Share

Bab 50 - Keterlaluan

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ibu menunduk, begitu juga dengan ayah. Keterlaluan mereka. Tahu anaknya tidak sama dengan lelaki lain, tapi mereka diam saja?

“Aku... gak bisa, bu, aku akan tetep gugat cerai mas Alfi.”

“Tolong ibu, Rania. Kalo kamu tetep cerai sama Alfi, dia akan—dia akan marah sama ibu dan ayah.”

Rania menatap ibu tak percaya, “Ibu takut mas Alfi marah kalo aku cerai dari dia? Bu, ibu bayangin gak rasanya jadi aku yang punya suami—berbeda dari suami lainnya? Aku diselingkuhi, aku di khianati dengan selingkuhan yang gak sama dengan aku.”

Rania membuang nafas pelan, “Ibu tahu siapa pacar mas Alfi selama sepuluh tahun terakhir?”

Ibu tak menjawab, beliau malah menangis semakin dalam.

“Ayah?” Rania melirik ayah.

Rania tersenyum, “Hebat banget keluarga kalian, yang tega bohongin satu mangsa lemah kayak aku untuk melindungi harga diri anaknya.”

“Ran, kita terpaksa.” Ayah angkat bicara, “Alfi yang bilang jangan sampe k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 51 - Tidak Jadi Cerai

    Rania terduduk menyesal ketika Alfi kini berani duduk disampingnya. Mama menyusulnya begitu mendengar kabar menantunya akan bunuh diri. Mama tak bicara banyak. Mama malah langsung keluar lagi dengan wajah kecewa. “Sayang, dokter bilang kamu boleh pulang besok pagi, sisanya cukup rawat jalan. Aku seneng kamu recovery dengan cepet.” Rania meliriknya, “Aku gak mau pulang, mas.” “Loh, kenapa? Satria kangen banget loh sama kamu.” “Aku tahu.” “Terus kenapa kamu gak mau pulang?” “Kamu gak liat seluruh badan aku masih penuh sama lebam ini?” Alfi tak langsung menjawab. Ia menunduk lalu mengusap pelan punggung tangan istrinya, “Maafin aku.” “Kalo Satria tanya, aku mau jawab apa? Kamu mau jawab apa?” Alfi menatap Rania, “Semua salah aku.” “Aku gak lagi bahas siapa yang salah, mas.” nada bicara Rania meninggi, membuat Alfi sedikit tersentak. Alfi bangkit dari ranjang, ia meng

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 52 - Pulang

    Empat hari kemudian, dokter utama Rania memberi tahu bahwa ia sudah boleh pulang hari ini. Bukannya senang, ia malah murung. Bagaimana ia harus menghadapi Satria. Luka lebam ditubuhnya masih tersisa sedikit. Sudah pasti lah anak tunggalnya itu akan bertanya. “Aku udah bawa semua baju-baju kamu ke mobil. Udah gak ada yang ketinggalan lagi ‘kan?” tanya Alfi setelah mengecek laci nakas samping ranjang. Rania mengangguk. Ia membuang nafas beberapa kali karena merasa lebih baik ia terus tinggal disini. Mama dan papa sangat marah ketika ia mengatakan akan batal cerai dari Alfi. Mereka bilang Rania bodoh dan sangat tidak berperasaan, karena membiarkan dirinya dan Satria terus berada dalam kungkungan mahluk kasar seperti suaminya. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika menjelaskan mungkin saja Alfi akan belajar dari kesalahannya, mama dan papa langsung pergi, dan Satria dititipkan pada mbak Sani. “Kalo udah gak ada yang ketinggalan, yuk, kita pulang sekarang.” Rania mendongak, m

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 53 - Pertanyaan Satria

    Mbak Sani pamit pulang setelah menemani makan siang. Katanya ia juga ingin merasakan jadi ibu rumah tangga yang pergi mengantar Agil terapi. Rania tak bisa menahannya, karena sejujurnya ia juga butuh waktu untuk dirinya sendiri setelah kejadian satu minggu lalu. “Ma,” Satria menghampiri Rania yang sedang mencuci buah. “Kenapa, sayang?” “Mama sama papa berantem ya?” Rania menaruh buah di sink dan berjongkok menatap anak tunggalnya, “Enggak, mama sama papa gak berantem.” “Ini kenapa?” Satria menunjuk lebam dilengan Rania. Rania menatap luka lebam itu. Sudah pudar, tapi siapapun masih bisa melihatnya, “Ini...” “Papa mukulin mama ya?” Rania tak bisa menjawab. Ia tak mau berbohong. Tapi kalau ia jujur dan mengatakan ia memang dipukuli oleh papanya, bagaimana Satria akan menilai Alfi nantinya? “Eng-enggak, ini mama jatoh, sayang.” “Mama bohong.” “Mama gak bohong.”

