Share

Part 67B

Author: Pemanis Aksara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pak Sudrajat menarik paksa lengan Rusly dan akun untung saja diriku sudah memakai pakaian.

"Ki-kita mau ke mana, Pak?!" tanyaku terbata. Aku mencoba meronta, tetapi tidak bisa. Akhirnya aku pasrah walaupun tidak merela.

"Kita ke kantor polisi. Aku mau buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Biar tidak ada dusta diantara kita semua."

Setelah sampai di teras rumah. Pak Sudrajat meminta kunci mobilku. Aku lupa letak di mana. Ternyata mobilku sudah terparkir rapi di garasi. Seingatku masih berada di luar pagar. 'Kenapa bisa dia masuk ke dalam garasi? Apa dia bisa jalan sendiri?' pertanyaan konyol lahir di benakku.

"Nggak usah panik gitu. Aku kok yang memarkirkannya ke garasi. Kulihat kamu sudah lelah dan ngantuk itu sebabnya kuparkirkan ke dalam. Takut mobil kesayanganmu hilang ditelan bumi begitu saja."

"Nggak usah sok menjadi pahlawan kesiangan. Bilang saja kamu –," ucapku terjeda ketika melihat Ririn datang di depan pagar. Mau ngapain lagi wanita piranha itu datang kemari?' ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 67C

    Tepat di parkiran lapas. Aku sengaja lebih cepat turun dari dalam mobil. Selain apek dan sumpek, aku muak melihat Ririn di sini. Padahal aku sudah tidak mau lagi melihat batang hidungnya. Namun, sang pencipta alam bertolak belakang dengan apa yang aku harapkan."Mohon maaf bapak dan ibu mau besuk siapa?" tanya penjaga sipir. Beliau sudah hafal betul dengan wajah kami karena hampir setiap hari membesuk Bu Aisyah di sini selama dia dipenjara."Mau besuk atas nama Aisyah," jawab Pak Sudrajat parau. Dia mengusap keningnya yang sudah mulai di banjiri keringat. Cuaca pagi menjelang siang ini sangat gerah membuat semua orang rentan keringat."Beliau sudah bebas –," jawabnya terjeda sembari melihat wanita yang sedang melangkah gontai menghampiri meja piket."Kenapa dia bisa bebas? Terus siapa yang membebaskan dirinya?!" racau Pak Sudrajat tidak terima. Kepalan tangan hendak melayang ke atas permukaan meja yang ada di depannya. Namun, batas kesabarannya masih terkontrol."Ka-kalau masalah itu

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 68A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 68: Ditabrak LariRusly sudah mumet memikirkan masalah yang datang silih berganti tanpa henti. Dia ingin bebas dari belenggu dosa yang dia perbuat selama ini. Namun, hatinya tidak kuasa untuk menentukan apa yang harus dia putuskan untuk masa depan."Bagaimana langkah selanjutnya?" tanya Rusly memecahkan keheningan di meja piket. Sudah lima belas menit aku, Pak Sudrajat dan Rusly mematung. Tidak ada berucap sama sekali."Kita harus mencari tahu di mana keberadaan Aisyah. Aku mau membuktikan semuanya kepada kalian," balas Pak Sudrajat sinis. Dia sudah merasa geram atas kebebasan yang diberikan Ririn kepadanya. Ponsel milik Rusly berdering. Ada notif masuk. Dia langsung merogoh gawainya di kantong celana. Nomor baru memanggil. 'Siapa ini?' tanyanya dalam hati sembari mengerutkan dahi. Masih menerka-nerka dan menunggu sejauh mana nomor itu terus melakukan panggilan. Tidak lama layarnya mati dan kembali menyala lagi. 'Nomor itu lagi. Pasti penting in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 68B

    Aku pasrah saja. Mau kucari pun tidak tahu harus ke mana kucari. Takut dia baper kalau aku kangen kepadanya. Walaupun ada rasa itu kadang-kadang.Sudah lima belas menit setelah kejadian itu, jalanan mulai gerak. Aku merasa senang akhirnya bisa keluar dari jalan yang macet dan membuat jiwa raga tidak tenang.Suara klakson bersahutan kembali agar saling duluan keluar dari arus macet."Cepat naik kalau mau ikut! Atau kamu di sini saja!" perintah Pak Sudrajat dengan raut wajah garang. Aku terkejut mendengar perkataan beliau. Ternyata dia garang juga kalau marah. Kuelus dada sembari membaca istighfar. Setelah terasa adem, aku naik ke dalam mobil dan langsung memasang seat belt.***Baru saja aku menutup mata, tiba-tiba sudah dibangunkan kembali. "Ki-kita di mana, Pak?" tanyaku kaget. Aku menyapu ke sembarang tempat. Tidak tahu jelasnya ini apa. Cuma ada beberapa orang memakai kostum putih-putih. Antara sadar dan tidak sadar aku melihat seorang perempuan berjalan gontai dengan gaya songong.

