Home / Romansa / KONTRAK 1M / Bab 5 Suasana Aneh

Share

Bab 5 Suasana Aneh

Author: Mellysaregen
last update Last Updated: 2021-06-07 19:00:00

Ankara berulang kali mengumpat ke arah komputer di hadapannya, sejak kepergian Alena tadi, pekerjaannya terasa kacau. Mulai dari komputer yang tiba-tiba tidak merespon hingga jemarinya yang sering typo.

“Jadi, ini salah gue gitu? Berani banget dia nyalahin gue,” gumam Ankara. Ia memukul keyboard di depannya, kemudian mengambil jas yang tergantung. Ia harus menyelesaikan masalah ini, atau pekerjaannya tidak akan selesai.

Ankara melangkah menyusuri kantor, mencari keberadaan Alena yang tidak ia temukan. Saat sampai di loby, pandangannya mengarah pada Bramasta Cafe yang berada di seberang jalan. Ankara menyipitkan matanya, perlahan senyumnya mengembang saat melihat Alena berada di sana. Tanpa membuang waktu, Ankara segera menghampiri gadis itu.

Khm ... saya bukan orang yang gampang memaafkan, tetapi berhubung ini hari pertama kamu bekerja, jadi kalau kamu minta maaf sekarang, saya akan pertimbangkan,” ucap Ankara setelah duduk di hadapan Alena. Namun, tak ada respon apapun dari Alena, membuat Ankara kini memusatkan perhatian padanya.

“Oke, kamu nggak usah minta maaf. Lagi pula, melakukan kesalahan di hari pertama kerja memang sering terjadi. Jadi, saya akan lupakan sikap kamu tadi,” lanjut Ankara. Ia melirik Alena yang sedari tadi seperti enggan menatanya, gadis itu sibuk mengaduk minuman di hadapannya.

“Sebenarnya, saya mau ke mall, tetapi sedang malas menyetir. Saya hanya curhat, jadi kamu jangan merasa....”

Ankara menghentikan ucapannya saat Alena bangkit, kemudian meraih kunci mobil yang diletakkan Ankara di meja.

“Kamu mau ke mana?” tanya Ankara bingung.

“Ke mall, ‘kan?” tanya balik Alena sembari melangkah ke luar, sedangkan Ankara terpaku sesaat, sebelum akhirnya sudut bibirnya terangkat. Ia menyimpan selembar uang ratusan di atas meja, kemudian menyusul langkah Alena.

“Dari mana Bapak tahu?” tanya Alena memecah keheningan di dalam mobil, sedangkan Ankara yang duduk di kursi penumpang mengernyitkan alisnya bingung.

“Dari mana Bapak tahu saya bisa menyetir?” ulang Alena yang membuat Ankara mengangguk paham.

“Saya tahu semual hal tentang kamu. Saat kuliah kamu punya mobil, hidup berkecukupan, tetapi semua berubah saat orang tua kamu meninggal dan Alex butuh banyak biaya untuk pengobatan. Saya bahkan tahu, kalau kamu adalah lulusan sarjana manajemen, wisudawan termuda dengan IPK sempurna,” jelas Ankara.

Sedangkan Alena sempat tertegun, tetapi kembali menormalkan ekspresinya saat menyadari semua hal bisa didapatkan dengan mudah karena uang, termasuk informasi tentangnya.

“Saya rasa itu lebih dari cukup untuk mengangkat kamu menjadi asisten pribadi sekaligus sekretaris saya di kantor, ‘kan?”

“Bukannya Bapak sudah punya sekretaris?” tanya Alena.

“Hem, tetapi nggak ada aturan yang melarang saya memiliki dua sekretaris, ‘kan?” tanya Ankara yang dibalas senyum masam Alena. Ia lupa, tak ada yang tidak bisa dilakukan seorang Ankara Foniks.

