Share

Bab 15A

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-12 12:44:33

Alarm berbunyi begitu nyaring dan berisik, pertanda malam telah berganti pagi. Jam setengah lima alarm keduaku terdengar sedangkan alarm pertama setengah tiga dini hari sama sekali tak terdengar telinga.

Entah. Mungkin karena aku cukup kecapekan, jadi tidur terlalu lelap sampai bunyi alarm di samping telinga pun terlewat begitu saja. Bersyukur alarm kedua ini aku mulai terjaga. Jadi, masih banyak waktu menjalankan perintahNya. Setelah itu ingin menikmati semilirnya angin pagi di balkon penginapan sembari minum teh hangat.

"Sudah subuhan, Mi?" tanyaku saat Arumi keluar kamar lalu ikut duduk di sampingku dengan wajah lesunya.

"Sudah, Va. Mimpi buruk aku. Astaghfirullah, horor." Aku menoleh sesaat lalu tersenyum tipis ke arahnya.

"Makanya baca doa kalau mau tidur, bukan baca mantra," balasku asal. Arumi mencebik.

"Iya, mantra biar Mas Zain jatuh cinta sama aku, sayangnya dia justru jatuh cinta sama kamu yang terlalu bucin sama Mas Amran. Dasar cinta segitiga yang ribet," sambungnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 15B

    [Aku mau cari sarapan sama Arumi, Mas. Jangan keseringan telepon karena aku juga nggak mau istri barumu mengganggu waktuku saat kita bersama nanti. Aku baik-baik saja, kamu tak perlu khawatir, Mas]Kukirimkan balasan pesan untuk Mas Amran setelah dia beberapa kali menelpon dan mengirimiku tiga pesan pagi ini. "Bilang sama pangeran kalau kita mau keluar, Va. Mau cari sarapan dulu gitu. Takutnya dia kebingungan dan takut kehilangan lagi." Arumi membenarkan hijabnya di depan cermin. "Iya, sudah aku balas pesannya kok, Mi. Lama banget dandannya, kaya mau ketemu calon suami aja." Aku berucap asal sebab biasanya Arumi tak seribet ini, pakai rok segala. Tumben-tumbenan. Biasanya juga cuma pakai kulot sama kaos panjang dan hijab simpel. "Mau feminim kaya kamu sesekali biar dilirik cowok tampan," balasnya asal. "Nah, mulai kan." Arumi tertawa mendengar balasanku. "Canda tampan." Dia kembali terkekeh sembari menatapku sekilas lalu kembali menatap cermin. Setelah selesai membenarkan hijab,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 16A

    "Eh, Mas Amran. Kok bisa di sini?" Arumi tahu apa yang harus dia lakukan tanpa kuperintah. Jika terjadi kesalahpahaman di antara aku dan Mas Amran, dia pula yang harus bertanggungjawab sebab dia yang sengaja merencanakan ini semua. Dia yang meminta Mas Zain untuk datang tanpa sepengetahuanku. "Arumi, kalian liburan di sini ternyata," ucap Mas Amran sembari menatapku lalu beralih ke Arumi dan terakhir Mas Zain. "Iya, Mas. Aku sama Zilva memang ke Bandung. Kok kalian honeymoon di sini sih? Oh, kamu sengaja membuntuti Zilva? Supaya dia cemburu melihat kemesraan kalian berdua?" Arumi mensejajariku sembari melipat tangan ke dada. Perempuan di samping Mas Amran itu semakin mengeratkan tangannya, tak peduli meski laki-laki di sampingnya terlihat risih. "Terserah aku dong mau honeymoon di mana. Nggak ada urusannya sama kamu. Lagian kamu siapa? Jangan sok ikut campur urusan orang lain!" sentak perempuan itu dengan sinisnya. "Jaga bicaramu, La. Dia Arumi, sahabat baiknya Zilva." Mas Amran

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 16 B

    Arumi kembali melirikku lalu tersenyum tipis saat melihat keterkejutan di wajah Mas Amran."Mas Zain memang masih jomblo kok, Mas. Lebih tepatnya, aku dan dia sama-sama masih jomblo. Jadi, nggak masalah 'kan misal kami berdua saling dekat? Gimana, Mas?" Mas Zain pun tersenyum lalu mengangguk lagi saat Arumi menoleh ke arahnya. "Kalau buatku sih nggak masalah, Mi. Lagipula kamu teman ngobrol yang asyik dan seru. Ada banyak hal yang ingin kita obrolkan, makanya hari ini kamu ajak aku buat jadi tour guide. Bukannya begitu, Mi?" Mas Zain seolah paham ke arah mana jalan pikiran Arumi. Mereka memang cocok dan kompak. Arumi pun tersenyum lagi lalu mengangguk tepat saat Mas Amran menatapnya. "Aku sama Mas Zain cocok nggak sih, Mas?" Lagi, Arumi sengaja minta pendapat Mas Amran soal kecocokannya dengan Mas Zain. Tak hanya sekali tapi dua kali sebab Mas Amran belum jua memberikan jawaban saat pertanyaan pertama terdengar. "Iya, cocok. Serasi," balas Mas Amran singkat seolah setengah terpaks

