Share

3

Penulis: Lestari Zulkarnain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mas, bagaimana jika kita pindah ke rumah dinas saja? usulku saat makan di lesehan rumah makan Pak Jumain. 

"Untuk apa? rumah segede itu tidak ada yang merawat," jawab Mas Adam sambil menyesap tulang ayam lunak yang penuh dengan sambel tomat.

"Sekarang sudah ada Mbak Ghina, biar dia yang menjaganya," sambil menyuapi putraku yang sepertinya sangat lapar karena sedari pagi aku lupa menyuapinya. 

"Hawa Humaira, kewajiban menjaga ibu adalah anak laki-laki, Mbak Ghina itu bertanggung jawab terhadap keluarganya." 

Gubrak, ucapan Mas Adam memang benar. Masya Allah, jika suamiku seperti itu, aku menjadi lega.

"Baik, Mas."

Usai makan, kami ke warung nasi goreng titipan M ak Ghina yang tak jauh dari situ.  

"Mas, Mbak Ghina nggak ngasih uang?" tanyaku. Mas Adam menggeleng. 

"Nanti sampai rumah juga dikasih, kok." Aku tidak percaya, Mbak Ghina tidak akan memberikannya. 

Setelah selesai nasi goreng diterima, kami menuju ke warung martabak. Setiap kami keluar, Mas Adam selalu membeli martabak untuk Emak. Emak memang suka dengan martabak manis teluk bayur dan kami sudah langganan. Kali ini Mas Adam beli dua karena ada Mbak Ghina dan suami serta Anggi--anaknya mbak Ghina. 

Tepat pukul sepuluh lebih sedikit, kami pulang. Sesampainya di rumah, mereka belum pada tidur. Sepertinya sedang mengobrol. 

"Mbak, totalnya dua puluh empat ribu," ujarku sembari memberikan bungkusan nasi goreng ke Mbak Ghina. 

"Owh iya,makasih, ya," jawabnya tanpa memberikan uang ganti. Aku juga mengambil piring untuk meletakkan martabak yang kami beli dan disajikan. Karena sudah larut dan Awan--putraku sudah mengantuk, akupun pamit untuk istirahat. Tak lama, Mas Adam menyusulku. 

.

.

Keesokan harinya, jam empat aku sudah bangun. Baju kotor sudah aku kumpulkan semua dan siap kucuci. Mbak Inem tugasnya meyapu halaman, menyapu lantai, mengepelnya, juga membantuku memasak. Rumah sebesar ini, tak mungkin aku melakukannya sendiri. Bisa-bisa seharian hanya untuk nyapu doang. 

Aku mulai menggiling pakaian. Baru diputar satu putaran, Mbak Ghina datang. 

"W*, nitip." Mbak Ghina meletakkan beberapa potong pakaian miliknya, milik suaminya dan juga milik Anggun-putrinya.

"Mbak, nanti aja gantian."

"Lama, biasanya habis Subuh aku nyuci, karena ada kamu, jadinya tertunda. Nanti aku mau pergi sama Mas Anton, mau nyari sekolah buat Anggun. Astaghfirullah, aku hanya mengelus dasa. Jika tadi belum aku giling, mungkin aku persilakan duluan untuk mencuci. 

Kali ini tidak apa-apa, besok, maaf! 

Akhirnya kucuci pakaian milik keluarga Mbak Ghina. Sementara Mbak Inem mempersiapkan sarapan. Saat menggiling pakaian, aku mandi dan bersiap untuk sholat. Mas Adam bersiap ke Masjid bersama Awan. 

Jam enam pagi, kami berkumpul di ruang makan. Pakaian sudah aku cuci bersih semua tinggal menjemur. Mbak Ghina, Mas Anton dan Anggi sudah siap di meja makan. Kami makan bersama. 

"Kamu mau kemana, Ghina?" taya Emak.

"Mau nyari sekolahan buat Anggun, Mak, sama mau cari-cari bisnis yang cocok. Masak kita mau kayak gini terus." Emak menganggukkan kepalanya.

"Adam, barangkali kamu ada info lowongan kerja, coba carikan buat Anton," ucap Emak.

"Iya, Dam, coba carikan. Kayaknya di sini banyak pabrik," Anton menyahut. 

"Oke, nanti aku coba keliling. Njenengan pengalaman apa, Mas?" tanya suamiku yang sudah rapi dengan pakaian dinasnya. Meski sudah jarang latihan, Mas Adam masih terlihat gagah dan tampan. Perutnya juga tidak buncit seperti teman-temannya. 

"Pengalaman pengawas."