“Satu hal lagi, jangan panggil saya Bapak! Saya nggak setua itu. Kalau cuma berdua, panggil saja Ankara, umur kita hanya beda dua tahun.”

Beberapa saat dalam perjalanan, kini mereka telah sampai di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Kota Metropolitan. Ankara yang disusul oleh Alena di belakangnya, melangkah menuju salah satu toko yang hanya didatangi oleh orang-orang kelas atas. Tentu saja Alena pernah ke tempat ini, tetapi itu dulu saat kedua orang tuanya masih hidup.

“Kamu coba ini!” pinta Ankara pada Alena dengan menyerahkan beberapa baju. Sedangkan Alena hanya menurut saja. Ia kembali mengambil beberapa baju kemudian meminta Alena mencobanya. Hal ini terjadi selama kurang lebih satu jam, dan kini di tangan Alena terdapat beberapa paper bag berisi belanjaan mereka atas keinginan Ankara.

“Apa lagi, ya?” tanya Ankara sembari mengamati baju yang tergantung di etalase.

“Saya rasa ini sudah lebih dari cukup, Pa— hmm, Ankara,” ucap Alena sembari melirik paper bag yang bahkan tidak muat di tangannya. Sedangkan Ankara tampak berpikir sesaat, sebelum akhirnya mengangguk setuju. Ia membayar semua belanjaan itu, kemudian melangkah ke luar dengan Alena yang terus mengekor.

“Kita ke apartemen saya di Denpasar Recidence, kamu tahu tempatnya?” tanya Ankara yang dibalas anggukan Alena. Sepanjang perjalanan, mereka hanya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Alena yang fokus menyetir, dan Ankara yang tampak sibuk mengecek email masuk perihal pekerjaannya.

Alena mendengkus menatap Ankara yang berjalan cepat di depannya, sedangkan ia tertinggal karena harus membawa paper bag yang sangat banyak, padahal beberapa paper bag juga berisi belanjaan Ankara.

“Jalan lebih cepat dong, Alena!”

Kalimat yang sama terus diucapkan Ankara, membuat Alena semakin dilanda rasa kesal. Ia benar-benar muak melihat lelaki di hadapannya.

“Ganteng doang, tapi nggak punya hati nurani,” geram Alena pelan, lagi pula ia tidak mungkin mengatakan itu dengan suara lantang, bisa-bisa Ankara akan murka padanya.

“Mulai hari ini, kamu tinggal di sini.”

Alena menatap Ankara dengan pandangan kaget, kemudian menatap apartemen mewah yang katanya akan menjadi tempat tinggalnya. Jadi, apakah dia harus tinggal bersama Ankara? Berdua?

“Hilangkan pikiran kotormu! Saya tinggal di apartemen sendiri, tepat di samping apartemen kamu!” ucap Ankara seakan mampu membaca pikiran Alena, sedangkan gadis itu hanya bisa tersenyum canggung dengan wajah yang sedikit memerah, ia sungguh malu.

“Apartemen ini lumayan lengkap dan saya pikir belanjaan tadi sudah lebih dari cukup untuk kamu gunakan, jadi kamu tidak perlu kembali ke rumahmu. Saya melakukan ini karena tidak ingin kekacauan terjadi lagi seperti tadi pagi,” lanjut Ankara sembari duduk di sofa ruang tamu, diikuti Alena yang duduk di depannya.

“Ini!”

Alena mengernyitkan alisnya, kemudian meraih map yang diletakkan Ankara di meja. Rupanya itu adalah kontrak 1M yang mengikat mereka. Alena menatap Ankara dengan pandangan penuh tanya.

“Seperti yang saya katakan kemarin, satu poin tambahan dari kamu sudah saya masukkan dan juga satu poin tambahan dari saya. Tanda tangan kembali!”

