MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 2
Kinar seperti singa yang mendapatkan mangsa buruannya. Tatapan matanya seolah ingin menelan bulat-bulat dua orang tidak tahu malu di hadapannya.Ini bukan yang pertama, walaupun Kinar sudah jauh hari mempersiapkan hatinya untuk kemukinan terburuk. Namun nyatanya hal itu tetaplah menyakitkan. Terlebih itu dilakukan orang terdekatnya. Dan ternyata, apa yang dikatakan Fitri benar."Kau!" Kinar menunjuk mereka dengan tangan bergetar. Ingin rasanya memaki dan menghajar mereka jika saja ini bukan di kantor.Dada Kinar bergemuruh, darahnya seketika mendidih. Niat hati ingin memberi kejutan, ternyata malah dirinya sendiri yang diberi kejutan yang tak terduga. Dia berusaha sekuat mungkin menahan air mata yang sedari tadi ingin menyeruak keluar, membuat matanya terasa pedih dan panas."Apa kalian sudah tidak punya malu. Atau tidak sanggup menyewa hotel untuk memadu kasih, sampai-sampai melakukannya di kantor. Bahkan ini masih jam kerja. Apa perlu aku yang booking hotel untuk kalian?" Kinar berucap dengan menatap tajam mereka berdua,setelah beberapa saat terdiam dan mencoba meredam emosinya.Kinar berusaha berjalan santai menghampiri mereka, tiga tangkai bunga mawar masih dia genggam kuat di belakang punggungnya. Duri tajam yang melukai telapak tangannya seolah tidak ada rasanya. Tetesan darahnya bahkan sudah menodai baju yang dia kenakan.Reza menatap istrinya dengan wajah pucat pasi. Diaa bahkan tidak bergerak sama sekali dari tempatnya duduk. Sedangkan perempuan itu berdiri dengan badan bergetar dan wajah menunduk, dia seolah lupa untuk membereskan pakaiannya yang masih berantakan karena ulah Reza.Kinar tidak ingin jadi wanita bar-bar dengan mempermalukan diri sendiri karena ulah memalukan suami dan Niken- sahabat sekaligus selingkuhan sang suami. Kali ini dia tidak akan tinggal diam, dan hanya memaafkan begitu saja seperti yang sebelumnya. Kinar berusaha kuat di depan keduannya walau nyatanya hatinya seperti ditikam ribuan belati.Dengan santai Kinar menarik kursi di depan meja kerja Reza. Perlahan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi itu. Menatap keduanya bergantian dengan tatapan sinis. Reza mulai meremas telapak tangannya karena gugup. Entah kenapa mulutnya tak bisa berucap sepatah katapun."Bagaimana, Mas? Bibirnya lebih enakkah dari bibirku? Perlu aku booking hotel agar kalian bisa melanjutkan aktifitas kalian yang tertunda karena kedatanganku?" Kinar bertanya dengan nada sinis dan menatap keduaya tak berkedip."Ka-kamu salah paham, Kinar. Ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Reza dengan terbata, sedetik kemudian dia menyesal dengan ucapannya sendiri.Mulutnya seolah tidak mau diajak kompromi. Bukan kata-kata maaf, tapi justru ucapan yang terdengar bodoh. Reza akhirnya menunduk, memejamkan matanya rapat, dan menggigit bibir bawahnya."Ohh ya, di mana yang salah, coba jelaskan?" sahut Kinar dengan menyilangkan kaki.Keduanya hanya diam, tidak ada yang berani menyahut. Kinar menatap keduanya dengan jijik. Rasanya ingin lari sejauh mungkin dari tempat ini, tapi Kinar tidak ingin dianggap lemah oleh mereka. Kuatkan hatimu Kinar, sedikit lagi, batinnya memberi semangat sendiri."Ayu, apa kamu masih ada di sana?" panggil Kinar tanpa menoleh. Ayu yag sedari tadi bengong, gelagapan mendapati dirinya disebut. "I-iya Bu, saya di sini!" jawab Ayu dengan terbata."Beresin kekacauan yang kamu buat, ambil vas baru untuk menaruh mawar itu!" titahnya.Ayu hanya mengangguk, yang pasti tidak akan dilihat Kinar karena posisinya membelakangi. Ayu langsung memunguti mawar-mawar itu, meletakkan di atas meja kerjanya. Setelah itu memunguti pecahan vas akibat ulahnya tadi."Satu lagi, tolong tutup pintunya, Ayu. Aku tidak ingin karyawan lain melihat skandal memalukan ini!" lanjut Kinar.Reza dan Niken langsung mendongak saat mendengar ucapan Kinar. Menatap wajah Kinar bersamaan."Iya,Bu!" sahut Ayu singkat, lalu menutup pintu di hadapannya.Kinar menaikkan sebelah alisnya, melihat mereka mendongak dan menatapnya bersamaan. Lihatlah, betapa kompaknya kalian, gumamnya dalam hati."Kenapa kalian melihatku seperti itu? Jangan besar kepala dulu, aku sedang tidak membantu menutupi aib kalian. Reputasi perusahaan ini lebih penting ketimbang kalian berdua.Yahhh, itu kalau kalian berpikir itu aib. Atau mungkin bagi kalian ini sebuah prestasi yang besar," papar Kinar panjang lebar.Tak berapa lama Ayu datang dengan membawa bunga mawar yang sudah ditata apik di vas yang baru. Dia masuk setelah dipersilahkan oleh Kinar. Meletakkan vas itu di meja kerja Reza sebelah kanan sesuai permintaan Kinar. Setelah tugasnya selesai, Ayu buru-buru keluar lagi.Kinar menatap bunga mawar di hadapannya dengan senyum miris. Dia lalu melirik Niken yang kini menunduk. Mulutnya gatal melihat penampilan Niken yang berantakan dan seperti tidak ada inisiatif untuk merapikan."Tak bisakah