MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU
"Kinar, aku rasa suamimu ada main lagi di belakangmu," ucap Fitri sedikit ragu juga sungkan.Kinar yang sedang fokus pada laptop diam seketika. Dia menghela napas kasar lalu menatap Fitri yang duduk di depannya."Kali ini siapa?" tanyanya setelah menutup laptop lebih dulu."Niken."Kinar menutup mata, sebilah belati seolah ditancapkan tepat di dadanya. Sakit tak terperi."Tapi itu baru dugaanku saja, Kinar," ucap Fitri cepat. Takut Kinar marah dan tak terima."Terima kasih untuk informasinya. Sungguh, nama yang tidak terduga. Tapi semua tidak bisa aku telan mentah-mentah, sebelum aku melihatnya sendiri."Fitri mengangguk paham. Dia tak ingin terlalu ikut campur urusan rumah tangga sahabatnya itu. Yang penting dia sudah memberi tau, agar Kinar lebih waspada.Cinta telah membutakan mata juga membuat Kinar sedikit bodoh. Padahal ini bukan kali pertama suaminya main serong. Dia seolah rela menelan luka-luka itu seorang diri."Kalau gitu aku balik dulu, ya. Mau mampir ke kantor Mas Reza dulu. Dia harus tau kabar baik tentang sanggar kita," pamit Kinar seraya merapikan dokumen juga laptopnya.Fitri hanya tersenyum kecut. Apa yang ia ucapkan tadi bagai angin lalu. Jujur, sebenarnya ada rasa iba yang menelusup, tapi orang yang ia peringati seperti biasa saja.Kinar melangkah menghampiri mobil yang dia parkirkan di halaman sanggar dengan senyum manis yang tersungging di wajah cantiknya. Mengemudikan mobilnya dengan santai, membelah jalanan yang cukup lenggang siang itu. Tidak lupa memutar lagu romantis favoritnya. Sesekali ikut berdendang mengikuti alunan musiknya.Hati Kinar sungguh berbunga. Akhirnya apa yang dia impikan terwujud. Tidak hanya dia yang akan bahagia dengan kabar ini, orang-orang di sekelilingnya juga akan menikmati kebahagiaannya.Investor itu, akhirnya mau bekerja sama dengan perusahaan Kinar. Produk-produk homemade yang selama ini dia perjuangkan akhirnya bisa tembus pasar ekspor. Tiga tahun dia berjuang dan tak pernah lelah menyemangati para perajin kayu dan bambu yang sudah mulai putus asa karena apa yang mereka harapkan tak kunjung ada titik terang. Sedangkan perut-perut di rumah butuh untuk diberi makan.Kinar membelokkan kemudinya di sebuah toko bunga. Bermaksud membeli bunga mawar merah . Bunga favorit dia dan sang suami.Keluar dari mobilnya dengan tangan kanan menenteng tas tangan berukuran sedang. Kaki jenjang Kinar melenggang anggun memasuki toko bunga itu. Dia tersenyum ramah dan sedikit mengangguk tatkala seorang pegawai toko membukakan pintu untuknya."Mbak, tolong satu buket bunga mawar merah, ya!" pintanya pada seorang gadis yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri."Baik, Bu. Barangkali ada yang lain lagi, Bu?" tanya gadis itu sopan."Tidak, Mbak. Cukup itu saja!" jawab Kinar dengan tersenyum kecil.Kinarian Nitami, bisa dibilang wanita yang sempurna. Cantik, dengan tinggi badan 170cm, rambut lurus sepinggang dengan warna sedikit coklat. Bulu mata lentik dengan iris coklat terang. Kulitnya kuning langsat khas perempuan jawa. Siapa yang tak menggilainya.Ya. Setidaknya itulah yang orang tau. Orang melihat dan menilai apa yang mereka lihat. Namun kenyataan sesungguhnya, siapa yang tau, karena Kiran begitu rapi memolesnya sebegitu indah.Sambil menunggu pesanannya jadi, Kinar duduk di sofa di sudut ruang yang dikelilingi banyak bunga segar yang ditaruh dalam pot-pot besar. Harum bunga-bunga itu sungguh memanjakan indra penciuman.Kinar memainkan ponsel sambil menunggu pesanannya. Sesekali dia mendongak, melihat bunga-bunga segar di depannya dengan seulas senyum manis yang terukir di bibir tipisnya."Bu, maaf, pesanan Anda sudah jadi!" Seorang gadis dengan rambut sebahu yang digerai dan disematkan jepit kecil di atas kepalanya memberi tahu Kinar yang sedang asik dengan ponselnya.Kinar mendongak, tersenyum dan mengangguk pada gadis yang berdiri tidak jauh dari sofa yang dia duduki."Terima kasih, Mbak!" ucap Kinar tulus, lalu beranjak untuk mengambil pesanannya."Sama-sama, Bu," jawab gadis itu lalu mengekor Kinar ke kasir untuk mengambilkan buket bunga mawar pesanannya.Kinar meletakkan buket bunga itu di kursi samping kemudi. Dia tersenyum puas melihat buket itu. Mengeluarkan ponselnya lalu memotret buket bunga mawar itu. Memasang foto itu distatus w******p dengan ception, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.