Alena mengangguk paham, kemudian mulai membaca isi dari map tersebut. Isinya sama dengan kontrak kemarin, hanya saja kontrak ini ditambah dengan poin yang diminta Alena mengenai tak ada sentuhan fisik, serta poin tambahan dari Ankara yang menegaskan pada Alena agar tidak jatuh cinta padanya.

“Saya sengaja menambahkan poin untuk melarang kamu jatuh cinta pada saya. Pesona saya memang susah untuk ditolak, tapi saya tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkan orang lain memiliki saya hanya dengan modal cinta, apalagi jika itu kamu. Jadi, tanda tangan!” jelas Ankara yang langsung dituruti oleh Alena.

Bagi Alena, poin tambahan yang diberikan Ankara sama sekali tidak penting untuknya. Lagi pula, Alena tidak akan pernah hanyut dalam pesona Ankara yang hanya modal tampang, tetapi nol besar dari segi menghargai sesama.

“Kontrak ini biar saya yang simpan, jika sewaktu-waktu saya sudah bosan dengan kontrak ini, maka saya sendiri yang akan meminta kamu untuk pergi,” lanjutnya yang dibalas anggukan Alena.

Untuk beberapa saat, mereka berada dalam keheningan, sebelum akhirnya bunyi dari perut Ankara memecah suasana yang ada. Wajah Ankara memerah, sedangkan Alena sekuat tenaga menyembunyikan tawanya.

“Ini semua karena kamu yang tidak menyiapkan sarapan untuk saya! Sekarang, pesankan makanan!” pinta Ankara sembari meraih remot tv dan menyalakannya.

“Saya pesankan pizza?” tanya Alena yang dibalas gumaman Ankara. Sejujurnya, lelaki itu benar-benar malu dan Alena menyadari itu, tetapi sekuat tenaga ia tidak membangkitkan macam yang tengah tertidur.

Setelahnya, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga bunyi bel memecah keheningan. Alena menengadahkan tangan di depan Ankara yang membuat lelaki itu menatapnya, seolah bertanya ‘kenapa?’

“Uang, buat bayar pizza,” jelas Alena dengan pandangan malas. Ia segera beranjak membuka pintu setelah menerima uang dari Ankara, kemudian menyajikan pizza tersebut di meja.

“Silakan!”

“Makan! Saya tidak ingin kamu mati dan dituduh sebagai pembunuh hanya karena tidak memberi kamu makan,” ucap Ankara sembari menyodorkan sepotong pizza ke hadapan Alena. Sedangkan Alena yang tengah sibuk memilah paper bag miliknya dan milik Ankara hanya diam dengan tatapan lurus pada Ankara.

Ck, menyusahkan! Buka mulut!” pinta Ankara sembari menyodorkan sepotong pizza di depan mulut Alena, perlahan gadis itu menerima suapan Ankara dalam keadaan bingung. Sama halnya dengan Ankara yang tampak kaget dengan hal yang ia lakukan sendiri.

“Makan sendiri! Gue bukan pembantu lo!” ucap Ankara sembari meletakkan kembali potongan pizza di tempatnya. Ia bangkit sambil meraih paper bag miliknya. Tanpa sepatah katapun lagi, ia beranjak meninggalkan Alena yang terpaku.

Related chapters

  • KONTRAK 1M   Bab 6 Gara-gara makanan

    Bunyi spatula beradu dengan penggorengan menjadi melodi yang memenuhi apartemen Alena. Sedari tadi ia tengah sibuk memasak berbagai jenis makanan untuk makan malam Ankara. Ia melakukan ini dengan harapan tidak membuat kesalahan lagi, sekaligus menebus kesalahannya tadi pagi.“Nasi, rendang, cumi lada garam, udang goreng tepung, sayur brokoli, tumis terong, terus penutupnya puding buah. Sip, udah lengkap,” ucap Alena mengabsen berbagai jenis makanan yang sudah ia siapkan, kemudian mulai memasukkannya ke dalam rantang.“Semangat hadapi macan kota, Alena!” lanjutnya menyemangati diri sendiri. Dengan langkah yakin, ia menuju apartemen Ankara yang berada di samping apartemennya. Ia memencet bel berulang kali, tetapi tak ada tanda-tanda pintu akan segera terbuka.“Ini macan kota ke mana, sih? Nggak tahu ini berat apa?” gerutu Alena sembari terus memencet bel, hingga beberapa saat kemudian pintu terbuka, menampilkan Ankara dengan han

    Last Updated : 2021-06-08
  • KONTRAK 1M   Bab 7 Dasar, macan kota!

