kenapa mas parto bilangnya nduk? karenaitu adalah code, agar parman tau bahwa yang gedor rumah itu bapaknya soalnya kan mereka harus diam di rumah apapun yang terjadi kalau sudah malam di kampung sepuh
Sebuah keilmuan yang membuat tubuh seseorang bergerak sendiri, itu memang bisa dipelajari oleh siapapun, meskipun itu tampaknya tidak mudah.Ilmu nyurup, itulah yang biasa mereka kenal di tanah sunda. Nyurup memang berbeda dengan kesurupan, meskipun pada dasarnya kedua kata tersebut sama, yaitu surup dan nyurup, namun dalam prakteknya dua kata tersebut adalah dua kata yang jauh berbeda.Ilmu nyurup, adalah suatu ilmu yang mirip dengan suatu keilmuan yang ada di tanah Toraja, yaitu sebuah keilmuan yang membuat orang yang sudah meninggal bisa bergerak karena ada sesuatu yang mengambil alih mayatnya dan membuatnya bisa berjalan hingga ke pemakamannya.Sehingga, ilmu nyurup adalah sebuah ilmu yang membiarkan tubuh kita dikendalikan oleh makhluk yang ada. Namun, dia masih bisa mengontrol tubuhnya dan tidak membiarkan tubuhnya diambil alih oleh makhluk tersebut layaknya orang yang sedang kesurupan. Sehingga, orang-orang yang nyurup, bisa dengan mudah memasukan dan mengeluarkan semua makhluk
Suasana Gunung Sepuh pada malam itu benar-benar mencekam, Mang Ba'a yang sedang melakukan sesuatu agar dirinya bisa menarik kedua jiwa yang masih terjebak di dalam gunung kini harus bertemu dengan sosok yang tidak ingin dia temui ketika berada disana. Salah satu sosok yang paling Mang Ba'a hindari, dia tidak menyangka sosok itu akan turun untuk menemuinya di depan gerbang, karena sangat jarang bagi dirinya untuk turun dari puncak gunung hingga bertemu manusia seperti ini. Auranya sangat hitam pekat, bahkan saking pekatnya membuat daun-daun yang ada di sekitarnya mendadak kering dan layu lalu kemudian mati dan tidak bernyawa lagi. Salah satu sosok yang paling ditakuti, dihormati, dan paling dijunjung tinggi oleh semua makhluk yang ada di Gunung Sepuh. Juga, sosok yang menjadi penyebab dari kutukan yang membelenggu Kampung Sepuh dalam waktu yang lama. Sosok yang bernama Kala tersebut tampak lebih kecil sekarang, tubuhnya menyesuaikan diri dengan jalan setapak, yang atasnya dipenuhi o
Mang Ba'a memang sosok yang lebih kuat, seumur hidupnya dia habiskan untuk berlatih, bahkan masa mudanya dia habiskan dengan mengembara ke Selatan dan menantang semua preman-preman yang kini menjadi murid-murid di padepokannya.Sepertinya itu adalah gambaran dari sosok Mang Ba'a yang menjadi bapak asuh ketika Esih kecil, Mang Ba'a yang seumur hidupnya dihabiskan untuk mempelajari keilmuan yang diturunkan secara turun-temurun dari keluarganya, kini bertambah kuat dengan menjadi sosok yang paling dihormati di daerah Selatan.Daerah yang awalnya menjadi rumah bagi ilmu-ilmu hitam seperti teluh yang bisa melukai orang hanya dengan boneka khusus yang diritualkan dengan mantra-mantra tertentu. Kini mulai berubah ketika Mang Ba’a datang, karena mereka seringkali ditantang oleh Mang Ba’a yang tidak mau praktek itu menyebar di daerah selatan.Bahkan, semua preman-preman pasar, preman pelabuhan dia tantang satu persatu, preman yang mempunyai ilmu kebal dan ilmu-ilmu lainnya yang bisa memperkuat
Haaaaaaaaahhhhh Haaaaaaaaahhhhh “Astaga,dimana ini?” “Bukannya tadi kita sedang ada di depan gerbang?” “Ini sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Mas Parto, Mang Yayat, Yuyun, serta Parman tiba-tiba terbangun di dalam warung. Entah apa yang terjadi, mereka seperti tiba-tiba dipindahkan begitu saja ke dalam warung oleh sesuatu. “Bukannya, ki-kita tadi disuruh tutup mata?” “Terus?” Arggggghhh Mang Yayat yang baru tersadar kembali mengingat kejadian yang menimpanya, namun ketika otaknya yang berusaha untuk mengingat kejadian itu, tiba-tiba dia merasa pusing sehingga tangannya dia letakan di atas kepalanya. Yuyun dan Parman pun merasa bingung, kenapa dia berada disini. Namun, Yuyun yang tahu bahwa Mang Ba'a, Epul dan Omes masih belum ada di warung, kini langsung berlari kembali ke sekitar warung. Mencoba mencari tahu keberadaan mereka sekarang. Meskipun, Wussssshhhhhh Ketika pertama kali dia menginjakan kakinya di luar warung, tiba-tiba muncul sebuah angin yang kencang, yang be