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 54 - Alasan Rania

    Sudah dua hari berlalu, Rania masih memikirkan ucapan Fira tempo hari, yang memintanya untuk segera bercerai dari Alfi selama masih punya waktu. Ucapannya ada benarnya. Jika ia terus mengulur waktu, bukan tidak mungkin Alfi akan mencuci otaknya dengan memberikan perlakuan manis. Tapi ia tidak mau gegabah. Ia harus bisa bercerai diwaktu yang tepat. “Ma, om Arbi udah dateng.” Satria berlari ke teras begitu terdengar sebuah mobil berhenti. Rania ke depan untuk menemui iparnya itu. Saat menunggu Agil membawa tasnya, karena ia akan menginap disini, Arbi tidak bicara sama sekali pada Rania. Ia masih kecewa atas tidak jadinya gugatan cerai itu. “Agil baik-baik ya disini. Kalo kerjaan papa beres lebih cepet, papa jemput lagi kesini.” “Gak usah, kak. Kalo pekerjaan kakak selesai lebih cepet, kakak istirahat aja, biar Agil disini sama Satria.” Arbi melirik Rania. Ia hanya membuang nafasnya pelan. “Kalo aku mau beli apa-apa gima

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 55 - Syarat Mutlak

    Rania menutup pintu kamar Satria ketika anaknya itu sudah tidur dengan Agil. Ia mengunci pintu dari luar, karena kalau tidak, Agil yang hyperaktif akan keluar kamar dan berlari mengitari rumah sampai memecahkan barang seperti biasa. “Mas?” Rania melihat Alfi tengah mengganti sprei ranjang, padahal saat tadi membacakan dongeng untuk anak-anak suaminya itu belum pulang. “Sayang?” “Kamu udah pulang?” “Udah dong. Aku pulang waktu kamu sama Satria dan Agil lagi nyanyi.” “Aku siapin makan ya?” “Gak usah, aku udah makan kok.” “Oh, di resto?” Alfi diam sejenak, “Enggak, sama temen. Sama.... Aldo. Iya, Aldo.” Rania tersenyum. Ia tahu suaminya sedang berbohong, “Kalo kamu makan sama yang lain juga gak papa kok.” Rania menuruni tangga, Alfi langsung mengikutinya. “Aku gak mau kamu mikir aku selingkuh.” Rania menoleh, “Kamu gak mungkin selingkuh, mas. Aku tahu.”

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 56 - Agil Pendarahan

    “Terima kasih ya, pak.” Rania tersenyum ramah pada driver ojol yang mengantarkan Agil pulang sekolah. “Sama-sama, bu, mari.” “Gimana sekolahnya?” “Gak seru, tante. Tadi di sekolah aku berantem.” Rania menuntun Agil duduk di sofa ruang tamu, “Agil berantem di sekolah? Kenapa?” Agil tak menjawab. Rania mengambil sebelah tangan Agil, “Coba cerita sama tante.” “Dia bilang aku anak yang kekurangan kasih sayang, tante. Aku gak suka dengernya.” Rania diam sejenak. Kenapa teman Agil bisa bicara begitu? “Aku dorong aja dia, aku pukul, aku tendang kakinya.” “Agil, kenapa temen Agil bilang kayak gitu? Dia tahu dari mana Agil kurang kasih sayang?” Agil tak langsung menjawab. Ia terlihat enggan menceritakan lebih dalam masalah yang sedang ia hadapi. “Agil?” Agil menatap Rania, “Dia tahu dari mamanya. Mamanya katanya tahu kalo mama aku sibuk kerja, papa ju