    Senandung kecil yang keluar dari bibir mungil Alena tampaknya menjadi melodi pengantar kegiatannya pagi ini. Kini, dua piring omelet telah tersaji, membuat gadis itu menatapnya berbinar.“Kalau si macan masih nggak suka, bakalan gue potong-potong dia jadi campuran omelet,” gumam Alena dengan tatapan kesal. Ia masih dendam pada Ankara, tetapi tetap menjalankan tugasnya sesuai kontrak.Alena beranjak meraih tasnya, kemudian mengambil dua piring omelet tersebut dan membawanya ke apartemen Ankara. Tak seperti semalam, pagi ini Ankara segera membuka pintu setelah Alena memencet bel sekali.“Tumben nggak telat,” ucap Ankara sembari melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sedangkan Alena hanya tak acuh dan memilih langsung menuju ke dapur.“Gue mandi dulu, jangan buat kesalahan lagi!” pesan Ankara sebelum beranjak ke kamarnya. Sedangkan Alena hanya mengindikkan bahunya, kemudian mulai membersihkan seluruh

    Last Updated : 2021-06-09
  • KONTRAK 1M   Bab 8 Perihal bathrobe

    Seusai makan siang di apartemen Ankara tadi, kini Alena dan Ankara melangkah beriringan ke sebuah cafe tempat meeting bersama klien. Alena berulang kali menghela napas panjang, ia benar-benar gugup mengingat ini adalah pengalaman pertamanya bertemu dengan klien perusahaan. Wajar saja, ia yang tidak punya pengalaman, kini harus bekerja di perusahaan besar dengan posisi tinggi, sekretaris CEO.“Santai aja! Dengan lo menghela napas berulang kali kayak gitu, justru kelihatan gugupnya,” ucap Ankara sembari melirik Alena dengan tatapan remehnya, membuat sang empunya mendelik tak suka.“Lo nggak tahu rasanya jadi gue!”“Iya, sih, lo bener. Gue emang nggak tahu rasanya gugup karena mau ketemu klien, gue emang ditakdirkan kompeten sejak lahir,” ucap Ankara dengan bangganya. Sedangkan Alena justru mendengkus kesal, ingin sekali rasanya ia menarik kalimat yang keluar dari mulutnya tadi.“Selamat sore, Pak Sinatra.”

    Last Updated : 2021-06-10
  • KONTRAK 1M   Bab 9 Perintah dan Tawaran

    Bulu mata lebat itu tampak bergerak diiringi dengan kelopak mata yang mengerjap pelan. Ankara, si pemilik bulu mata lebat, mulai mengumpulkan kesadarannya. Ia memijat keningnya yang sedikit pening.“Ini bukan kamar gue,” gumam Ankara setelah menjelajahi ruangan dengan retinanya. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang menyebabkan ia berada di tempat tersebut. Potongan-potongan tentang Alena yang datang menjemputnya hingga kejadian saat ia memuntahkan isi perutnya tepat di kasur gadis itu terlintas dalam ingatannya.Ankara membulatkan matanya, setelah itu segera beranjak keluar dari kamar. Ia mengernyitkan dahi saat tak menemukan Alena di ruang tamu, tetapi aroma masakan yang sangat harum mengundangnya melangkah ke dapur.“Sudah bangun? Gue masakin sup taoge, katanya ini bagus untuk menghilangkan pengar,” ucap Alena sembari menyajikan sup tersebut ke dalam mangkuk dan menyimpannya di meja.“Ayo duduk! Lo ada meeting jam 10, j