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 17A

    [Sayang, hati-hati di jalan. Semoga liburanmu kali ini bisa membuatmu tenang dan senang. Jaga diri dan hati ya. Sebagai lelaki aku tahu apa yang ada dalam benak laki-laki yang kini bersamamu. Zain, dia masih mengharapkanmu]Pesan dari Mas Amran baru kubaca saat aku dan Arumi sudah sampai di Tangkuban Perahu. Dia masih berfoto ria, sementara aku entah mengapa mendadak tak bersemangat sama sekali. Ada perasaan berbeda setelah melihat Mas Amran juga liburan di kota yang sama denganku. Perempuan itu sepertinya memang sengaja merusak mood liburanku dan membuatku terbakar cemburu.Dia sengaja memilih kota ini untuk honeymoon, sekadar ingin memamerkan bulan madunya yang tak kalah seru dengan liburanku. Sengaja memperlihatkan kemesraannya dengan suaminya yang tak lain suamiku juga. "Va, ayo foto!" teriak Arumi sembari melambaikan tangannya padaku. Mas Zain pun menoleh, memintaku foto bersama Arumi dengan background Tangkuban Perahu yang kental dengan cerita Sangkuriangnya itu. "Ayo, Va.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 17B

    Hening sesaat. Terdengar hembusan panjang Mas Amran dari seberang. "Maafkan aku, Sayang. Kamu tahu sendiri mama kambuh waktu itu kan?" Aku malas membahas soal mama dan penyakit dadakannya itu."Maafkan aku yang terlalu takut kehilanganmu, apalagi saat ini kamu bersama Zain yang jelas dulu pernah melamarmu." Mas Amran kembali menghela napas panjang dan aku mendengarnya cukup jelas."Sudahlah, Mas. Kalau soal itu, kamu tak perlu khawatir. Sekalipun Mas Zain pernah melamarku atau mungkin sampai detik ini dia masih mengharapkan kehadiranku, tapi aku tahu kodratku, Mas. Aku tahu jika statusku saat ini masih sah menjadi istrimu. Tak mungkin aku melanggar prinsipku sendiri untuk setia dengan satu cinta. Aku tak seperti mereka yang mudah mendua, Mas. Apalagi saat tersakiti. Jadi, aku rasa kamu tak perlu setakut itu karena bisa jadi ketakutanmu hanya akan menyulitkanmu sendiri." Aku sedikit berbisik, tak enak jika didengar orang lain apalagi Mas Zain. "Janji ya? Kamu nggak akan meninggalkank

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 18A

    Aku menghela napas, kembali menatap Arumi yang masih mengomel lirih setelah mengirimkan pesan menohok itu pada Mbak Selly. Entah apa yang diucapkannya, tapi aku tahu itu hanyalah bentuk kekesalannya pada kakak iparku itu. "Va, nggak apa-apa 'kan aku kirim messenger begitu buat ipar kamu yang rese itu?" Mendadak Arumi menoleh lalu menatapku beberapa saat, seolah ada rasa tak enak sebab tak menunggu persetujuanku lebih dulu sebelum mengirimkan pesan itu untuk Mbak Selly. Padahal, dia tak perlu izin juga sebab hak setiap orang untuk berbalas pesan bukan? "Sorry kalau keceplosan, Va. Kira-kira nanti kamu kena masalah nggak ya kalau aku balas begitu? Aku baru kepikiran gimana kalau nanti dia melampiaskan kemarahannya sama kamu?" Lagi, Arumi kembali merasa bersalah. Dia mendadak gelisah karena takut jika balasan menohoknya tadi berdampak besar padaku. Aku pun merasa begitu. Mbak Selly pasti akan menyeretku dan menyalahkanku dalam masalah ini. Namun, lagi-lagi aku tak peduli sebab dia me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 18B