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 69A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 69: Senjata Makan Tuan"Bagaimana kabar pasien, Dok?" sapa Ririn dengan wajah datar. Dia berharap Bu Aisyah bisa lenyap secepatnya dari muka bumi ini. Dia tidak mau kalau semua kebenaran terbongkar. Bisa-bisa dirinya kena imbasnya."Kita masih melakukan yang terbaik buat pasien agar bisa diselamatkan," jawabnya datar. Walau bagaimana pun itu, sumpah seorang dokter untuk menolong pasien harus tetap dijalankan. Walaupun terkadang ada oknum jahat untuk meminta mereka tidak melakukan kewajiban sebagaimana mestinya."Bu-bukannya pasien sudah koma dan tidak ada harapan tertolong?" tanyanya lirih dengan terbata. "Soalnya informasi yang aku dengar beliau sudah kehabisan darah.""Ya, benar. Namun, kita tidak bisa menantang kehendak Tuhan Pencipta Alam."Ririn menautkan kedua alis sembari berpikir bagaimana caranya agar dokter bisa diajak kerja sama dengannya. Namun, dari jawaban beliau dia merasa sudah untuk melanjutkan aksinya."Baik kalau begitu. Aku tu

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 69B

    "Kenapa bisa kalian percaya begitu saja dengan Nesya?!" tanya Ririn tidak terima kalau dia sudah ditangkap polisi. Dia dan anak buahnya masih di dalam mobil dan menuju kantor polisi."Aku juga tidak tahu. Ini pasti gara-gara dia yang tergiur dengan uang lebih banyak dari apa yang bos berikan kepada kita," ucap Bernat dengan polos. Dia anak buahnya Ririn yang tidak banyak cerita. Kali ini dirinya buka suara."Aku sudah bilang jangan gegabah!" ucap Ririn kesal. Nasi sudah jadi bubur. Tidak ada gunanya menyesal."Bos pula tidak mau memberikan uang yang sudah dijanjikan. Ada tawaran lebih besar, kenapa tidak ditampung," jawabnya lagi dengan datar tanpa merasa bersalah.Tiba sudah di kantor polisi. Mau tidak mau mereka bertiga harus mempertanggung jawabkan apa yang mereka perbuat. Namun, Ririn masih bersikeras tidak mau dipenjara. Itu bukan salahnya, dia hanya pesuruh dan tidak terlibat secara langsung."Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!" racaunya terus meronta. Sehingga pihak polisi meras

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 70A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 70: Lupa Ingatan"Aa-aku ada di mana?" ucap Bu Aisyah terbata. Dia baru saja sadar dari pasca operasi.Aku langsung terbangun setelah mendengar ucapannya. Sengaja kutekan tombol bel untuk memberi tahu tim medis kalau beliau sudah sadar. "Alhamdulillah ibu sudah sadar." Aku berdiri lalu menatap wajahnya yang pucat pasi. "Ka-kamu siapa?! Dan kenapa aku ada di sini?" tanyanya kembali dengan pertanyaan tidak beraturan. Aku menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.Jarum infus melekat di tangan sebelah kanan. Aku takut kalau jarum itu terantuk. Tidak berapa lama, tim medis datang dan langsung memeriksa keadaan Bu Aisyah. "Alhamdulillah beliau tidak kenapa-napa," ucap Rio seorang dokter muda. Namanya jelas tertaut di name tag-nya."Bo-boleh saya bicara dengan ibu sebentar di luar," ucapnya setelah selesai memeriksa keadaan beliau."Bo-boleh, Dok," jawabku terbata. Aku grogi ketika menjawab pertanyaannya. Tidak tahu kenapa itulah yang aku alami.

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 70B

    "Ya.""Aku menelan ludah terasa getir. Apakah tidak ada sedikit kata maaf kepada beliau?" tanyaku memberanikan diri."Tidak," balasnya cepat."Aku mohon berilah rasa belas kasihan kepadanya. Aku kasihan karena beliau dalam keadaan tidak sehat. Kalau dia sehat seperti sebelumnya. It's ok! Namun, ini beda konteks," jelasku memohon agar beliau berubah pikiran. Ternyata apa yang aku katakan tidak ada respon baik. Aku hanya bisa pasrah.****Dua Minggu setelah kejadian itu, Bu Aisyah mulai sehat seperti biasa. Ingatannya mulai pulih kembali. "Mas, maafkan aku yang telah melukai hati dan perasaanku. Aku sungguh amat menyesal atas perbuatan yang kulakukan kepadamu."Bu Aisyah memulai percakapan di tengah heningnya suasana di dalam kamarnya. Pak Sudrajat sebenarnya tidak tega ingin mengintrogasi beliau dalam keadaan seperti ini. Namun, perasaannya terus bergejolak dengan hati nuraninya. Dia masih belum ikhlas menerima apa yang telah diperbuat Bu Aisyah kepada dirinya beberapa tahun yang sila

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 71A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 71: Arlan atau Rusly?Masalah sudah terbongkar semua. Aku hanya memikirkan nasib badanku mau ke arah mana untuk ke depannya. Berpikir lebih matang untuk menentukan langkah kaki hendak melangkah. Aku pergi pulang menuju rumah. Sudah beberapa hari ini aku tidak memanjakan tubuh walau hanya sebatas merebahkan tubuh dibatas kasur empuk. 'Aku rindu ranjangku,' ucapku sembari melangkah cepat.Aku lupa kalau kemari naik mobilku dan disetir oleh Pak Sudrajat. Aku bingung pulang naik apa. Nomor teleponnya tidak ada samaku membuat aku panik. Ditambah ponselku tidak tahu di mana rimbanya. Lengkap sudah penderitaanku."Mau pulang? Tumben sendiri?" suara khas baritone seorang pria membuat aku terkesima. Aku langsung mengarahkan pandangan ke asal suara itu. "Ka-kamu siapa?" tanyaku terbata."Mungkin Penguasa Alam mempertemukan kita kembali agar niat suci yang terbengkalai bisa tersegerakan," jelasnya membayarkan lamunanku. Aku menerka-nerka siapa pria yang ada

Latest chapter

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

DMCA.com Protection Status