    Last Updated : 2021-06-11
  • KONTRAK 1M   Bab 10 Dinner

    “Sempurna!”Ankara tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, seperti biasanya, ia selalu menawan dengan pakaian apapun. Terlebih malam ini, tuxedo hitam yang melapisi kemeja di dalamnya terlihat sangat pas di tubuh tegap Ankara. Dengan langkah pasti, ia berjalan ke apartemen Alena, mengirimkan pesan pada gadis itu untuk segera ke luar.Pintu apartemen yang terbuka membuat Ankara terpaku. Di depannya, ada Alena yang tampak tak seperti biasanya. Gadis itu mengenakan gaun merah selutut dipadu dengan heels hitam, serta tatanan rambut yang dicurly membuat penampilannya sempurna.“Berangkat sekarang?”Ankara membasahi kerongkongannya yang beberapa detik lalu terasa kering, melemparkan pandangan ke lain arah agar Alena tak dapat membaca raut terpananya. Sebelum akhirnya, ia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan gadis itu.Sepanjang jalan, tak hentinya Ankara mencuri pandang ke arah Alena yang terlihat gugup di sampingnya.

    Last Updated : 2021-06-16
  • KONTRAK 1M   Bab 11 Poor Ankara

    Alena melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit, diikuti oleh Ankara yang berjalan di belakangnya. Mereka langsung masuk ke ruangan Dokter Karin setelah dipersilakan oleh sang empunya ruangan.“Jadi, ada apa, Dok?”“Saya punya kabar buruk dan kabar baik sekaligus. Kamu ingin mendengar yang mana?”Alena menarik napas dalam, dua pilihan yang berhasil membuat Ankara kini menatapnya penasaran, ia ingin tahu karakter Alena dari caranya mengambil keputusan.“Kabar buruk aja dulu, Dok.”Tanpa sadar, Ankara tersenyum mendengar jawaban gadis itu. Bisa ia simpulkan bahwa Alena adalah tipikal gadis yang menyukai akhir bahagia meski harus berproses dalam kesedihan.“Kabar buruknya, penyakit gagal ginjal kronis yang dialami pasien kini menimbulkan komplikasi.”“Komplikasi?” tanya Alena bingung.“Iya, setelah saya periksa, jantung pasien mengalami masalah. Terdapat gejala g

    Last Updated : 2021-07-02
  • KONTRAK 1M   Bab 1 Awal Mula

    Suara dentuman musik yang memekakkan telinga, tarian erotis, serta aroma alkohol yang menyengat menjadi ciri khas tempat ini. Tempat di mana orang-orang akan bebas berekspresi, melupakan semua masalah, dan merasakan kebahagiaan sesaat. Sebuah club' yang berada di pusat Kota Metropolitan ini menjadi tempat nongkrong favorit bagi para eksekutif muda, termasuk Ankara Foniks. CEO dari Fonix Group yang merupakan perusahaan terbesar di Indonesia.“Bro, nggak chek in?”Ankara yang duduk di tengah beberapa wanita hanya menggeleng pelan. Ia sedang tidak niat untuk ‘bermain’ hari ini. Bahkan sedari tadi wanita-wanita yang mengelilinginya tampak ia abaikan. Hal tersebut membuat Devan, sahabat Ankara bingung.“Tumben banget seorang Ankara nolak cewek.”“Gue mau pulang, mumet gue di sini,” ucap Ankara sembari meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja. Ia melangkah ke luar tanpa memedulikan teriakan Devan, b

    Last Updated : 2021-06-04
  • KONTRAK 1M   Bab 2 Kontrak 1M?

