Teriakan itu menggema ke seluruh gunung, Aku yang sedang berusaha untuk mengambil jiwa Omes dan Epul tiba-tiba terhenti, aku mendadak tidak bisa menggerakan tubuh dan kakiku, bahkan pandangan mata yang seharusnya bisa aku kendalikan kini hanya menatap lurus ke arah makhluk besar yang ada di depanku pada saat itu.Aku hanya bertanya-tanya dalam pikiranku, kenapa hal ini terjadi. Sebelum akhirnya pandanganku mulai gelap, dan aku tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu.Lain halnya dengan Esih dan Yoga yang matanya terpejam. Wajah mereka berdua tampak berusaha untuk menghiraukan suara hewan buas yang mengaum di dekat mereka, Yoga yang penasaran ingin sekali membuka mata, namun Esih dengan cekatan langsung menutup mata Yoga agar tidak melihat atas apa yang terjadi.Meskipun akhirnya, tubuh mereka sama seperti yang aku rasakan, mereka mendadak kaku dan tidak bisa bergerak. Suasana di sekitarnya mendadak hening dan tidak ada suara auman yang mereka dengar pada saat itu.Sima juga merasaka
HahahahahaHahahahahaHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAKala yang mendengar hal itu dari sosok wanita cantik yang ada di depannya langsung tertawa terbahak-bahak. Bahkan tubuhnya langsung bergetar dengan kaki yang dia injak-injak ke tanah.“Nyi Ratu Kidul memang beda, kepintaran, kekuatan, juga keanggunan dan kecantikan yang bisa membuat manusia terpikat semuanya sempurna.”“Bahkan Nyi Ratu sampai menyusul ke tempat ini dan ikut campur masalah manusia itu di rumahku.”HahahahahaHahahahahaHAHAHAHAHAPlak, plak, plak,Kala menepuk tangan, dia tertawa di tengah-tengah amarah yang menyelimutinya pada saat ini. Suara tawa yang dipaksakan, yang berusaha dia keluarkan agar dia tidak menyinggung lebih jauh sosok yang ada di depannya. Dia kini bermain aman, dia tahu takaran kekuatan yang ada di dalam dirinya, yang bisa membuatnya menghilang dalam sekejap mata.“Aku tidak sempurna Raja Gunung, kamu, juga para makhluk yang kamu bawa semuanya tidak mempunyai kesempurnaan.”“Hanya bangsa seperti dia yan
PLAK, PLAK,Aku melihat tamparan itu dengan sangat keras, tepat ketika Omes dan Epul baru saja tersadar dan bangun dari tidur panjangnya. Aku jujur tidak tahu apa yang terjadi, siapa dia, kenapa aku sudah berada di depan gerbang dengan Yoga dan Esih.Hingga, Esih yang melihat bahwa Pamannya ada di depan gerbang langsung berteriak sambil sedikit berlari menghampirinya.“Emanggggg!” Kata Esih sambil berlari.Mang Ba'a yang berada di dekat Epul dan Omes langsung membalikan badannya ke arah Esih, dan tiba-tiba ketika melihat Esih mendekat. Semua amarahnya mendadak hilang, dan menyambut Esih dengan pelukan hangat.Sekilas, Mang Ba'a melihat ke arah Sima yang tak jauh dari tempatnya dia berdiri. Sima yang kini berubah kembali menjadi wujud kakek-kakek tua dengan pakaian yang serba hitam hanya mengangguk beberapa kali ke arah Mang Ba'a. seperti yang sudah mengerti apa yang dimaksud Sima, Mang Ba'a pun membalasnya dengan sedikit anggukan, sebelum akhirnya dia melihat kembali ke arah Esih yang
Tak terasa, malam yang begitu panjang dan menegangkan kini berakhir tanpa ada satu korban satupun. Mereka yang mengalami kejadian di malam itu pulang dengan selamat meskipun dua dari mereka kini menghilang kembali karena dibawa Mang Ba'a.Yoga dan Yuyun yang menjadi perwakilan dari kelompok KKN mereka menyetujui atas apa yang Mang Ba'a lakukan, membawa Omes dan Epul keluar kampung untuk sementara waktu, agar tidak terjadi kecurigaan terhadap apa yang terjadi di malam itu.Mang Ba'a berjanji akan membantu mereka mencari bapak dan pamannya, dia meminta waktu beberapa hari untuk mencari jejak mereka. Dan di saat itu juga Mang Ba'a menyarankan untuk Epul dan Omes ikut dan menginap beberapa hari di rumahnya yang ada di Selatan, mencoba memberitahu atas sisi gelap pekerjaan bapak dan paman mereka semasa hidup.Yoga, Esih dan Yuyun sepakat untuk menutup rapat-rapat kejadian ini, sebuah kejadian yang membuat mereka terutama Yoga yang menjadi pengalaman yang tidak mungkin dia lupakan selama hi