"Ooo, lalu kenapa keluar?" cecar Mas Adam sembari menyesap teh manis. 

"Sudah, jangan banyak tanya! kalau mau nyariin ya nyari aja." Mbak Ghina sewot. Padahal Mas Adam tidak salah. Mas Anton menjadi serba salah. Sebenarnya ada apa, sih. Aslinya aku penasaran, kenapa mereka tiba-tiba pulang kampung mendadak padahal pekerjaan Mas Anton sudah lumayan. 

Sudah jam setengah tujuh, waktunya Mas Adam berangkat. Mas Adam bangkit dan menyalami Emak, lalu salaman denganku. 

"Dam, aku nebeng," pinta Mbak Ghina lembut. 

"Owh, ayok," balas Mas Adam. "Dam, anterin aku keliling bisa? tolong, dong."

Mbak Ghina ini bagaimana, sih. Mas Adam, kan dinas. Ngantor, bagaimana bisa nganterin mereka keliling. Lalu motor Mbak Ghina kemana? bukankah dulu punya, kenapa tidak dibawa? Ah, sungguh teka-teki. 

"Nanti aku absen dulu di kantor dan aku anterin," jawab Mas Adam."

Duh, kurang baik apa coba suamiku ini. 

"Makasih," jawab kakak iparku. Mbak Ghina dan Mas Anton naik ke mobil jeep milik kami dan Mas Anton menjalankan mobilnya. 

--------------

Duh, teka-teki apa, sih, yang ada di Mbak Ghina dan Mas Anton? simak terus, ya, kisahnya. 

Salam sayang dariku Lestari Zulkarnain.

Bab terkait

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   Part 4

    Ketika Kakak Ipar KembaliPart 4--------By Lestari ZulkarnainUsai kepergian Mas Adam dan kakaknya, aku membereskan semua yang ada di meja makan dibantu oleh Mbak Inem. Aku tidak bisa mengandalkan Mbak Inem untuk bekerja sendiri. Rumah sebesar ini memang cukup melelahkan.Baju yang tadi aku cuci dijemur oleh Mbak Inem, aku mencuci piring bekas makan.Setelah itu, aku menuju ke kamar untuk membangunkan Awan, putraku. Saat mau masuk ke kamar, kulihat kamar Mbak Ghina sedikit terbuka. Aku menuju ke kamar tersebut dan bermaksud untuk menutupnya."Astaghfirullah, Mbak! Kamar berantakan seperti ini kok betah, sih!" gumamku ketika melihat isi kamar Mbak Ghina. Sangat berantakan, bantal dan guling tidak tertata rapi, handuk basah di kasur bercampur dengan bantal. Ingin masuk dan membereskan, tetapi, ah, tidak jadi, khawatir ada yang hilang dan aku tertuduh.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   5

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPART 5-----oOO-----Kenapa Mas Anton berfikir seperti itu? Apakah, Mbak Ghina tidak tahu? Kalau yang ini aku yakin Mbak Ghina tidak tahu. Pasti ini hanya akal-akalan Mas Anton saja. Nanti aku coba bicara ke Mas Adam tentang ini.Setelah menyuapi Awan, aku kembali ke dapur. Kini giliranku makan siang. Sepertinya Emak belum makan, biasanya jam segini sudah makan. Coba aku panggil.Aku menuju ke ruang tamu sekaligus juga ruang keluarga. Ruangan yang sangat lebar. Ruangan ini terbagi menjadi dua tanpa sekat untuk ruang tamu sekaligus ruang keluarga.Khusus ruang tamu sudah tertata kursi sudut yang terbuat yang dari kayu jati dengan ukiran khas Jepara yang etnic. Sementara ruang keluarga hanya lesehan dengan hamparan permadani indah berwarna hijau muda dan dilapisi kasur sofa yang empuk sehingga nyaman untuk diduduki bahkan rebahan. Televisi juga tertem

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   6

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 6------oOo-----Kusambut suamiku dengan suka cita. Banyak sekali uneg-uneg yang ingin aku ungkapkan. Kubawakan tas ranselnya dan kemudian menuju ke kamar bersamanya. Secangkir teh manis aku sajikan bersama pisang goreng hangat kesukaan. Sama persis dengan Emaknya."Mandi dulu ya, Mas," ucapku menawarkan. Bau keringat ciri khas menguar menusuk hidung. Namun membuat aku kangen jika lama tak menciumnya, hua ...."Ini handuknya." Kuserahkan handuk warna hijau khas TNI dengan bahan tebal. Sangat lembut dan nyaman.Mas Adam menuju ke kamar mandi."Wa," panggil Mbak Ghina ketika melihatku keluar dari kamar."Ditunggu emak di ruang keluarga," ucapnya. "Eh jangan lupa sama Adam juga, ada yang mau diomongin, penting!"Baru saja suamiku pulang dan akupun belum sempat rembugan, Mbak Ghina sudah memi