    Bangunan putih yang identik dengan aroma obat-obatan sudah tak asing lagi bagi Alena. Sejak lima tahun belakangan, ia selalu mengunjungi tempat ini sepulang kerja. Pemandangan seorang pria yang tengah terbaring dengan beberapa alat medis menempel di tubuhnya, merupakan pemandangan yang selalu menyambut Alena saat memasuki ruang mawar.“Alex, kamu kapan bangun? Kakak kangen,” lirih Alena sembari menggenggam tangan Alex, adiknya. Ia mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh di pipinya, perasaan rindu pada sosok humoris yang kini tak berdaya, tak bisa ia tahan.“Alena, kamu di sini?”“Iya, Dok,” jawab Alena pada Dokter Karin yang menangani Alex sejak awal.“Ada yang harus saya sampaikan, mari ikut saya ke ruangan!”Alena melangkah dengan lesu di belakang Dokter Karin. Segala pikiran buruk kini bersarang di kepalanya, tentang keadaan Alex yang tidak pernah menunjukkan perkembangan signifikan.&ld

    Last Updated : 2021-06-05

Latest chapter

  • KONTRAK 1M   Bab 11 Poor Ankara

    Alena melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit, diikuti oleh Ankara yang berjalan di belakangnya. Mereka langsung masuk ke ruangan Dokter Karin setelah dipersilakan oleh sang empunya ruangan.“Jadi, ada apa, Dok?”“Saya punya kabar buruk dan kabar baik sekaligus. Kamu ingin mendengar yang mana?”Alena menarik napas dalam, dua pilihan yang berhasil membuat Ankara kini menatapnya penasaran, ia ingin tahu karakter Alena dari caranya mengambil keputusan.“Kabar buruk aja dulu, Dok.”Tanpa sadar, Ankara tersenyum mendengar jawaban gadis itu. Bisa ia simpulkan bahwa Alena adalah tipikal gadis yang menyukai akhir bahagia meski harus berproses dalam kesedihan.“Kabar buruknya, penyakit gagal ginjal kronis yang dialami pasien kini menimbulkan komplikasi.”“Komplikasi?” tanya Alena bingung.“Iya, setelah saya periksa, jantung pasien mengalami masalah. Terdapat gejala g

  • KONTRAK 1M   Bab 10 Dinner

    “Sempurna!”Ankara tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, seperti biasanya, ia selalu menawan dengan pakaian apapun. Terlebih malam ini, tuxedo hitam yang melapisi kemeja di dalamnya terlihat sangat pas di tubuh tegap Ankara. Dengan langkah pasti, ia berjalan ke apartemen Alena, mengirimkan pesan pada gadis itu untuk segera ke luar.Pintu apartemen yang terbuka membuat Ankara terpaku. Di depannya, ada Alena yang tampak tak seperti biasanya. Gadis itu mengenakan gaun merah selutut dipadu dengan heels hitam, serta tatanan rambut yang dicurly membuat penampilannya sempurna.“Berangkat sekarang?”Ankara membasahi kerongkongannya yang beberapa detik lalu terasa kering, melemparkan pandangan ke lain arah agar Alena tak dapat membaca raut terpananya. Sebelum akhirnya, ia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan gadis itu.Sepanjang jalan, tak hentinya Ankara mencuri pandang ke arah Alena yang terlihat gugup di sampingnya.

  • KONTRAK 1M   Bab 9 Perintah dan Tawaran

    Bulu mata lebat itu tampak bergerak diiringi dengan kelopak mata yang mengerjap pelan. Ankara, si pemilik bulu mata lebat, mulai mengumpulkan kesadarannya. Ia memijat keningnya yang sedikit pening.“Ini bukan kamar gue,” gumam Ankara setelah menjelajahi ruangan dengan retinanya. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang menyebabkan ia berada di tempat tersebut. Potongan-potongan tentang Alena yang datang menjemputnya hingga kejadian saat ia memuntahkan isi perutnya tepat di kasur gadis itu terlintas dalam ingatannya.Ankara membulatkan matanya, setelah itu segera beranjak keluar dari kamar. Ia mengernyitkan dahi saat tak menemukan Alena di ruang tamu, tetapi aroma masakan yang sangat harum mengundangnya melangkah ke dapur.“Sudah bangun? Gue masakin sup taoge, katanya ini bagus untuk menghilangkan pengar,” ucap Alena sembari menyajikan sup tersebut ke dalam mangkuk dan menyimpannya di meja.“Ayo duduk! Lo ada meeting jam 10, j