    [Kamu nggak cemburu melihat kemesraan suamimu 'kan, Va? Mama heran deh sama Amran. Bisa-bisanya dia mempertahankan perempuan yang tak bisa memberinya keturunan. Bahkan dia janji pula nggak mau berpisah dari kamu. Memangnya apa spesialnya kamu sih, Va? Karir nggak punya, wajah biasa saja dibandingkan Lala, mandul pula. Kalau nggak main pelet, mana mungkin anak lelaki mama itu cinta mati begitu sama kamu. Nggak mungkin deh. Cari pelet di mana kamu?] Kedua mataku berkaca saat membaca pesan menyakitkan itu. Dari dulu, mama memang tak pernah menghargaiku sebagai menantu, tapi kata-katanya kali ini benar-benar keterlaluan. Dia bahkan sampai menuduhku syirik dan bermain pelet hanya karena melihat kadar cinta anak lelakinya yang mungkin di atas rata-rata untukku. Seolah sengaja memamerkan kemesraan pasangan itu padaku, agar aku yang memilih mundur. Mungkin mama sudah kehabisan akal untuk membujuk anak lelakinya agar mau menceraikanku. Sampai kapan pun Mas Amran sepertinya tak ingin aku per

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 19A

    "Kamu nggak apa-apa, Va?" Aku tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. Tak ingin kutunjukkan pada mereka berdua rasa sakit yang kurasakan detik ini. Aku harus bisa menepisnya dan tak perlu mengotori pikiranku dengan pesan menyesakkan dada itu. "Makan dulu, Va. Setelah ini kita ke masjid sholat dzuhur." Aku kembali mengangguk. Mulai menikmati kepiting saos Padang, udang tepung dengan segelas es jeruk. Berusaha keras melepaskan beban di pundak, tapi tetap saja bayangan Mas Amran sedang honeymoon di sana, kegenitan Lala, murka ibu mertua dan kekesalan Mbak Selly kembali menyesaki benak. Setelah selesai makan siang, seperti biasa Arumi pasti akan mereview makanan yang dia pesan. Ini enaklah, itu kurang enak, keasinan, kepedesan, terlalu lembek tepungnya, terlalu asam kuahnya dan lain sebagainya. Namun, di akhir kalimat dia bilang," Not badlah ya, Va. Lain kali bisa ke sini lagi kalau ada waktu dan kesempatan." Kembali bersyukur memiliki sahabat sepertinya, dia yang pantang menyerah memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15

Bab terbaru

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Pesan Mengejutkan

    "Assalamualaikum, Jeng Ratna. Gimana kabarnya?" Ratna, mamanya Amran menerima panggilan telepon. "Wa'alaikumsalam, Jeng Mayang. Alhamdulillah kabar saya dan keluarga baik. Kabar Jeng May sama Wita bagaimana?" balas Ratna dengan senyum tipis. Ternyata yang menelepon saat ini adalah Mayang, mamanya Deswita. Wanita paruh baya itupun gegas mencuci tangan di wastafel. Suara Mayang terdengar cukup keras saat loud speaker di handphone Ratna diaktifkan. "Alhamdulillah kami juga baik, Jeng. Kebetulan Wita sama suaminya baru pulang dari Singapure. Mereka bawa oleh-oleh lumayan banyak, sudah dibagi-bagi ke tetangga. Tadi pagi kami ke rumah Jeng Ratna, sayangnya nggak ada di rumah. Memangnya Jeng Ratna sekeluarga ke mana?" tanya Mayang perlahan. "Oh iya, Jeng. Sejak kemarin kami memang pergi hajatan ke rumah saudara. InsyaAllah sore nanti pulang, sengaja menginap semalam di sini. Wita baru pulang honeymoon ya, Jeng?" balas Ratna lagi. "Benar, Jeng. Mereka baru pulang honeymoon di Singapure.

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tamu Spesial

    "Tamu yang kamu tunggu datang tuh, Mas," ucap Arumi saat melihat Lana dan Dikta datang dari pintu utama. Berliana adalah perempuan yang disukai Radit sejak dulu, namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia justru menikah dengan Dikta, cinta pertamanya saat di sekolah putih abu-abu dulu. "Apa kamu bilang?" tanya Radit yang tak terlalu mendengar ucapan istrinya. Radit sempat melamun beberapa saat, jadi tak fokus dengan pembicaraan Arumi. "Tamu yang kamu tunggu sudah datang. Lihatlah, biar hatimu senang," ucap Arumi lagi dengan menahan sesak di dada. Radit cukup kaget saat melihat Lana datang bersama suaminya, lebih kaget lagi saat mendengar ucapan sang istri perihal masa lalunya. Dia memang sempat cerita soal Lana sekilas, tapi tak menyangka jika Arumi mengenali wajah perempuan itu. Tanpa Radit tahu jika Arumi sempat melihat Lana di album foto mertuanya bahkan ada foto perempuan itu di dompet suaminya. "Kamu tahu darimana kalau dia Lana?" tanya Radit gugup. Dia menatap Arumi beber