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 57 - Tercengang

    Rania mengatur nafasnya beberapa kali ketika perawat terus keluar masuk di balik tirai dimana Agil sedang diberi penanganan. Agil tak terdengar menangis atau menjerit ketika dokter izin menjahit lukanya. Ia hanya terdengar berbincang dengan Arbi dengan santai. Agil memang sesering itu terluka, entah karena terjatuh atau bertengkar. Pernah ia kehabisan banyak darah karena dipukul kayu balok oleh kakak kelasnya di sekolah. Tapi ia terlihat baik-baik saja dan tak merasakan sakit dari bocornya kepala area bekas dipukul. “Ran,” Arbi keluar dari dalam tirai, “Agil kekurangan banyak darah, dan kebetulan di rumah sakit stoknya lagi habis. Jadi kakak mau titip Agil karena harus ke PMI langsung.” Rania mengangguk, “Iya, kak. Eh, tapi, bukannya kakak bisa jadi donor buat Agil?” Arbi memalingkan wajahnya tidak nyaman. “Kakak lagi sakit dan gak bisa jadi donor ya?” Arbi menunduk sambil merogoh ponselnya, “Kakak mau kabarin dulu mbak Sani.” “Biar aku yang kabarin, kakak ke PMI aja sek

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 58 - Ayo Selingkuh

    “...karena Agil bukan anak kakak. Dia—ayahnya—gak tahu dimana.” Rania tak berani bertanya kenapa bisa Agil bukanlah anak Arbi. Ia takut salah bicara. Ia hanya sibuk menenangkan dirinya. Arbi tahu Rania terkejut mendengar ucapannya. Ia ingin memberi tahu iparnya dari dulu, tapi tak pernah menemukan waktu yang tepat. Dan kini karena Rania terus memaksa meminta Alfi memberikan donor pada Agil, ia terpaksa mengatakannya sekarang. “Mbak Sani... selingkuh dari kakak awal menikah dulu.” Rania masih diam. Ia tidak berniat bertanya tapi akan mendengarkan dengan baik setiap penjelasan Arbi. “Kakak tahu waktu usia Agil dua tahun. Kalo kamu masih ingat, dulu Agil jatuh dari box bayi dan kehilangan banyak darah kayak hari ini. Mbak Sani juga lagi kerja jadi kakak yang harus bawa ke rumah sakit. Kakak maksa dokter untuk mendonorkan darah, tapi dokter bilang harus diperiksa dulu. Golongan darah kita beda. Dokter bilang banyak kasus begitu. Saat itu... kakak ngerasa ada yang janggal. Kakak

Bab terbaru

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 89 - Kehidupan Impian

    “Kamu kuat gak jalannya? Mau aku pinjemin kursi roda aja?” Rania menggeleng, “Aku kuat ko, mas. Aku ‘kan kuat kayak Satria.” Arbi tertawa, “Satria paling kuat sedunia, disusul kamu, disusul sama calon adik Satria.” Ia mengelus perut yang sudah mulai membesar itu. Rania tersenyum, “Satria mana ya, mas? Kok lama banget.” “Aku susul deh, kamu duduk dulu.” “Ya udah, aku tunggu disini.” Sesaat sebelum Arbi membantu Rania duduk dikursi tunggu lobi rumah sakit, sepasang kaki yang berhenti didepan mereka. Rania dan Arbi sontak mendongak menatap siapa pemilik sepatu yang mereka kenal baik. Senyuman itu tidak berubah. Rania melihatnya senang. Kedua matanya mendadak panas, “Mas Alfi?” “Rania, apa kabar?” Bukan jawaban yang Rania berikan, tapi sebuah tangisan yang sudah lama ia pendam. Seluruh hatinya dipenuhi rindu untuk kekasih lamanya yang baru terlihat lagi. Arbi menelisik wajah istrinya. Ia takut sekali hatinya kembali memihak Alfi seperti dulu. “Mama, papa, maaf ya ak

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 88 - Kembali Kehilangan

    Enam bulan kemudian... PRANG! “Rania?” Fira yang baru sampai dan berniat akan mengantarkan Rania ke kampus karena ia juga ada urusan disana, menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari menerobos rumah yang pintunya tertutup rapat. Ia berlari mencari sumber suara dimana mungkin Rania sedang membutuhkan bantuannya, “Ran? Ran, lo dimana?” “Fir, tolong.” Fira mendengar suara itu dibelakang rumah. Ia menemukan setumpuk piring pecah dan aliran darah dari bagian bawah sahabatnya, “Ran?” “Fir, aku—aku gak kuat. Ini sakit banget.” “Ya ampun, Ran, sini kita ke mobil pelan-pelan ya.” Di depan ruang Ponek, nafas Fira naik turun menunggu hasil pemeriksaan dokter. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ia mengingat dengan jelas rumah sangat berantakkan tadi. Barang berterbangan, dan ada noda merah dibeberapa bagian sofa. Rania juga hanya sendiri di rumah. Seharusnya ada Arbi disana. Kemana ya dia? Satria jelas sedang sekolah. Tunggu, apakah Satria baik-baik saja? “Dengan wa