***Setelah memarkirkan mobilnya, Kinar melenggang masuk ke kantor sang suami. Dia tersenyum dan mengangguk saat berpapasan dengan beberapa karyawan yang menyapanya. Ya, Kinar memang terkenal ramah pada para karyawan, terkadang dia tak segan untuk ikut berbincang dengan mereka.Kinar memasuki lift, menekan angka lima di mana ruangan sang suami berada. Menciumi mawar yang di pegang dengan tangan kirinya. Dia sangat suka dengan aromanya. Tak sabar untuk memberi kejutan pada suaminya. Saat lift berhenti dan terbuka, dia segera keluar. Ruang kantor sang suami ada di ujung koridor.Ayu- sekertaris Reza- mengalihkan tatapannya dari laptop yang ada di depannya saat mendengar langkah kaki menuju tempatnya. Betapa kagetnya dia, ternyata yang berjalan kearahnya adalah istri bosnya. Dia langsung berdiri dengan wajah pucat. Telapak tangannya sudah dingin dan berkeringat."Duh, Bu Kinar. Bagaimana ini." Ayu bergumam sendiri, dia panik tapi tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ayu terus saja melihat Kinar dan pintu ruang bosnya secara bergantian.Langkah Kinar semakin dekat. Dia sedikit heran melihat Ayu yang pucat. Apa anak itu sakit, batinnya."Si-siang, Bu!" Sapa Ayu dengan suara yang sedikit bergetar. Dia menunduk tak sanggup melihat wajah Kinar. Meremas telapak tangannya yang sudah sedingin es."Ayu, apa kamu sakit?" tanya Kinar lembut.Seketika Ayu gelagapan dan hanya bisa menggeleng lemah. Kinar mengernyit, dia heran sekali melihat tingkah Ayu, tidak biasanya dia begitu."Bapak ada kan, Yu?" tanya Kinar pada akhirnya, karena gadis itu hanya diam saja."Eh, itu ... emm ada, Bu!" jawab Ayu pelan, masih tak berani melihat wajah Kinar.Kinar menghela napas kasar. Sedikit kesal dengan sekretaris sang suami."Ya sudah, tolong kamu taruh bunga mawar ini di vas ya, Yu. Nanti antarkan ke dalam. Saya tunggu!" Kinar berucap sambil meletakkan buket bunga mawar di meja Ayu, mengambil tiga tangkai untuk dia pegang sendiri.Seketika Ayu langsung mendongak mendengar perintah istri bosnya itu. 'Duh, gimana ini, mati aku,' batinnya.Mulutnya baru akan protes sudah dipotong terlebih dulu dengan Kinar."Ga ada kata tapi, oke!" ucap Kinar tegas sambil menatap tajam Ayu.Dengan memasang senyum terbaiknya, Kinar menggenggam tiga tangkai bunga mawar ditangan kiri. Lalu dia sembunyikan dibelakang punggungnya. Dia tak mengetuk pintu dulu karena ingin memberikan kejutan.Kinar memutar handle pintu dengan sangat pelan, agar tak menimbulkan suara. Pandangannya justru tertuju pada tangannya yang sedang memutar handle pintu. Saat pintu sudah terbuka separuh, dia baru mendongak. Dan dadanya tiba-tiba sakit, telinganya berdengung.Kinar melihat pemandangan yang begitu menyakitkan. Tanpa dia sadari tangannya menggenggam tangkai mawar dengan sangat kuat. Duri mawar itu menancap kuat di telapak tangannya. Darah segar seketika memenuhi telapak tangannya.Reza sepertinya sangat menikmati sampai-sampai tak menyadari pintu ruangannya terbuka. Dan sang istri yang berdiri membeku dengan hati yang hancur."Mas," Kinar memanggil pelan dengan suara yang bergetar. Matanya sudah berkabut, air matanya sudah berjejalan ingin segera keluar.Reza tak mendengar, pun dengan perempuan yang duduk dipangkuannya. Ayu yang baru saja kembali dari pentry terkejut melihat yang terjadi di hadapannya. Vas bunga yang dia bawa meluncur mengenai lantai dan menimbulkan suara yang cukup nyaring, dengan bentuk vas yang tak utuh lagi karena pecah.Reza seketika melihat kepintu, wajahnya berubah pucat pasi melihat Kinar. Kinar langsung membekap mulutnya tatkala perempuan itu menoleh. Dia pun tak kalah terkejut, dan segera turun dari pangkuan kekasihnya.Kinar menatap keduanya nyalang. Tangan kanannya menunjuk mereka