  • KONTRAK 1M   Bab 8 Perihal bathrobe

    Seusai makan siang di apartemen Ankara tadi, kini Alena dan Ankara melangkah beriringan ke sebuah cafe tempat meeting bersama klien. Alena berulang kali menghela napas panjang, ia benar-benar gugup mengingat ini adalah pengalaman pertamanya bertemu dengan klien perusahaan. Wajar saja, ia yang tidak punya pengalaman, kini harus bekerja di perusahaan besar dengan posisi tinggi, sekretaris CEO.“Santai aja! Dengan lo menghela napas berulang kali kayak gitu, justru kelihatan gugupnya,” ucap Ankara sembari melirik Alena dengan tatapan remehnya, membuat sang empunya mendelik tak suka.“Lo nggak tahu rasanya jadi gue!”“Iya, sih, lo bener. Gue emang nggak tahu rasanya gugup karena mau ketemu klien, gue emang ditakdirkan kompeten sejak lahir,” ucap Ankara dengan bangganya. Sedangkan Alena justru mendengkus kesal, ingin sekali rasanya ia menarik kalimat yang keluar dari mulutnya tadi.“Selamat sore, Pak Sinatra.”

  • KONTRAK 1M   Bab 7 Dasar, macan kota!

    Senandung kecil yang keluar dari bibir mungil Alena tampaknya menjadi melodi pengantar kegiatannya pagi ini. Kini, dua piring omelet telah tersaji, membuat gadis itu menatapnya berbinar.“Kalau si macan masih nggak suka, bakalan gue potong-potong dia jadi campuran omelet,” gumam Alena dengan tatapan kesal. Ia masih dendam pada Ankara, tetapi tetap menjalankan tugasnya sesuai kontrak.Alena beranjak meraih tasnya, kemudian mengambil dua piring omelet tersebut dan membawanya ke apartemen Ankara. Tak seperti semalam, pagi ini Ankara segera membuka pintu setelah Alena memencet bel sekali.“Tumben nggak telat,” ucap Ankara sembari melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sedangkan Alena hanya tak acuh dan memilih langsung menuju ke dapur.“Gue mandi dulu, jangan buat kesalahan lagi!” pesan Ankara sebelum beranjak ke kamarnya. Sedangkan Alena hanya mengindikkan bahunya, kemudian mulai membersihkan seluruh

  • KONTRAK 1M   Bab 6 Gara-gara makanan

    Bunyi spatula beradu dengan penggorengan menjadi melodi yang memenuhi apartemen Alena. Sedari tadi ia tengah sibuk memasak berbagai jenis makanan untuk makan malam Ankara. Ia melakukan ini dengan harapan tidak membuat kesalahan lagi, sekaligus menebus kesalahannya tadi pagi.“Nasi, rendang, cumi lada garam, udang goreng tepung, sayur brokoli, tumis terong, terus penutupnya puding buah. Sip, udah lengkap,” ucap Alena mengabsen berbagai jenis makanan yang sudah ia siapkan, kemudian mulai memasukkannya ke dalam rantang.“Semangat hadapi macan kota, Alena!” lanjutnya menyemangati diri sendiri. Dengan langkah yakin, ia menuju apartemen Ankara yang berada di samping apartemennya. Ia memencet bel berulang kali, tetapi tak ada tanda-tanda pintu akan segera terbuka.“Ini macan kota ke mana, sih? Nggak tahu ini berat apa?” gerutu Alena sembari terus memencet bel, hingga beberapa saat kemudian pintu terbuka, menampilkan Ankara dengan han