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 87 - Menikah

    Rania dan Arbi berkeliling mendatangi tamu. Acara akad dan resepsi berjalan lancar tanpa kendala. Acara yang disiapkan Fira begitu sempurna. Ia berharap sahabatnya itu akan segera menyusul menikah. Rania tak menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Dari pihak keluarga suaminya, ia tidak melihat Alfi. “Sayang, kamu capek ya?” “Hm?” “Kamu agak pucet. Kamu gak enak badan ya?” “Enggak kok, mas.” “Kamu duduk aja, nanti aku nyusul.” “Gak papa, mas.” Arbi mencolek hidung Rania, “Nanti malem kamu harus bugar loh. Jadi sekarang jangan terlalu capek. Gih, duduk dulu. Aku keliling sebentar. Ada beberapa temen yang baru dateng.” Rania mengangguk, “Aku duduk ya, mas.” Rania berjalan dengan langkah pelan menuju pelaminan. Ia berharap Alfi datang agar bisa melihat kondisi terbarunya. Ia ingin tahu apakah mantan suaminya itu sehat. Fira yang sedang berbincang dengan teman-teman kuliah melihat Rania duduk lemas. Ia menghampirinya, “Ran, lo haus? Gue ambilin minum ya?” Ra

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 86 - Menerima Cinta Arbi

    Papa dan mama sedang bicara santai di ayunan belakang rumah. Rania yang haus tengah malam, tidak sengaja diam lebih lama mendengar obrolan mereka di dapur. “Tabungan papa semakin tipis, ma. Kita harus bayar kuliah profesi Rian. Kita juga harus bayar uang pangkal SD nya Satria.” “Mama bisa kok jual semua perhiasan mama, pa.” “Jangan, ma. Kehidupan kita masih panjang.” “Ya terus papa mau apa? Papa gak mungkin kerja lagi.” “Kita jual aja mobil pertama kita.” “Papa yakin? Papa sayang banget loh sama mobil itu.” “Demi Satria. Mana Rania juga mau kuliah profesi. Kemarin biayanya lumayan ‘kan pas disebutin? Kasian kalau dia harus mengubur mimpinya lagi.” Mama membuang nafas pelan, “Andai aja Rania mau terima Arbi langsung, dia pasti bahagia. Arbi bilang dia bersedia menanggung semua biaya kuliah Rania, bayar uang pangkal SD Satria juga. Sayang, Rania masih mikirin si Alfi.” “Ma, kasih aja Rania waktu.” “Mama cuma takut dia gak mau nikah lagi, pa. Apalagi dia gak mencintai

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 85 - Kehidupan Setelah Bercerai

    Empat bulan kemudian... Rania menyirami bunga di halaman rumah mama. Ia tertawa melihat Satria bermain lempar bola dengan Agil. Sudah empat bulan ia dan Satria tinggal disini. Kehidupannya setelah bercerai terjadi baik dan lancar. Mama memintanya bergabung mengikuti organisasi pemberdayaan perempuan yang baru bercerai. Disana terdapat banyak kegiatan sehingga hal tersebut cocok sekali untuknya. “Mama, aku capek.” “Aku juga capek, tante.” “Ya udah kita istirahat dulu ya. Kalian tunggu aja di teras, mama bawain dulu minuman seger buat kalian.” “Yeee!” Satria dan Agil berteriak kegirangan. Rania menaruh poci siram dipinggir dan berjalan menaiki tangga. “Mau kemana? Minumannya udah mbak bikinin.” “Makasih ya, mbak.” “Iya. Minuman dataaaang.” Satria dan Agil berlari untuk mengambil jus tomat itu. “Abisin jusnya, biar mainnya makin semangat.” “Makasih ya, tante.” “Sama-sama, Satria.” Mereka duduk bersama di teras rumah mama yang asri. Mama dan papa ikut keluar

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 84 - Kehadiran Roland di Persidangan

    Rania melirik ke belakang untuk melihat ekspresi semua keluarganya. Mama dan Fira mengangguk untuk ia mengatakan ada alasan selain KDRT itu sehingga ia menggugat cerai suaminya. “Saya ulangi, di berkas perkara gugatan saudari pada suami adalah karena adanya hal lain. Kami ingin mendengar langsung apa yang terjadi selain KDRT itu? Silakan.” Rania menutup matanya. Ia memegangi mikrofon dengan tangan bergetar. Di belakang, mama dan Fira saling berpegangan tangan, berharap Rania tak bodoh seperti biasanya demi menjaga harkat dan martabat calon mantan suaminya. “Alasan saya meminta cerai dari suami saya selain KDRT itu, karena rahasia suami saya yang terbongkar, yang mulia.” “Rahasia apa itu?” “Suami saya—” Roland yang sedari pagi sibuk mengelilingi semua tempat untuk menemukan Alfi, akhirnya menemukan tempat ini setelah berpikir keras buah dari informasi singkat dari petugas resepsionis rumah sakit. Kini ia berdiri sejajar dengan tempat duduk mama dan yang lain, “Mohon izin

