terhadap keluarganya."Gubrak, ucapan Mas Adam memang benar. Masya Allah, jika suamiku seperti itu, aku menjadi lega."Baik, Mas."Usai makan, kami ke warung nasi goreng titipan M ak Ghina yang tak jauh dari situ."Mas, Mbak Ghina nggak ngasih uang?" tanyaku. Mas Adam menggeleng."Nanti sampai rumah juga dikasih, kok.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   2

    Barang Mbak Ghina menumpuk di teras depan yang memang tempatnya luas. Rumah zaman dahulu dengan style joglo yang etnic dan unik. Untung saja kami ada pembantu sehingga aku tidak terlalu capek untuk merawatnya."Ghina, cepat bereskan." Kembali suara Mbak Ghina menyayat telinga membuatku kesal. "Kamu beresin sama Mbak Mimi saja sana," perintah kakak iparku. Enak saja main suruh-suruh.Dari kejauhan terlihat mobil jeep menuju ke rumah ini. Alhamdulillah Mas Adam sudah pulang, biar.Mas Adam yang mengurus kakaknya.Usai memarkirkan mobil, Mas Adam langsung menuju ke Mbak Ghina dan menyalaminya. Semenjak kedatangannya tadinoagi, Mas Adam memang belum bertemu dengannya. Mas Adam mengajak kakak.perempuannya untuk duduk di teras."Kok lebih cepat, Mbak," tanya suamiku yang masih berseragam loreng itu."Lha mau ngapain di sana. Masmu itu maunya keluar kerja te

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   1

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 1NEW CERBUNG=============="Mas, kabarnya Mbak Ghina dan Mas Anton mau pulang kampung, apa benar?" tanyaku pada Mas Adam, suamiku."Kata emak juga begitu," jawab Mas Adam sambil menyeruput kopi susu BCA yang aku buat.Aku terdiam, tidak dapat aku bayangkan jika mereka benar pulang, maka kami akan tinggal satu atap. Di sini, di rumah ini. Rumah peninggalan mertua yang telah dibagi dua, untuk Mas Adam dan Mbak Ghina. Namun sesuai kesepakatan, Mas Adam yang akan membayar.Sebenarnya tidak masalah karena rumah ini masih ada bagian milik Mbak Ghina kerena Mas Adam belum menggantinya. Namun jika harus bersama-sama dengan mereka dan satu rumah kemudian dalam jangka waktu yang lama, duh, tidak bisa aku bayangkan. Sehari saja dengannya, badan remuk semua karena au tahu kalau Mbak Ghina pemalas dan otoriter.

DMCA.com Protection Status