berdua dengan amarah yang memuncak."Manusia lak-nat!" teriaknya.MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 2Kinar seperti singa yang mendapatkan mangsa buruannya. Tatapan matanya seolah ingin menelan bulat-bulat dua orang tidak tahu malu di hadapannya.Ini bukan yang pertama, walaupun Kinar sudah jauh hari mempersiapkan hatinya untuk kemukinan terburuk. Namun nyatanya hal itu tetaplah menyakitkan. Terlebih itu dilakukan orang terdekatnya. Dan ternyata, apa yang dikatakan Fitri benar."Kau!" Kinar menunjuk mereka dengan tangan bergetar. Ingin rasanya memaki dan menghajar mereka jika saja ini bukan di kantor.Dada Kinar bergemuruh, darahnya seketika mendidih. Niat hati ingin memberi kejutan, ternyata malah dirinya sendiri yang diberi kejutan yang tak terduga. Dia berusaha sekuat mungkin menahan air mata yang sedari tadi ingin menyeruak keluar, membuat matanya terasa pedih dan panas."Apa kalian sudah tidak punya malu. Atau tidak sanggup menyewa hotel untuk memadu kasih, sampai-sampai melakukannya di kantor. Bahkan ini masih jam kerja. Apa perlu aku
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 3Kinar melajukan mobilnya pelan, keluar dari gedung kantor Reza. Tidak bisa leluasa memegang setir karena luka di telapak tangannya. Matanya sebab karena sejak tadi dia menangis.Ternyata sesakit ini melihat dengan mata kepala sendiri. Dadanya begitu sesak, seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Tak ingin membahayakan diri sendiri juga orang lain, akhirnya Kinar menepikan mobilnya.Kinar menyandarkan kepalanya, dia memijit pelan pelipisnya. Sebelah tangannya meremas dadanya kuat. Matanya terpejam rapat, dahinya berkerut-kerut menahan sakit."Ya Allah, sesakit ini!" gumam Kinar lirih. Dua bulir air matanya menetes lagi.Penampilannya benar-benar berantakan. Baju yang kusut dengan noda darah di mana-mana, rambut berantakan.Setelah beberapa saat menenangkan diri, Kinar melajukan kembali mobilnya."Huftt, setidaknya aku harus kuat sampai tempat Rani!" ucap Kinar dengan menyentak napas kasar.Sekitar lima belas menit mengendarai mobil, akhir
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 4"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak mau Farraz kehilangan ayahnya. Aku rela menderita demi kebahagiaan anakku.""Kebahagiaan macam apa yang akan kamu berikan kepada Farraz? Jika suatu saat dia mengetahui tingkah laku ayahnya dari mulut orang lain, itu akan lebih menyakitkan," ujar Rani kesal dengan melipat kedua tangan di depan dada."Apa yang harus aku katakan pada anak berusia lima tahun, Rani? Bahkan ayahnya pulang terlambat saja Farraz sudah uring-uringan. Mas Reza selama ini sangat pandai menutupi tabiatnya itu, pulang kerja on time, selalu bisa menyisihkan waktu untuk kami berdua, hampir tak ada cela."Dua bulir air mata itu meluncur lagi dari sudut mata Kinar setelah dia selesai berucap. Kebahagiaan yang dia rasakan nyatanya semu. Sifatnya yang mudah percaya juga pemaaf membuat Kinar tak menaruh curiga sedikitpun pada sang suami. Padahal sebelumnya pernah terjadi.Rani hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba, tidak tau lagi apa y
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 5"Farraz, Ran!""Ada apa dengan, Farraz?" tanya Rani penasaran."Dia, berantem di sekolah. Tidak biasanya anak itu kayak gini. Selama ini sikapnya manis," ujar Kinar, lalu membuang napas kasar.Ya, saat ini Farraz duduk di bangku sekolah TK. Walau sibuk dengan urusan pekerjaan, setiap harinya Kinar selalu menyempatkan diri untuk mengantar sekolah. Barulah pulang sekolah akan diantar sampai rumah menggunakan fasilitas bus sekolah.Kinar tidak terlalu khawatir meninggalkan Farraz di rumah, karena ada pengasuh juga. Itu sebabnya pulang sekolah pun tidak cemas karena pengasuhnya ikut menunggui di sekolahan. Meskipun demikian hampir semua keperluan Farraz dia yang menyiapkan, suster hanya membantu saat kerepotan saja. Kinar tidak mau kehilangan momen berharga dengan sang anak, sebab itu hanya sebentar dan tidak akan bisa terulang."Sabar, ini ujian. Allah tau kamu kuat, jalani, syukuri, insyaallah semua akan baik-baik saja. Ingat, kamu masih puny