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 83 - Pembelaan Rania dan Alfi

    Jam sepuluh pagi sidang digelar. Rania dan Alfi duduk di kursi depan yang menghadap langsung dengan ketiga hakim yang akan memutuskan, apakah gugatan akan dikabulkan atau tidak. Sejauh ini semua berjalan lancar. Mereka bisa kooperatif menyampaikan apa yang terjadi sesuai perkataan saksi. “Untuk saudari Rania, apakah anda memberikan kesempatan untuk suami anda, saudara Alfi agar kalian bisa rujuk?” “Tidak, yang mulia.” “Kenapa anda memasukkan gugatan ini?” “Seperti yang sudah dikatakan oleh para saksi, para ahli forensik, dokter jiwa dan kandungan, saya mendapatkan penyiksaan verbal dan non verbal selama beberapa bulan terakhir ini.” “Apa saja yang saudari dapatkan dalam penyiksaan tersebut?” “Untuk verbal ada cacian, untuk non verbal, pelaku menampar, memukul, menjambak rambut saya, hingga menendang perut saya sampai bayi saya meninggal dalam kandungan, yang mulia.” Mama dan Fira menangis mendengar semua perkataan Rania di depan. Mereka sangat dekat dengan Rania tapi t

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 82 - Sidang Pertama

    Alfi berhasil kabur dari apartemen. Ia pulang ke rumah berharap Rania dan Satria ada disana. Ternyata rumahnya kosong. Bahkan semua barang pribadi mereka sudah tidak ada. Yang ada hanya tetangganya meliriknya sinis. Mereke berbisik-bisik tak menyangka, orang sebaik Alfi bisa menjadi pelaku KDRT. Padahal ia dikenal sebagai suami yang baik dan lemah lembut. “Apa aku harus ke rumah mama? Mungkin Rania sama Satria pindah ke sana.” Alfi langsung tancap gas ke Tangerang. Begitu sampai pagar, ia melihat asisten rumah tangga paruh waktu yang bekerja di rumah mertuanya kaget melihat dirinya. “Mas Alfi ada barang yang ketinggalan?” “Mbok, mama ada di dalem ‘kan?” “Loh. Ibu ‘kan sudah berapa hari ini nginep di Jakarta. Katanya ada urusan. Mbok pikir ibu nginep di rumah mas.” “Mama gak pulang-pulang?” “Cuma bapak yang pulang bawa baju kemarin. Ibu tuh sebenernya ada urusan apa, mas? Ada acara keluarga ya di Jakarta?” “Eum—” “Tumben ibu gak kasih tahu saya.” “Ya udah mbok ka

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 81 - Kabur dari Roland

    Alfi tertawa, “Bertahan sama kamu?” “Aku akan kasih semuaaa yang kamu mau. Setelah kalian bercerai, rumah itu biar aja jadi milik Rania. Aku akan ganti dengan rumah yang lebih besar. Kamu setuju?” Alfi tertawa miring, “Rumah yang lebih besar?” “Iya. Kita juga bisa pergi ke luar negeri buat rayain semuanya.” “Jangan harap itu akan terjadi.” Alfi mencekik Roland sekencangnya berharap ia mati seketika. “Uhuk, Alfi!” “Mati lo bajingan!” Roland berusaha melepaskan lengan Alfi dilehernya. “Gue terpaksa melayani lo karena uang. Gue hanya mencintai Rania. Gue hanya memanfaatkan lo selama ini.” Tubuh tinggi Roland yang melebihi Alfi akhirnya menjadi penolongnya dari cekikkan Alfi. Roland balas mencekik Alfi. “Aku gak akan sampe bunuh kamu. Aku seneng kejar Tikus kehausan kayak kamu.” “Lepas!” “Mau lepas?” Roland melepaskan kedua tangannya, tapi satu layangan tinju diberikan di sisi wajah Alfi, “Mampus lo! Lo pikir gampang kabur dari gue atau bunuh gue?!” Alfi memegang

DMCA.com Protection Status