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   7

    PART 7KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI-----+++-----Kami membubarkan diri dikarenakan Maghrib telah tiba. Aku dan Mas Adam menuju ke kamar, begitu juga Mbak Ghina dan suami."Mas, memangnya Mas Ada duit?" Pertanyaan yang mengganjal yang ingin kutanyakan padanya saat di luar tadi."Saat ini nggak ada, tapi akan Mas usahakan. Kasihan Mbak Ghina dan Mas Anton. "Sebenarnya aku kurang percaya pada mereka. Gelagat Mas Anton sangat mencurigakan. Aku khawatir kalau dia hanya akan mwrong-rong harta Emak."Lah, Mas, wong cicilan kemarin aja belum lunas, apakah mau ambil di koperasi lagi?" aku menyahut. Kemarin kami meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam KORPRI dan memang belum lunas. Begitulah kalau pegawai, meski tidak semua, seringnya menyekolahkan SK (*surat keputusan)"Mungkin nanti begitu. Sudah, ah, Mas mau sholat dulu, nanti dilanjut ngobrolnya." Dengan cepat

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   8

    Part 8KAKAK IPARKU BENALU DALAM RUMAH TANGGAKU---------------Hari Ahad tiba. Kali ini kami semua berkumpul di rumah termasuk Mas Adam. Sudah menjadi kebiasaan kami setiap hari Ahad, kami selalu bersih-bersih rumah. Menyiangi rumput, manata taman, mangelap kaca jendala serta membongkar gudang. Barang-barang yang sekiranya tidak terpakai, kami berikan ke tukang rongsok. Mas Adam dan Awan memotong rumput depan, samping kanan dan kiri serta merapikan taman. Aku dan Mas Adam termasuk orang yang suka mengoleksi bunga, jadi bungaku banyak. Untuk urusan memasak, ada asisten rumah tangga. Jadi pagi ini kami sangat sibuk. Sementara Mbak Ghina dan Mas Anton cuma duduk-duduk di teras sambil bermain HP ditemani minuman yang tertuang di teko. Emak mertua ikut bersih-bersih, padahal aku sudahmelarang. Katanya biar gerak. Tepat sebelum Dzuhur, kami selesai. "Alhamdulillah, bersih dan indah ya, Mas," ujarku disertai anggukan oleh Mas Adam. Wajah kami penuh dengan keringat."Mandi dulu sana, Ma

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   1

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 1NEW CERBUNG=============="Mas, kabarnya Mbak Ghina dan Mas Anton mau pulang kampung, apa benar?" tanyaku pada Mas Adam, suamiku."Kata emak juga begitu," jawab Mas Adam sambil menyeruput kopi susu BCA yang aku buat.Aku terdiam, tidak dapat aku bayangkan jika mereka benar pulang, maka kami akan tinggal satu atap. Di sini, di rumah ini. Rumah peninggalan mertua yang telah dibagi dua, untuk Mas Adam dan Mbak Ghina. Namun sesuai kesepakatan, Mas Adam yang akan membayar.Sebenarnya tidak masalah karena rumah ini masih ada bagian milik Mbak Ghina kerena Mas Adam belum menggantinya. Namun jika harus bersama-sama dengan mereka dan satu rumah kemudian dalam jangka waktu yang lama, duh, tidak bisa aku bayangkan. Sehari saja dengannya, badan remuk semua karena au tahu kalau Mbak Ghina pemalas dan otoriter.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   2

    Barang Mbak Ghina menumpuk di teras depan yang memang tempatnya luas. Rumah zaman dahulu dengan style joglo yang etnic dan unik. Untung saja kami ada pembantu sehingga aku tidak terlalu capek untuk merawatnya."Ghina, cepat bereskan." Kembali suara Mbak Ghina menyayat telinga membuatku kesal. "Kamu beresin sama Mbak Mimi saja sana," perintah kakak iparku. Enak saja main suruh-suruh.Dari kejauhan terlihat mobil jeep menuju ke rumah ini. Alhamdulillah Mas Adam sudah pulang, biar.Mas Adam yang mengurus kakaknya.Usai memarkirkan mobil, Mas Adam langsung menuju ke Mbak Ghina dan menyalaminya. Semenjak kedatangannya tadinoagi, Mas Adam memang belum bertemu dengannya. Mas Adam mengajak kakak.perempuannya untuk duduk di teras."Kok lebih cepat, Mbak," tanya suamiku yang masih berseragam loreng itu."Lha mau ngapain di sana. Masmu itu maunya keluar kerja te