  • KONTRAK 1M   Bab 5 Suasana Aneh

    Ankara berulang kali mengumpat ke arah komputer di hadapannya, sejak kepergian Alena tadi, pekerjaannya terasa kacau. Mulai dari komputer yang tiba-tiba tidak merespon hingga jemarinya yang sering typo. “Jadi, ini salah gue gitu? Berani banget dia nyalahin gue,” gumam Ankara. Ia memukul keyboard di depannya, kemudian mengambil jas yang tergantung. Ia harus menyelesaikan masalah ini, atau pekerjaannya tidak akan selesai.Ankara melangkah menyusuri kantor, mencari keberadaan Alena yang tidak ia temukan. Saat sampai di loby, pandangannya mengarah pada Bramasta Cafe yang berada di seberang jalan. Ankara menyipitkan matanya, perlahan senyumnya mengembang saat melihat Alena berada di sana. Tanpa membuang waktu, Ankara segera menghampiri gadis itu.“Khm ... saya bukan orang yang gampang memaafkan, tetapi berhubung ini hari pertama kamu bekerja, jadi kalau kamu minta maaf sekarang, saya akan pertimbangkan,” ucap Ankara setelah

  • KONTRAK 1M   Bab 4 Kacau

    Pagi yang tadi cerah tiba-tiba saja mendung dan kini hujan deras mengguyur Ibu Kota, mungkin langit pun mengerti dengan perasaan Alena. Bahkan kini, kaca jendela mobil yang berembun, lebih menarik di mata Alena daripada harus menatap ke arah Ankara yang tengah menyetir.“Jika kamu menyesal, kita masih bisa berhenti sekarang, karena setelah sampai di rumah sakit, saya tidak akan melepaskan kamu,” ucap Ankara tanpa menatap Alena. Lelaki itu bisa merasakan bahwa gadis di sampingnya ini masih dalam perasaan kacau, terbukti dari seringnya ia mendengar helaan napas.“Nggak, Pak! Saya ... tetap sama keputusan tadi.”“Baiklah, itu pilihan kamu. Saya nggak mau dengar penyesalan di kemudian hari!” tegas Ankara yang dibalas dengan anggukan pelan Alena.Tak lama, mereka telah sampai di rumah sakit, melangkah beriringan menyusuri lorong rumah sakit. Jika Alena langsung menuju ke ruangan Alex, maka lain halnya dengan Ankara yang berb

  • KONTRAK 1M   Bab 3 Tanda tangan kontrak

    Alena menghela napas untuk kesekian kalinya sejak menginjakkan kaki di depan bangunan yang terdiri dari 25 lantai tersebut. Bangunan dengan lambang burung Foniks yang tampak kokoh, tetapi menakutkan dalam pandangan Alena. Ia menggigit bibir bawahnya, bimbang harus mengambil langkah, karena jujur saja ini akan menjadi taruhan untuk masa depannya.“Ayo Alena, demi Alex,” gumam Alena meyakinkan diri. Bukan tanpa sebab ia beridiri di depan Foniks Group, semua karena ucapan Dokter Karin saat ia kembali menjenguk Alex kemarin usai kerja.“Alena, besok adalah kesempatan terakhir kamu untuk membayar biaya administrasi, karena jika tidak, maka kemungkinan Alex untuk sembuh akan sulit,” ucap Dokter Karin saat meminta Alena menemuinya kemarin.“Dok, bukannya untuk operasi itu harus menemukan ginjal yang cocok? Bukannya itu juga membutuhkan waktu lama? Ini berarti, kalaupun saya bisa lunasin biaya administrasi, belum tentu Alex bisa operasi sec

DMCA.com Protection Status