Srak, Srak, Srak, Terlihat dua orang sedang berjalan melewati jalan setapak bersama dengan diterangi oleh sinar dari bulan purnama yang muncul di antara pepohonan yang rindang di kedua sisi jalan. Meskipun jalan setapak itu disinari oleh sinar bulan tapi mereka tetap ditemani cahaya dari lampu sebagai penerang jalan. Mengingat jalan setapak yang mereka lalui itu berbatu dan tak jarang berlumpur. Kedua orang itu adalah Esih dan Yoga berjalan bersama pada malam itu, Yoga yang tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba ada di hutan masih merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada malam ini. Meskipun, ada perasaan aneh yang kini terasa olehnya ketika mereka berjalan berdua. Semuanya terasa tenang seolah-olah ada yang sedang menjaga mereka malam itu yang bisa membuatnya tidak ketakutan lagi. Meskipun, Yoga merasa bahwa di belakangnya seperti ada yang mengikuti, karena terlihat beberapa kali ketika Yoga melihat ke dalam hutan yang gelap gulita, dia melihat beberapa pasang mata dari sela-sel
Hutan di Gunung Sepuh yang sangat lebat itu kini terasa gaduh di salah satu titik, dimana ada satu tempat yang berbentuk sebuah mata air kecil yang keluar dari dalam gua yang nantinya berkumpul di sebuah danau kecil di ujung sebelah kanan gunung, yang kini danau kecil itu akan diteruskan untuk dibuat irigasi yang nantinya akan digunakan oleh para warga.Di dalam gua itu tampak ramai, terdengar banyak sekali suara tertawa dari para makhluk-makhluk dengan nada yang berat, para makhluk itu tertawa terbahak-bahak sambil sesekali mengangkat sebuah akar pohon yang lentur dan panjang yang akan dia gunakan untuk.CtassssssARGGGGGGGGHHHHHHHAkar pohon tersebut dia pecutkan ke arah jiwa Omes dan Epul yang sekarang terkurung di sana, akar-akar dan dahan pohon berduri tajam yang dililit satu sama lain mereka pecutkan beberapa kali dengan diiringi suara tertawa karena mereka puas bisa menyiksa jiwa-jiwa yang telah merusak tempat-tempat ritual yang mereka tinggali hingga saat ini.HahahahahaHahah
Hosh hosh hosh,Aku berdiri dengan tubuhku yang tampak sudah sedikit letih sekarang, aku yang kini sudah mulai membiarkan tubuhku untuk bergerak sendiri. Kini hanya bisa berteriak kepada para makhluk yang ada di dalam gua untuk mengeluarkan Omes dan Epul, yang aku yakini ada di dalam sana dengan keadaan yang terluka.Hosh hosh hosh,Nafasku terasa sangat berat, aura yang dikeluarkan oleh para makhluk yang ada di sekitar gua ini sungguh sangat kuat membuat aura di sekitarnya menjadi sulit untuk bernafas.Tekanan yang membebani tubuhku mulai terasa, sehingga tubuhku yang awalnya berdiri tegak kini menjadi agak bungkuk, karena seperti ada sesuatu yang menempel di pundakku yang membuat tubuhku terasa berat.Mereka yang ada di dalam gua bukan makhluk yang sering aku temui di dalam warung, mereka telah hidup lama dengan memanfaatkan energi dan tumbal dari manusia yang datang kepadanya. Sehingga mereka tidak perlu dilayani layaknya para makhluk yang sering datang ke warung ketika malam tiba.
Teriakan itu menggema ke seluruh gunung, Aku yang sedang berusaha untuk mengambil jiwa Omes dan Epul tiba-tiba terhenti, aku mendadak tidak bisa menggerakan tubuh dan kakiku, bahkan pandangan mata yang seharusnya bisa aku kendalikan kini hanya menatap lurus ke arah makhluk besar yang ada di depanku pada saat itu.Aku hanya bertanya-tanya dalam pikiranku, kenapa hal ini terjadi. Sebelum akhirnya pandanganku mulai gelap, dan aku tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu.Lain halnya dengan Esih dan Yoga yang matanya terpejam. Wajah mereka berdua tampak berusaha untuk menghiraukan suara hewan buas yang mengaum di dekat mereka, Yoga yang penasaran ingin sekali membuka mata, namun Esih dengan cekatan langsung menutup mata Yoga agar tidak melihat atas apa yang terjadi.Meskipun akhirnya, tubuh mereka sama seperti yang aku rasakan, mereka mendadak kaku dan tidak bisa bergerak. Suasana di sekitarnya mendadak hening dan tidak ada suara auman yang mereka dengar pada saat itu.Sima juga merasaka