Di tengah-tengah kesibukanku dengan kondisi Kampung Sepuh yang hingga saat ini masih terikat oleh perjanjian yang membelenggunya, aku masih fokus mencari semua petunjuk yang ada, dan kini hampir seluruh Gunung Sepuh sudah aku singgahi meskipun tetap saja aku tidak pernah menemukan sesuatu yang bisa membuat kutukan ini berakhir.Makhluk yang harus aku temukan pun tampaknya memang sengaja menjauh dariku, dia sudah mengetahui apa yang sedang aku lakukan, berusaha membuat perjanjian ini mengikat ku semakin kencang di setiap harinya.Karena, setelah kejadian KKN tersebut, semakin banyak para makhluk yang datang ke warung. Para makhluk yang awalnya mempunyai tempat ritual sendiri kini sudah tidak punya lagi tempat untuk mereka berdiam diri sehingga datang ke warung untuk dilayani olehku.Bahkan, jiwa-jiwa yang bergentayangan tak tentu arah yang seringkali membicarakan tentang kehidupannya kepadaku di belakang warung.Jiwa-jiwa tersebut biasanya datang dengan cara tertentu, mereka tidak lang
Kampung Sepuh semuanya telah berubah, Mas Parto kini sudah tiada. Dia sudah berpulang ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Awalnya Mas Parto akan kita pulangkan ke rumah yang sebenarnya di Jawa bagian Timur, namun istri dan anaknya menyarankan untuk memakamkan dia di Kampung Sepuh, karena Mas Parto sudah tidak mempunyai siapa-siapa sekarang. Dia telah membuang kehidupannya yang dahulu dan memulai kehidupan yang baru di Kampung Sepuh seperti halnya asep. Mang Mumu dan Mang Yayat sekarang lebih sering di rumah karena umur mereka sudah tidak muda lagi dan kesehatan mereka yang memaksa mereka untuk tidak banyak beraktivitas seperti dulu. Generasi ku sekarang yang memimpin Kampung Sepuh, Parman bahkan yang umurnya lebih muda dariku kini sudah menikah dan mempunyai anak laki-laki yang bernama Wawan. tampaknya Rusdi juga yang telah menikah lebih dahulu pun merasakan hal yang sama, dia hingga saat ini belum mempunyai momongan seperti halnya keluarga kecilku yang hingga saat ini masih
Suasana di dalam rumah kini tampak ramai, beberapa warga yang tahu bahwa Esih sedang dalam kondisi akan melahirkan, langsung mendadak pulang dari sawah dan ladang. Mereka pulang ke rumah dengan terburu-buru, menyimpan semua peralatan bertani mereka di dalam rumah, membersihkan diri mereka dengan air hangat dan berangkat kembali ke rumahku sambil membawa peralatan seadanya seperti kain jarik, baskom dengan termos berisi air panas sambil menunggu Bidan Puskesmas tiba ke rumah.“Coba baringkan aja di tengah rumah, Esih kamu tiduran aja, jangan takut, tahan aja, ini masa pembukaan kok jangan khawatir, memang untuk pertama kali pasti seperti ini, sama seperti istrinya Parman sewaktu ngelahirin Wawan. ”"Atur nafas nya terus ya, Esih harus tenang jangan sampai tegang biar nanti lancar persalinannya! " Kata Bu Lela yang mencoba untuk menenangkan Esih agar dirinya tidak panik.“I, Iya Bu. ” Kata Esih dengan keringat dingin dan menahan rasa mulas yang terasa di perutnya pada saat itu.Bu Lela
Aku pun mengangguk atas apa yang dikatakan oleh Bu Sonah pada saat itu. Aku mengerti akan keadaannya dan langsung mendekati para warga yang menemaniku di luar rumah untuk membicarakan tentang apa yang dikatakan oleh Bu Sonah denganku.Parman, Darman, Rusdi, Caca dan Pak Kades serta para warga yang istrinya ada di dalam rumah ikut mendengarkan atas apa yang aku katakan. Mereka yang tinggal di dalam Kampung Sepuh sudah mengerti tentang situasi dan kondisi yang terjadi di dalam rumahku ketika malam tiba.Bahkan beberapa dari mereka memanggil istri-istri mereka yang ada di dalam rumah untuk membicarakan hal tersebut, dan memberitahu akan dua pilihan. Yaitu tetap membantu persalinan Esih di dalam rumah dengan resiko mereka harus tahan dengan gangguan-gangguan yang mungkin saja terjadi ketika malam tiba.Atau, mereka disarankan pulang olehku dan aku hanya meminta do'a dari mereka semua agar proses melahirkan istriku lancar.Jujur, aku lebih memilih mereka pulang ke rumah masing-masing, kare
Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma
Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah
Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu
Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja
Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma
Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya
Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka
“Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening
Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men