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Sesak

    Suasana begitu meriah saat keluarga Amran sampai ke gedung tempat pernikahan Arumi dan Radit digelar. Sepasang pengantin sudah duduk di pelaminan. Arumi tampak cantik dan anggun dengan kebaya berwarna biru mudanya. Radit pun terlihat lebih tampan dan menawan dengan warna jas yang sama."Zilva!" Arumi melambaikan tangan pada Zilva yang baru memasuki gedung. Zilva tersenyum sembari memberikan kode agar sahabatnya itu bisa menjaga sikap karena banyak tamu yang datang. "Mas, aku ke sana sebentar ya?" ucap Zilva saat ingin menghampiri Arumi di pelaminan. "Iya, Sayang. Aku tunggu di sini sama mama. Mbak Selly juga mau ikut itu," balas Amran sembari menunjuk kakaknya yang melangkah paling belakang. "Iya, Mas. Mbak Selly juga mau ngucapin selamat." Zilva tersenyum tipis. "Kenapa nggak sekalian nanti aja pas mau pulang?""Kelamaan, Mas. Arumi sudah lihat tadi, lagipula cuma salaman aja, nanti ke sini lagi," bisik Zilva dibalas dengan anggukan suaminya. Zilva pun menggandeng Rafka lalu men

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Kabar Terbaru

    Robby, tangan kanan Amran itu tiba-tiba datang tanpa mengirimkan pesan terlebih dahulu. Sepertinya ada kabar penting yang dia bawa, makanya buru-buru datang meski dia juga tahu kalau Amran dan keluarganya ada acara saat ini. "Maaf mengganggu, Mas. Ada berita penting yang harus saya sampaikan secepatnya," ucap Robby sembari mengikuti langkah bosnya ke teras rumah. Amran duduk di salah satu kursi teras lalu disusul oleh Robby yang menduduki kursi lain. "Soal apa? Kecelakaan Prilly?" tebak Amran seketika. Namun, Robby menggeleng pelan membuat Amran mengernyit. "Kalau bukan itu, lantas soal apa?" tanyanya penasaran karena tebakan yang diyakininya benar justru salah besar. "Soal lelaki berjaket kulit yang selama ini meneror keluarga bos." Robby mengangguk pelan berusaha meyakinkan saat Amran menatapnya lekat. "Kenapa dia? Sudah tertangkap?" Kali ini Robby menggeleng. "Lantas? Lincah sekali dia, bisa-bisanya kamu dan anak buahmu tak mampu menangkapnya setelah sekian lama berusaha mel

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tamu Laki-laki

    Zilva merahasiakan permasalahan Arumi dengan calon suaminya dari Amran. Dia ingin menjaga perasaan sahabatnya, meskipun Amran sedikit tahu tentang kisah percintaan Arumi saat ini. Kisah cinta yang datang dari sebuah perjodohan, sementara Radit belum selesai dengan masa lalunya. "Cantik," puji Amran saat melihat istrinya keluar dari kamar dengan gamis abu-abunya. Rafka dan Amran pun memakai kemeja dengan warna yang sama. "Bukannya dari dulu memang cantik, Mas? Lupa?" Zilva sedikit mencibir saat digoda suaminya. "Nggak lupa dong. Lagipula kalau nggak cantik, mana mungkin jadi istri seorang Amran." "Oo ... jadi, kriteria menjadi istri Amran itu hanya cantik saja?" Zilva melirik malas. "Cantik wajahnya memang banyak, tapi yang cantik wajah dan hatinya itu nggak akan banyak." Amran menarik pelan dagu istrinya lalu mencium kening dan bibirnya."Kalian sudah siap?" Tiba-tiba mama Amran muncul dari ruang tamu. Sepertinya dia baru saja datang bersama Selly dan Ruri. "Astaghfirullah!" pek