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 6Tok tok tokTerdengar suara pintu diketuk, membuat Kinar yang baru saja selesai mandi mengurungkan niatnya menuju meja rias. Dia berjalan kearah pintu dengan handuk yang masih melilit rambut di kepala.Kinar membuka pintu perlahan. Saat sudah terbuka Farraz langsung menghambur, memeluk kakinya."Hei, jagoan!" ucap Kinar sambil mengelus kepala putranya.Farraz mendongak, menatap wajah Kinar dengan mata yang sembab. Raut mukanya masih cemberut.Kinar lalu menoleh pada Tari. "Ditinggal saja, Mbak!" ujarnya dengan seulas senyum."Baik, Mbak Kinar," jawab Tari tersenyum lalu mengangguk dan meninggalkan kamar Kinar."Ayo, masuk!" ajak Kinar pada putranya.Perlahan Kinar menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia lalu berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan Farraz. Menangkup kedua pipinya yang sangat menggemaskan."Anak Mama, gimana sekolahnya hari ini?" tanyanya dengan tersenyum hangat. Bersikap seperti biasa, seolah tidak tau dengan apa yang terja
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 7"Kinar!" panggil Reza.Kinar hanya menoleh, lalu melanjutkan langkahnya. Entah kenapa, melihat suaminya, dada Kinar kembali bergemuruh. Dia terus saja beristigfar sambil berjalan menuju kamar lagi.Reza membuang napas kasar. Dia sadar, kali ini kesalahannya sangatlah fatal. Namun egonya sebagai lelaki seolah enggan turun. Dia begitu mencintai istrinya, tapi kini Niken pun ada di hatinya."Ayah, Mama kenapa?" Reza tersentak dari lamunannya mendengar petanyaan Farraz."Ahh ... itu, mungkin Mama kecapean," jawab Reza sekenanya."Tapi ... tapi tadi sama aku nggak kecapean kok. Malah Farraz digendong, katanya ... Farraz udah gede Mama udah kepayahan gendongnya!" celoteh Farraz dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, sangat lucu.Reza pun tersenyum, lalu membelai kepala bocah lima tahun itu. Ada sesal di hatinya, saat melihat Farraz sepintar dan menggemaskan ini. Dia pun belum tau akan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 8"Kinar, kita harus bicara!" ujar Reza setelah menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Kinar yang mengurungkan niatnya merebahkan badan.Kinar tersenyum sinis dari tempat duduknya. Entahlah, saat ini dia sudah sangat muak dengan tingkah laku suaminya.Tidak ada niatan untuk meladeni Reza. Melihatnya saja membuat hati Kinar tambah sakit. Sungguh hatinya begitu rapuh, tapi tidak ingin itu semua terlihat, terlabih di hadapan suaminya.Kinar turun dari ranjang, berniat keluar. Saat ini dia hanya ingin sendiri. Itu saja. Namun tangannya segera di tahan Reza saat hendak membuka pintu."Lepas, Mas!" ucapnya dengan dingin, tapi tak dihiraukan Reza."Aku bilang, lepas!" ucap Kinar dengan penuh penekanan, dia berusaha meredam emosinya sendiri. Tidak ingin meninggikan suara di depan suami.Entah apa yang dipikirkan Reza, dia malah makin mempererat genggamannya. Matanya lekat menatap Ki
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 9Tangan Kinar yang sudah terulur pun urung. Dia lalu menegakkan badannya lagi. Menghela nafas kasar, lalu membalikkan tubuhnya. Menatap malas suaminya."Mas, aku lelah. Aku ingin sendiri. Tolong mengertilah," ucap Kinar sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada."Tapi, kita belum selesai bicara!" Reza terus memaksa."Apa lagi yang harus dibicarakan. Tak sadarkah kamu sudah menorehkan begitu banyak luka hari ini. Belum puaskah kamu, Mas!" ujar Kinar penuh kekesalan."Sungguh, aku minta maaf!" Reza berlutut di hadapan Kinar, kini matanya mulai berkabut.Kinar muak melihat ini semua. Hatinya seakan mati. Dia lelah, ingin rasanya menyerah, tapi ada malaikat kecil tak berdosa yang selalu jadi pertimbangannya.Dia akhirnya menjatuhkan bobot tubuhnya di tepi ranjang. Memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang sulit dia kendalikan. Tangan kanan dan kirinya m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp