Share

Bab 9 - Tak Mengerti

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ketika Rania baru membuka pintu utama, sebuah mobil berhenti didepan pagar.

“Ma, itu siapa?” tanya Satria.

“Kayaknya tante Sani sama Agil.”

Benar saja, saat pintu mobil terbuka, Agil yang dua tahun lebih tua dari Satria langsung berlari mengelilingi komplek.

“Agil! Jangan jauh-jauh larinya! Hey, denger ibu gak?” Sani berusaha mengejar tapi kakinya pegal setelah seharian berdiri. Di bank tempatnya bekerja kebetulan sedang ada event awal tahun.

“Mbak?”

“Ran, kamu baru pulang?”

“Iya. Itu Agil...”

“Udah biarin aja. Mbak capek banget ngejarnya.”

“Pasti aman, mbak. Di depan ada satpam yang jaga. Masuk, mbak.”

Rania dan Sani duduk, sementara Satria berlari menuju kamar mandi karena sudah kebelet pipis sejak di taksi setelah pulang dari Day Care.

“Gimana hasil pemeriksaannya?”

“Baik, mbak.”

“Syukur lah. Oh iya ini mbak bawain Green Tea cake kesukaan kamu.” Sani menaruh paper bag diatas meja, “Dari outlet yang simpang lima itu.”

“Ya ampun, mbak, repot-repot deh, aku jadi gak enak.”

“Gak papa. Mas Arbi tadi wanti-wanti banget jangan sampe aku gak dapet yang rasa Green Tea. Katanya gak akan kamu makan kalo rasa lain.”

“Kak Arbi suka berlebihan deh. Aku suka semua rasa kok.”

“Mas Arbi kok tahu banget ya kesukaan kamu. Aku jadi iri.”

Rani tersenyum, “Ngapain iri sama aku? Kak Arbi pasti tahu lebih banyak soal mbak.”

Sani manyun, “Mana ada, Ran. Ipar kamu itu gak tahu apa-apa soal aku, dia juga gak peduli apapun yang terjadi sama aku.”

“Oyah?” Rani terkejut karena sikap Arbi padanya begitu manis. Jadi ia pikir sikapnya pada Sani pasti lebih manis lagi.

“Iya. Percaya gak percaya nih, waktu aku kepeleset di kamar mandi, dia sama sekali gak khawatir, gak bantu, dan gak ngajakin berobat. Aku harus ngelakuin semuanya sendiri. Apalagi kalo soal Agil, wah dia angkat tangan banget.”

“Mungkin kak Arbi capek di kantor. Jadi Manager ‘kan tanggung jawabnya pasti besar, jadi dia gak sempet bantu mbak buat ngasuh Agil.”

“Ran, siapa sih yang gak capek ditempat kerja? Alfi juga sibuk di resto karena dia kepala koki. Tapi apa yang terjadi? Dia bisa jadi suami dan ayah yang baikkkk banget buat kalian. Kamu tuh beruntung banget, Ran bisa punya Alfi.”

Rani tersenyum kecil. Andai Sani tahu apa ang terjadi pada Alfi, entah ia masih bisa bicara seperti itu atau tidak.

“Aku jadi bingung ujian pernikahan kalian apa. Financial oke, soal anak juga oke, kamu punya Satria, kamu juga lagi hamil dan katanya anaknya cewek, kamu gak capek sama sekali karena jadi IRT. Sedangkan aku? Ya kamu liat sendiri deh.”

“Percaya deh, mbak, aku pengen kerja kayak mbak, tapi... mas Alfi gak kasih izin.”

“Masa? Alfi gak izinin kamu kerja?”

Rania mengangguk.

“Itu karena dia takut kamu kecapean, Ran. Bagus jadi IRT, kamu cukup mikirin rumah aja.”

Rania tersenyum kecut, “Mbak, istirahat dulu ya, aku mau bersih-bersih terus lanjut masak.”

“Gak usah masak. Mas Arbi bilang dia udah di jalan dan bakal bawa Gudeg Yogya favorit kamu. Udah kamu bersih-bersih aja. Sana.”

Rania mengangguk. Arbi begitu perhatian padanya, tapi ia merasa tidak suka. Terlebih ketika ia mendengar sikap iparnya itu tidak sebaik yang ia pikir pada istrinya.

Ketika kembali ke ruang tamu setelah mandi, Alfi pulang. Mendapati ada Arbi disini, membuatnya langsung masuk kamar dan enggan makan malam bersama.

“Alfi kenapa? Kalian berantem, mas?”

Arbi menggeleng.

“Eum... mas Alfi paling kecapean. Kalian makan aja, ya. Satria udah nunggu di meja. Yuk.”

Arbi, Sani dan Agil melenggang ke ruang makan. Mereka duduk melingkar.

“Kalian makan duluan aja, ya, aku nanti sama mas Alfi.”

Sani mengangguk, “Kamu pijitin aja tuh Alfi, kasian.”

“Udah gak perlu, Ran. Tangan kamu ‘kan pasti sakit.”

Sani melirik Arbi, “Kenapa emangnya sama tangan Rania?”

“Tadi pagi gak sengaja kena pisau.”

“Oh.” Sani mendadak murung, “Ran, kita makan duluan ya.”

“Iya, mbak, silakan. Aku susul mas Alfi dulu ke kemar.”

Alfi turun dari tangga, “Gak perlu disusul, sayang. Kak, maaf tapi lebih baik kakak pulang aja.”

Semua menatap Alfi termasuk Satria, “Kok papa usir om Arbi?”

Alfi hanya melirik Satria sekilas.

“Ehm, iya, kita makan di rumah aja.” Arbi bangkit dari kursi, “Ayo.” ajaknya pada Sani dan Agil.

Rania mengerti kenapa Alfi bersikap begitu. Meski tidak pantas mengusir kakaknya yang akan makan, ia diam saja. Ia malas ribut dengan suaminya.

Alfi berjalan cepat menuju depan rumah.

“Mas, duluan aja, aku ke toilet dulu.”

Arbi mengangguk. Ia berjalan keluar rumah membawa jasnya. Ia mendekati mobilnya dan berhenti saat berdiri samping Alfi, “Soal pagi tadi, maaf, Fi.”

“Gak perlu terlalu sering kesini.”

Arbi bergeming.

“Tolong hargai aku, kak.”

“Fi, tadi kakak cuma—”

Rania menyusul keluar membawa dua rantang berisi nasi dan lauk pauk yang dibeli Arbi. Ia tidak enak jika harus memakannya sendiri, padahal yang membelinya adalah Arbi, “Kak, ini Gudeg sama lauk lainnya.”

“Gak perlu, Ran, ini buat disini kok.”

“Gak papa.”

Arbi terpaksa membawa rantang itu, “Makasih ya.”

Sani keluar menyeret Agil yang sibuk lari berkeliling rumah, “Mas, aku ikut mobilmu ya. Nanti mobilku aku bawa besok aja.”

“Kita bawa mobil masing-masing aja.” Arbi melenggang masuk ke dalam mobilnya.

Sani membuang nafas kesal, “Tuh, kamu lihat, Ran, kelakuan ipar kamu. Mbak tiap hari dapet perlakuan kayak gitu dari mas Arbi. Ya udah, mbak sama Agil pulang dulu ya, Fi, Ran.”

“Iya, mbak, hati-hati.”

Seperginya mobil Arbi dan Sani, Alfi menatap Rania intens, “Kamu seneng liat mereka gak akur?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si rani kayaknya g punya otak dan hanya punya nafsu aja. klu orang waras pasti g akan mau bolang klu dia tertarik sama kakak iparnya. betul2 wanita tolol tanpa pertimbangan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 10 - Mencomblangkan Roland

    Rania dan Alfi belum bicara lagi setelah pertanyaan tadi sore diberikan. Rania tentu tak menjawab apapun, ia hanya kebingungan karena ditanya seperti itu. Kini, saat Satria sudah tidur, ia hanya duduk diranjang dengan pikiran yang penuh. Apalagi yang harus ia lakukan untuk mencari bukti tentang penyimpangan suaminya? Kalau foto bisa di edit, berarti bukti penginapan itu juga? Tapi ucapan Alfi saat mengangkat telpon dari Roland tidak bisa dibantah. Suaminya itu ketakutan dan mengatakan jangan sampai ia tahu? “Sayang.” Alfi mendekati ranjang. Sikap Alfi tak berubah seolah tidak ada pertengkaran diantara mereka. Memang tidak ada, tapi ia tahu suaminya marah pada kakaknya karena dirinya. “Aku mau,” Alfi menatap genit, “Tadi kata dokter kita boleh, ‘kan?” Rania menarik nafas sebelum harus pura-pura tersenyum, “Dokter bilang adek bayinya gak boleh kena guncangan.” Alfi menatap kecewa, “Padahal aku pengen banget.”

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 11 - Keputusan Sulit

    Setelah mengantarkan Satria sekolah, Rania memiliki waktu untuk kembali bertemu Fira. Sahabatnya itu ada praktik siang di rumah sakit, sehingga mereka bisa bertemu dan ia bisa menjemputnya ke TK tempat Satria belajar. Mobil Fira baru masuk pelataran gedung. “Masuk, Ran.” Rania segera memasuki mobil. Ia tidak mengatakan akan pergi keluar pada Alfi, karena suaminya itu pasti curiga. Suaminya tahu bahwa ia hanyalah ibu rumah tangga yang jarang keluar rumah kecuali untuk urusan belanja dan Satria. Tapi setelah pulang dari Villa, ia berubah jadi sering keluar. “Kenapa lagi? Pagi-pagi kok udah cemberut?” Rania menoleh, “Fir, laki-laki Homoseksual bisa kembali normal ‘kan?” “Bisa, tapi susah. Dia harus punya tekad yang kuat, Ran.” “Ada yang mempengaruhi gak cepat atau lambatnya proses penyembuhannya?” Fira hanya menatap sahabatnya itu sebelum mobilnya belok menuju sebuah kafetaria yang akan mereka tuju, “Ran, lo

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 12 - Jujur pada Fira

    “...Jadi apa yang terjadi?” “Mas Alfi... tetangga yang aku ceritain itu gak ada, Fir. Itu sebenernya...” Rania mendongak menatap Fira yang berdiri disamping kursi. Bicaranya terbata karena sebetulnya ia tidak siap memberi tahu siapapun mengenai kondisi suaminya. Fira duduk dengan mata yang terus terpaku pada Rania, “Jangan bilang Alfi... Homoseksual?” Rania tak berani menatap mata Fira lagi. Ia mengangguk lalu menunduk melanjutkan tangisnya. Fira tetap menatap sahabatnya yang hidupnya sudah pasti bukan hanya hancur, tapi juga lebur. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan kabar ini justru disaat ia mengatakan bahwa pernikahan mereka adalah panutan baginya. Tak ada yang bisa Fira katakan lagi. Terlalu banyak pertanyaan yang harus ia ketahui jawabannya, tapi ia yakin Rania pun tidak tahu semua jawaban itu. “Aku... hidup aku... rasanya berhenti waktu tahu semuanya.” isak tangis Rania membuat hati Fira juga nyeri, “Fir,

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 13 - Bagai Kapal Pecah

    Rania tak pernah merasakan hidupnya sehancur ini sebelumnya, meski masalah banyak datang di fase kehidupan sebelumnya. Masalahnya selalu bisa diselesaikan setelah ia menangis. Tak seperti sekarang, ia sudah menangis beberapa hari ini tapi tak kunjung mendapatkan solusi harus bagaimana menghadapi semuanya. Setelah bertemu Fira, ia menjemput Satria dari TK dan langsung pulang. Rania tak memiliki hasrat untuk pergi belanja meski kulkasnya sudah tak menyimpan bahan makanan. “...mama gak denger aku ya?” suara cempreng Satria baru terdengar. “Kenapa, sayang? Kamu ngomong apa?” Rania menoleh pada Satria yang sedang memangku robot Transformer kesayangannya. “Aku laper, ma!” Rania melirik jam dinding bergambar Robot di dinding. Sudah jam delapan malam, “Ya ampun, maafin mama ya, sayang. Mama pesenin makan malam di aplikasi aja ya.” “Aku mau Ayam Goreng Tepung.” “Iya, sayang. Mama pesen sekarang ya.” Rania mengambil

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 14 - Mengatur Rencana

    Rania melenggang santai menaiki tangga, “Nanti tolong temenin Satria gosok gigi dan bacain dia dongeng, ya, mas.” Alfi tak mendebat ucapan istrinya. Ia mulai membereskan rumah yang dua tahun terakhir selalu rapi dan bersih karena Satria sudah mulai bisa membereskan barang miliknya sendiri. Ia hanya heran dengan perubahan sikap Rania yang tak biasa. Di dalam kamar, Rania sibuk mengatur rencana yang akan ia lakukan mulai dari sekarang. Ia sengaja menguping pembicaraan Alfi dan Arbi tadi. Ia tidak paham awalnya, tapi lama-lama ia mengerti kalau Arbi, kakak iparnya yang selalu perhatian padanya menyukai dirinya dulu. Entah kini, ia juga tidak peduli. “Aku harus bikin mas Alfi cemburu sama kak Arbi. Waktu itu aja dia marah banget karena aku bilang tertarik sama kakaknya. Tapi gimana ya cara bikin kak Arbi terus kesini?” Rania tersenyum senang. Terlintas ide dimana ia tahu bagaimana cara iparnya itu terus datang kesini. “Sayang, aku u

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 15 - Menghayati Diri

    Satria sudah berangkat sekolah bersama papanya. Rumah juga sudah wangi dan rapi. Bahan-bahan masakkan pun sudah lengkap. Alfi yang membereskan semua. Suaminya itu memang cekatan urusan rumah, Rania beruntung. Tapi untuk masalah batin, ia jauh dari kata itu. Pernikahan untuknya adalah hal sakral yang harus terjadi sekali seumur hidup. Tapi jika suaminya menyimpang seperti Alfi, Rania tak masalah sama sekali jika harus bercerai. Tak ada pilihan lain selain berdiri sendiri, karena ia butuh kedamaian. Belum lagi Satria semakin hari semakin besar. Lama-lama sikap Alfi dan Roland pasti akan terlihat. Drttttt~ Rania meraih ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. From : Roland Alfi udah cerita ke aku soal kamu yang gak mau terima mainan dari aku buat Satria. Dia juga cerita kamu gak mau aku ketemu sama Satria. Aku gak tahu apa yang ada dipikiran kamu. Tapi sikap begini justru akan bikin Alfi curiga Rania menaruh ke

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 16 - Perhatian Kecil Arbi pada Satria

    “Land, bentar, ada panggilan lain masuk.” Rania mematikan sambungan telpon pada Roland dan mengangkat panggilan dari salah satu guru Satria, “Halo, miss?” “Halo, mama Satria, saya mau kasih kabar kalau Satria jatuh dari tangga. Mam bisa ke sekolah sekarang?” Rania menganga kaget, “Ta-tapi Satria gak papa ‘kan, miss?” “Satrianya gak papa, mam, ada luka robekan di dahi dan memar di betisnya.” “Saya kesana sekarang.” Rania kalut sekali, ia tidak bisa berpikir jernih mendengar keadaan Satria, padahal jelas, gurunya barusan mengatakan kalau Satria baik-baik saja. “Aku harus telpon mas Alfi. Enggak-enggak, mas Alfi pasti lagi kerja, hapenya pasti di loker. Terus siapa ya? Kak Arbi? Iya kak Arbi.” Telpon tak langsung diangkat. Selagi menunggu, Rania membawa tas dan memasukkan dompet serta minyak angin ke dalam tasnya. “Halo Kak, Kak bisa dateng ke sekolah Satria gak?” “Aku lagi mau meeting, R

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 17 - Awal Pertengkaran

    Rania menutup kamar Satria setelah memastikannya sudah terlelap tidur. Ia yang mengira Alfi sudah kembali ke Hotel, sedikit kaget kala mendapati suaminya sedang memperhatikan Agil yang sedang berkeliling rumah memainkan mainan pedangnya. “Mas, kamu gak balik kerja?” “Aku udah izin. Gak papa, ada co asisten kok di dapur.” Rania berjalan memasuki kamarnya yang bersebrangan dengan kamar Satria. Alfi bangkit dari sofa dan menahan Agil yang akan menuruni tangga. “Agil, jangan kemana-mana ya. Mainnya dirumah aja. Semua pintu dikunci, jadi jangan berusaha dibuka, karena nanti berisik dan ganggu Satria yang lagi tidur.” “Oke, om.” “Mainnya pake mainan Agil sendiri ya. Gak boleh mecahin barang dan—Agil!” Tanpa menunggu Alfi selesai bicara, Agil sudah berlari menuruni tangga sambil berteriak kecil. Ia sudah diingatkan dari tadi bahwa tidak boleh berisik karena Satria sedang sakit. Alfi melenggang ke kamar,

Latest chapter

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 89 - Kehidupan Impian

    “Kamu kuat gak jalannya? Mau aku pinjemin kursi roda aja?” Rania menggeleng, “Aku kuat ko, mas. Aku ‘kan kuat kayak Satria.” Arbi tertawa, “Satria paling kuat sedunia, disusul kamu, disusul sama calon adik Satria.” Ia mengelus perut yang sudah mulai membesar itu. Rania tersenyum, “Satria mana ya, mas? Kok lama banget.” “Aku susul deh, kamu duduk dulu.” “Ya udah, aku tunggu disini.” Sesaat sebelum Arbi membantu Rania duduk dikursi tunggu lobi rumah sakit, sepasang kaki yang berhenti didepan mereka. Rania dan Arbi sontak mendongak menatap siapa pemilik sepatu yang mereka kenal baik. Senyuman itu tidak berubah. Rania melihatnya senang. Kedua matanya mendadak panas, “Mas Alfi?” “Rania, apa kabar?” Bukan jawaban yang Rania berikan, tapi sebuah tangisan yang sudah lama ia pendam. Seluruh hatinya dipenuhi rindu untuk kekasih lamanya yang baru terlihat lagi. Arbi menelisik wajah istrinya. Ia takut sekali hatinya kembali memihak Alfi seperti dulu. “Mama, papa, maaf ya ak

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 88 - Kembali Kehilangan

    Enam bulan kemudian... PRANG! “Rania?” Fira yang baru sampai dan berniat akan mengantarkan Rania ke kampus karena ia juga ada urusan disana, menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari menerobos rumah yang pintunya tertutup rapat. Ia berlari mencari sumber suara dimana mungkin Rania sedang membutuhkan bantuannya, “Ran? Ran, lo dimana?” “Fir, tolong.” Fira mendengar suara itu dibelakang rumah. Ia menemukan setumpuk piring pecah dan aliran darah dari bagian bawah sahabatnya, “Ran?” “Fir, aku—aku gak kuat. Ini sakit banget.” “Ya ampun, Ran, sini kita ke mobil pelan-pelan ya.” Di depan ruang Ponek, nafas Fira naik turun menunggu hasil pemeriksaan dokter. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ia mengingat dengan jelas rumah sangat berantakkan tadi. Barang berterbangan, dan ada noda merah dibeberapa bagian sofa. Rania juga hanya sendiri di rumah. Seharusnya ada Arbi disana. Kemana ya dia? Satria jelas sedang sekolah. Tunggu, apakah Satria baik-baik saja? “Dengan wa

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 87 - Menikah

    Rania dan Arbi berkeliling mendatangi tamu. Acara akad dan resepsi berjalan lancar tanpa kendala. Acara yang disiapkan Fira begitu sempurna. Ia berharap sahabatnya itu akan segera menyusul menikah. Rania tak menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Dari pihak keluarga suaminya, ia tidak melihat Alfi. “Sayang, kamu capek ya?” “Hm?” “Kamu agak pucet. Kamu gak enak badan ya?” “Enggak kok, mas.” “Kamu duduk aja, nanti aku nyusul.” “Gak papa, mas.” Arbi mencolek hidung Rania, “Nanti malem kamu harus bugar loh. Jadi sekarang jangan terlalu capek. Gih, duduk dulu. Aku keliling sebentar. Ada beberapa temen yang baru dateng.” Rania mengangguk, “Aku duduk ya, mas.” Rania berjalan dengan langkah pelan menuju pelaminan. Ia berharap Alfi datang agar bisa melihat kondisi terbarunya. Ia ingin tahu apakah mantan suaminya itu sehat. Fira yang sedang berbincang dengan teman-teman kuliah melihat Rania duduk lemas. Ia menghampirinya, “Ran, lo haus? Gue ambilin minum ya?” Ra

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 86 - Menerima Cinta Arbi

    Papa dan mama sedang bicara santai di ayunan belakang rumah. Rania yang haus tengah malam, tidak sengaja diam lebih lama mendengar obrolan mereka di dapur. “Tabungan papa semakin tipis, ma. Kita harus bayar kuliah profesi Rian. Kita juga harus bayar uang pangkal SD nya Satria.” “Mama bisa kok jual semua perhiasan mama, pa.” “Jangan, ma. Kehidupan kita masih panjang.” “Ya terus papa mau apa? Papa gak mungkin kerja lagi.” “Kita jual aja mobil pertama kita.” “Papa yakin? Papa sayang banget loh sama mobil itu.” “Demi Satria. Mana Rania juga mau kuliah profesi. Kemarin biayanya lumayan ‘kan pas disebutin? Kasian kalau dia harus mengubur mimpinya lagi.” Mama membuang nafas pelan, “Andai aja Rania mau terima Arbi langsung, dia pasti bahagia. Arbi bilang dia bersedia menanggung semua biaya kuliah Rania, bayar uang pangkal SD Satria juga. Sayang, Rania masih mikirin si Alfi.” “Ma, kasih aja Rania waktu.” “Mama cuma takut dia gak mau nikah lagi, pa. Apalagi dia gak mencintai

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 85 - Kehidupan Setelah Bercerai

    Empat bulan kemudian... Rania menyirami bunga di halaman rumah mama. Ia tertawa melihat Satria bermain lempar bola dengan Agil. Sudah empat bulan ia dan Satria tinggal disini. Kehidupannya setelah bercerai terjadi baik dan lancar. Mama memintanya bergabung mengikuti organisasi pemberdayaan perempuan yang baru bercerai. Disana terdapat banyak kegiatan sehingga hal tersebut cocok sekali untuknya. “Mama, aku capek.” “Aku juga capek, tante.” “Ya udah kita istirahat dulu ya. Kalian tunggu aja di teras, mama bawain dulu minuman seger buat kalian.” “Yeee!” Satria dan Agil berteriak kegirangan. Rania menaruh poci siram dipinggir dan berjalan menaiki tangga. “Mau kemana? Minumannya udah mbak bikinin.” “Makasih ya, mbak.” “Iya. Minuman dataaaang.” Satria dan Agil berlari untuk mengambil jus tomat itu. “Abisin jusnya, biar mainnya makin semangat.” “Makasih ya, tante.” “Sama-sama, Satria.” Mereka duduk bersama di teras rumah mama yang asri. Mama dan papa ikut keluar

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 84 - Kehadiran Roland di Persidangan

    Rania melirik ke belakang untuk melihat ekspresi semua keluarganya. Mama dan Fira mengangguk untuk ia mengatakan ada alasan selain KDRT itu sehingga ia menggugat cerai suaminya. “Saya ulangi, di berkas perkara gugatan saudari pada suami adalah karena adanya hal lain. Kami ingin mendengar langsung apa yang terjadi selain KDRT itu? Silakan.” Rania menutup matanya. Ia memegangi mikrofon dengan tangan bergetar. Di belakang, mama dan Fira saling berpegangan tangan, berharap Rania tak bodoh seperti biasanya demi menjaga harkat dan martabat calon mantan suaminya. “Alasan saya meminta cerai dari suami saya selain KDRT itu, karena rahasia suami saya yang terbongkar, yang mulia.” “Rahasia apa itu?” “Suami saya—” Roland yang sedari pagi sibuk mengelilingi semua tempat untuk menemukan Alfi, akhirnya menemukan tempat ini setelah berpikir keras buah dari informasi singkat dari petugas resepsionis rumah sakit. Kini ia berdiri sejajar dengan tempat duduk mama dan yang lain, “Mohon izin

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 83 - Pembelaan Rania dan Alfi

    Jam sepuluh pagi sidang digelar. Rania dan Alfi duduk di kursi depan yang menghadap langsung dengan ketiga hakim yang akan memutuskan, apakah gugatan akan dikabulkan atau tidak. Sejauh ini semua berjalan lancar. Mereka bisa kooperatif menyampaikan apa yang terjadi sesuai perkataan saksi. “Untuk saudari Rania, apakah anda memberikan kesempatan untuk suami anda, saudara Alfi agar kalian bisa rujuk?” “Tidak, yang mulia.” “Kenapa anda memasukkan gugatan ini?” “Seperti yang sudah dikatakan oleh para saksi, para ahli forensik, dokter jiwa dan kandungan, saya mendapatkan penyiksaan verbal dan non verbal selama beberapa bulan terakhir ini.” “Apa saja yang saudari dapatkan dalam penyiksaan tersebut?” “Untuk verbal ada cacian, untuk non verbal, pelaku menampar, memukul, menjambak rambut saya, hingga menendang perut saya sampai bayi saya meninggal dalam kandungan, yang mulia.” Mama dan Fira menangis mendengar semua perkataan Rania di depan. Mereka sangat dekat dengan Rania tapi t

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 82 - Sidang Pertama

    Alfi berhasil kabur dari apartemen. Ia pulang ke rumah berharap Rania dan Satria ada disana. Ternyata rumahnya kosong. Bahkan semua barang pribadi mereka sudah tidak ada. Yang ada hanya tetangganya meliriknya sinis. Mereke berbisik-bisik tak menyangka, orang sebaik Alfi bisa menjadi pelaku KDRT. Padahal ia dikenal sebagai suami yang baik dan lemah lembut. “Apa aku harus ke rumah mama? Mungkin Rania sama Satria pindah ke sana.” Alfi langsung tancap gas ke Tangerang. Begitu sampai pagar, ia melihat asisten rumah tangga paruh waktu yang bekerja di rumah mertuanya kaget melihat dirinya. “Mas Alfi ada barang yang ketinggalan?” “Mbok, mama ada di dalem ‘kan?” “Loh. Ibu ‘kan sudah berapa hari ini nginep di Jakarta. Katanya ada urusan. Mbok pikir ibu nginep di rumah mas.” “Mama gak pulang-pulang?” “Cuma bapak yang pulang bawa baju kemarin. Ibu tuh sebenernya ada urusan apa, mas? Ada acara keluarga ya di Jakarta?” “Eum—” “Tumben ibu gak kasih tahu saya.” “Ya udah mbok ka

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 81 - Kabur dari Roland

    Alfi tertawa, “Bertahan sama kamu?” “Aku akan kasih semuaaa yang kamu mau. Setelah kalian bercerai, rumah itu biar aja jadi milik Rania. Aku akan ganti dengan rumah yang lebih besar. Kamu setuju?” Alfi tertawa miring, “Rumah yang lebih besar?” “Iya. Kita juga bisa pergi ke luar negeri buat rayain semuanya.” “Jangan harap itu akan terjadi.” Alfi mencekik Roland sekencangnya berharap ia mati seketika. “Uhuk, Alfi!” “Mati lo bajingan!” Roland berusaha melepaskan lengan Alfi dilehernya. “Gue terpaksa melayani lo karena uang. Gue hanya mencintai Rania. Gue hanya memanfaatkan lo selama ini.” Tubuh tinggi Roland yang melebihi Alfi akhirnya menjadi penolongnya dari cekikkan Alfi. Roland balas mencekik Alfi. “Aku gak akan sampe bunuh kamu. Aku seneng kejar Tikus kehausan kayak kamu.” “Lepas!” “Mau lepas?” Roland melepaskan kedua tangannya, tapi satu layangan tinju diberikan di sisi wajah Alfi, “Mampus lo! Lo pikir gampang kabur dari gue atau bunuh gue?!” Alfi memegang

DMCA.com Protection Status