Bab terbaru

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   8

    Part 8KAKAK IPARKU BENALU DALAM RUMAH TANGGAKU---------------Hari Ahad tiba. Kali ini kami semua berkumpul di rumah termasuk Mas Adam. Sudah menjadi kebiasaan kami setiap hari Ahad, kami selalu bersih-bersih rumah. Menyiangi rumput, manata taman, mangelap kaca jendala serta membongkar gudang. Barang-barang yang sekiranya tidak terpakai, kami berikan ke tukang rongsok. Mas Adam dan Awan memotong rumput depan, samping kanan dan kiri serta merapikan taman. Aku dan Mas Adam termasuk orang yang suka mengoleksi bunga, jadi bungaku banyak. Untuk urusan memasak, ada asisten rumah tangga. Jadi pagi ini kami sangat sibuk. Sementara Mbak Ghina dan Mas Anton cuma duduk-duduk di teras sambil bermain HP ditemani minuman yang tertuang di teko. Emak mertua ikut bersih-bersih, padahal aku sudahmelarang. Katanya biar gerak. Tepat sebelum Dzuhur, kami selesai. "Alhamdulillah, bersih dan indah ya, Mas," ujarku disertai anggukan oleh Mas Adam. Wajah kami penuh dengan keringat."Mandi dulu sana, Ma

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   7

    PART 7KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI-----+++-----Kami membubarkan diri dikarenakan Maghrib telah tiba. Aku dan Mas Adam menuju ke kamar, begitu juga Mbak Ghina dan suami."Mas, memangnya Mas Ada duit?" Pertanyaan yang mengganjal yang ingin kutanyakan padanya saat di luar tadi."Saat ini nggak ada, tapi akan Mas usahakan. Kasihan Mbak Ghina dan Mas Anton. "Sebenarnya aku kurang percaya pada mereka. Gelagat Mas Anton sangat mencurigakan. Aku khawatir kalau dia hanya akan mwrong-rong harta Emak."Lah, Mas, wong cicilan kemarin aja belum lunas, apakah mau ambil di koperasi lagi?" aku menyahut. Kemarin kami meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam KORPRI dan memang belum lunas. Begitulah kalau pegawai, meski tidak semua, seringnya menyekolahkan SK (*surat keputusan)"Mungkin nanti begitu. Sudah, ah, Mas mau sholat dulu, nanti dilanjut ngobrolnya." Dengan cepat

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   6

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 6------oOo-----Kusambut suamiku dengan suka cita. Banyak sekali uneg-uneg yang ingin aku ungkapkan. Kubawakan tas ranselnya dan kemudian menuju ke kamar bersamanya. Secangkir teh manis aku sajikan bersama pisang goreng hangat kesukaan. Sama persis dengan Emaknya."Mandi dulu ya, Mas," ucapku menawarkan. Bau keringat ciri khas menguar menusuk hidung. Namun membuat aku kangen jika lama tak menciumnya, hua ...."Ini handuknya." Kuserahkan handuk warna hijau khas TNI dengan bahan tebal. Sangat lembut dan nyaman.Mas Adam menuju ke kamar mandi."Wa," panggil Mbak Ghina ketika melihatku keluar dari kamar."Ditunggu emak di ruang keluarga," ucapnya. "Eh jangan lupa sama Adam juga, ada yang mau diomongin, penting!"Baru saja suamiku pulang dan akupun belum sempat rembugan, Mbak Ghina sudah memi

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   5

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPART 5-----oOO-----Kenapa Mas Anton berfikir seperti itu? Apakah, Mbak Ghina tidak tahu? Kalau yang ini aku yakin Mbak Ghina tidak tahu. Pasti ini hanya akal-akalan Mas Anton saja. Nanti aku coba bicara ke Mas Adam tentang ini.Setelah menyuapi Awan, aku kembali ke dapur. Kini giliranku makan siang. Sepertinya Emak belum makan, biasanya jam segini sudah makan. Coba aku panggil.Aku menuju ke ruang tamu sekaligus juga ruang keluarga. Ruangan yang sangat lebar. Ruangan ini terbagi menjadi dua tanpa sekat untuk ruang tamu sekaligus ruang keluarga.Khusus ruang tamu sudah tertata kursi sudut yang terbuat yang dari kayu jati dengan ukiran khas Jepara yang etnic. Sementara ruang keluarga hanya lesehan dengan hamparan permadani indah berwarna hijau muda dan dilapisi kasur sofa yang empuk sehingga nyaman untuk diduduki bahkan rebahan. Televisi juga tertem