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tak Masuk Akal

    "Om Galih ya, Mas?" tanya Zilva setelah Amran mengakhiri panggilan. Laki-laki itu pun mengangguk lalu meletakkan kembali benda pipih kecil berwarna hitam itu ke meja. "Om Galih bilang kalau Lala akan segera bebas sekitar enam bulan lagi." Zilva manggut-manggut. "Lala masih berharap kalau kamu bakal jenguk dia?" tebak Zilva yang tahu apa inti pembicaraan itu. Zilva paham bagaimana keinginan Lala, tapi dia juga mengerti bagaimana keputusan suaminya yang tak ingin berhubungan dengan mantan istrinya itu lagi. "Biar sajalah, Sayang. Makin ribet kalau nanti berurusan dengan dia lagi. Kita nggak tahu apakah tiga tahun penahanannya itu membuatnya benar-benar jera atau justru menimbulkan dendam semakin dalam." "Jenguk saja sekali, Mas. Nggak ada salahnya kan?" bujuk Zilva lagi. Namun, Amran justru hanya membalas dengan hembusan napas kasar lalu menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kamu lupa bagaimana sepak terjangnya selama ini? Dia nyaris memisahkan kita dan membuat kita selalu ribut, Saya

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Harapan Yang Berbeda

    "Assalamualaikum. Bagaimana kabarmu, Ran?" Suara dari seberang mengingatkan Amran dengan seseorang yang begitu dia kenal. Amran mengernyit. Dia tak tahu mengapa tiba-tiba laki-laki itu meneleponnya dengan nomor baru. "Wa'alaikumsalam, Pa. Alhamdulillah kabar baik. Papa sama mama gimana?" tanya Amran pada Galih, orang tua Lala yang tak lain mantan istri keduanya. "Alhamdulillah kami baik, Ran." Amran mengucap Hamdallah saat mendengar berita baik itu. "Sudah lama tak kasih kabar, papa hanya mau bilang kalau nomor yang lama hilang. Ini nomor baru papa." "Iya, Pa. Nanti Amran simpan nomornya. Maaf belum bisa jenguk papa dan mama. Akhir-akhir ini cukup banyak masalah dan Amran harus menyelesaikannya satu persatu." Amran menghela napas panjang. Sejak perceraiannya dengan Lala beberapa bulan silam, Amran memang hanya dua atau tiga kali menjenguk mertuanya. Itupun karena mama mertuanya sakit. Setelahnya, dia tak pernah ke sana lagi karena memang banyak masalah yang menimpa keluarganya.

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Nomor Asing

    "Fika, sini sama Tante." Zilva menyambut Fika dengan hangat. Gadis cantik itu dititipkan pada Zilva dan Amran selama Prilly masih di klinik. Romi yang bekerja sebagai karyawan swasta tak mungkin bisa menjaga Fika 24 jam. Dia harus bekerja dan menjenguk istrinya. Oleh karena itulah, pilihan terakhir dan terbaik memang menitipkan Fika pada Zilva karena dia yang selalu di rumah. "Tante, maaf kalau Fika ganggu Tante Zilva ya," ucap Fika dengan polosnya. "Nggak ganggu, Sayang. Tante justru senang Fika di sini. Adik Rafka ada yang nemenin main. Iya kan?" Zilva jongkok, mensejajari Fika yang berdiri di depannya. Dia pun tersenyum lalu mengusap puncak kepala Fika yang menatapnya dengan berbinar. "Iya, Tante. Fika mau ajak adik Rafka main," balas Fika sembari berlari kecil ke arah Rafka yang bermain bola di ruang tengah. Zilva dan Amran saling tatap lalu sama-sama tersenyum. Amran merangkul istrinya saat melangkah beriringan mendekati Rafka dan Fika. Mereka membicarakan tentang keadaan Pr

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Foto Pelaku

    "Gimana keadaan Prilly, Ma?" tanya Amran saat mamanya menjemput di depan pintu utama klinik Amal Sehat. "Alhamdulillah Prilly membaik, Ran. Dia cuma agak trauma saja." Amran menatap mamanya lekat."Trauma gimana, Ma?" lirih Amran sembari melangkah ke kamar inap Prilly. "Dia bilang beberapa kali tak sengaja lihat ada yang mengikutinya. Sebelum ke pasar tadi dia juga sudah lihat laki-laki yang menabraknya itu, tapi Prilly mencoba berbaik sangka. Ternyata, firasatnya memang benar kalau laki-laki itu ingin mencelakainya." Ratna menjelaskan semuanya pada Amran. "Jadi, Prilly memang sengaja ditabrak?" tanya Amran lagi saat berhenti di depan kamar inap Prilly. Ratna pun mengangguk. "Dia kabur setelah melihat Prilly tergeletak di trotoar." "Kurang ajar," gumam Amran begitu geram. Jemari-jemarinya mengepal. Dia tak akan tinggal diam melihat adiknya diperlakukan semena-mena seperti itu. "Sudahlah, Ran. Yang penting sekarang kesembuhan Prilly dulu. Soal pelakunya kita urus belakangan." "N

DMCA.com Protection Status