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   Part 4

    Ketika Kakak Ipar KembaliPart 4--------By Lestari ZulkarnainUsai kepergian Mas Adam dan kakaknya, aku membereskan semua yang ada di meja makan dibantu oleh Mbak Inem. Aku tidak bisa mengandalkan Mbak Inem untuk bekerja sendiri. Rumah sebesar ini memang cukup melelahkan.Baju yang tadi aku cuci dijemur oleh Mbak Inem, aku mencuci piring bekas makan.Setelah itu, aku menuju ke kamar untuk membangunkan Awan, putraku. Saat mau masuk ke kamar, kulihat kamar Mbak Ghina sedikit terbuka. Aku menuju ke kamar tersebut dan bermaksud untuk menutupnya."Astaghfirullah, Mbak! Kamar berantakan seperti ini kok betah, sih!" gumamku ketika melihat isi kamar Mbak Ghina. Sangat berantakan, bantal dan guling tidak tertata rapi, handuk basah di kasur bercampur dengan bantal. Ingin masuk dan membereskan, tetapi, ah, tidak jadi, khawatir ada yang hilang dan aku tertuduh.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   3

    "Mas, bagaimana jika kita pindah ke rumah dinas saja? usulku saat makan di lesehan rumah makan Pak Jumain."Untuk apa? rumah segede itu tidak ada yang merawat," jawab Mas Adam sambil menyesap tulang ayam lunak yang penuh dengan sambel tomat."Sekarang sudah ada Mbak Ghina, biar dia yang menjaganya," sambil menyuapi putraku yang sepertinya sangat lapar karena sedari pagi aku lupa menyuapinya."Hawa Humaira, kewajiban menjaga ibu adalah anak laki-laki, Mbak Ghina itu bertanggung jawab terhadap keluarganya."Gubrak, ucapan Mas Adam memang benar. Masya Allah, jika suamiku seperti itu, aku menjadi lega."Baik, Mas."Usai makan, kami ke warung nasi goreng titipan M ak Ghina yang tak jauh dari situ."Mas, Mbak Ghina nggak ngasih uang?" tanyaku. Mas Adam menggeleng."Nanti sampai rumah juga dikasih, kok.

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   2

    Barang Mbak Ghina menumpuk di teras depan yang memang tempatnya luas. Rumah zaman dahulu dengan style joglo yang etnic dan unik. Untung saja kami ada pembantu sehingga aku tidak terlalu capek untuk merawatnya."Ghina, cepat bereskan." Kembali suara Mbak Ghina menyayat telinga membuatku kesal. "Kamu beresin sama Mbak Mimi saja sana," perintah kakak iparku. Enak saja main suruh-suruh.Dari kejauhan terlihat mobil jeep menuju ke rumah ini. Alhamdulillah Mas Adam sudah pulang, biar.Mas Adam yang mengurus kakaknya.Usai memarkirkan mobil, Mas Adam langsung menuju ke Mbak Ghina dan menyalaminya. Semenjak kedatangannya tadinoagi, Mas Adam memang belum bertemu dengannya. Mas Adam mengajak kakak.perempuannya untuk duduk di teras."Kok lebih cepat, Mbak," tanya suamiku yang masih berseragam loreng itu."Lha mau ngapain di sana. Masmu itu maunya keluar kerja te

  • Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku   1

    KETIKA KAKAK IPAR KEMBALIPart 1NEW CERBUNG=============="Mas, kabarnya Mbak Ghina dan Mas Anton mau pulang kampung, apa benar?" tanyaku pada Mas Adam, suamiku."Kata emak juga begitu," jawab Mas Adam sambil menyeruput kopi susu BCA yang aku buat.Aku terdiam, tidak dapat aku bayangkan jika mereka benar pulang, maka kami akan tinggal satu atap. Di sini, di rumah ini. Rumah peninggalan mertua yang telah dibagi dua, untuk Mas Adam dan Mbak Ghina. Namun sesuai kesepakatan, Mas Adam yang akan membayar.Sebenarnya tidak masalah karena rumah ini masih ada bagian milik Mbak Ghina kerena Mas Adam belum menggantinya. Namun jika harus bersama-sama dengan mereka dan satu rumah kemudian dalam jangka waktu yang lama, duh, tidak bisa aku bayangkan. Sehari saja dengannya, badan remuk semua karena au tahu kalau Mbak Ghina pemalas dan otoriter.

DMCA.com Protection Status