kau membenahi pakaianmu, Niken. Atau kau sengaja membiarkannya untuk mempertegas bahwa itu semua ulah suamiku. Karena sedari tadi kau hanya menunduk, tapi tidak pernah berinisiatif membenahi tampilanmu. Matamu tidak buta kan!" ucap Kinar pedas tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga mawar.Reza langsung menatap tajam Kinar yang sedang mengamati mawar merah di mejanya. Baru sekarang dia mendengar istrinya itu berucap kasar. Yang dia tahu Kinar adalah sosok yang lembut dan penyabar.Niken sedikit tersentak mendengar ucapan Kinar. Namun dia langsung balik badan memunggungi mereka untuk merapikan bajunya yang memang sangat kacau.Setelah beberapa saat hanya hening yang melingkupi mereka bertiga. Kinar lantas beranjak dari kursinya. Dia tak tahan untuk lebih lama lagi disini."Aku rasa cukup untuk saat ini, Mas. Ada hal yang jauh lebih penting yang harus aku kerjakan!" ucap Kinar setelah dirinya tegap berdiri, dengan menekankan kata penting diucapannya tadi.Kinar mengulurkan tiga tangkai bunga mawar yang sedari tadi dia sembunyikan di belakang punggungnya. Reza terkejut melihat telapak tangan Kinar yang sudah dipenuhi dengan darah."Ini hadiah untuk kalian," ucap Kinar meletakkan bunga yang sudah bercampur dengan darahnya itu di atas meja."Dan, terima kasih untuk kejutannya. Sungguh sangat tidak terduga," lanjutnya lagi."Kinar, tangan kamu terluka!" reflek Reza mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Kinar, tapi Kinar langsung menghindar."Ouch, ini." Kinar mengangkat telapak tangannya, dia hadapkan ke arah Reza."Tak masalah, bahkan aku tidak merasakan sakit sama sekali. Hatiku jauh lebih sakit, ini tidak seberapa," lanjut Kinar lagi dengan menunjuk dada kirinya dengan tangan kanan.Setelah berucap demikian Kinar langsung balik badan dan keluar dari ruangan itu. Secepatnya dia harus segera keluar dari tempat ini, Kinar sudah tidak sanggup lagi menahan perih hatinya."Mas, bagaimana ini?" Kinar masih bisa mendengar pertanyaan Niken untuk Reza, karena dirinya baru saja menutup pintu dan belum melangkah dari tempatnya. Sejenak berpikir untuk menguping, tapi segera diurungkan karena telapak tangannya semakin berdenyut nyeri.Kinar keluar dari kantor itu dengan muka datar. Dia seperti tidak terpengaruh dengan tatapan para karyawan yang melihatnya dengan tatapan penasaran karena tangannya bersimbah darah, pun dengan bajunya. Setelah keluar dari ruangan Reza tadi Kinar sudah berpesan kepada Ayu agar kejadian ini tidak menyebar. Ayu paham dengan permintaaan Kinar, dia tahu apa yang harus dia lakukan.Setelah masuk ke dalam mobilnya, Kinar sudah tidak kuat lagi, tangisnya pecah. Sekuat apapun, dia tetaplah rapuh saat mendapati kenyataan bahwa suami yang dia cintai telah mengkhianatinya lagi."Halo, kau ada di mana?" tanya Kinar dengan orang di sebrang telpon.Kinar diam, mendengarkan dengan serius ucapan orang yang dia telpon."Baiklah, aku ke sana sekarang!"Setelah berucap demikian Kinar langsung memutuskan sambungan telponnya. Memasukkan gawainya kedalam tas, lalu melajukan mobilnya perlahan.MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 3Kinar melajukan mobilnya pelan, keluar dari gedung kantor Reza. Tidak bisa leluasa memegang setir karena luka di telapak tangannya. Matanya sebab karena sejak tadi dia menangis.Ternyata sesakit ini melihat dengan mata kepala sendiri. Dadanya begitu sesak, seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Tak ingin membahayakan diri sendiri juga orang lain, akhirnya Kinar menepikan mobilnya.Kinar menyandarkan kepalanya, dia memijit pelan pelipisnya. Sebelah tangannya meremas dadanya kuat. Matanya terpejam rapat, dahinya berkerut-kerut menahan sakit."Ya Allah, sesakit ini!" gumam Kinar lirih. Dua bulir air matanya menetes lagi.Penampilannya benar-benar berantakan. Baju yang kusut dengan noda darah di mana-mana, rambut berantakan.Setelah beberapa saat menenangkan diri, Kinar melajukan kembali mobilnya."Huftt, setidaknya aku harus kuat sampai tempat Rani!" ucap Kinar dengan menyentak napas kasar.Sekitar lima belas menit mengendarai mobil, akhir
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 4"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak mau Farraz kehilangan ayahnya. Aku rela menderita demi kebahagiaan anakku.""Kebahagiaan macam apa yang akan kamu berikan kepada Farraz? Jika suatu saat dia mengetahui tingkah laku ayahnya dari mulut orang lain, itu akan lebih menyakitkan," ujar Rani kesal dengan melipat kedua tangan di depan dada."Apa yang harus aku katakan pada anak berusia lima tahun, Rani? Bahkan ayahnya pulang terlambat saja Farraz sudah uring-uringan. Mas Reza selama ini sangat pandai menutupi tabiatnya itu, pulang kerja on time, selalu bisa menyisihkan waktu untuk kami berdua, hampir tak ada cela."Dua bulir air mata itu meluncur lagi dari sudut mata Kinar setelah dia selesai berucap. Kebahagiaan yang dia rasakan nyatanya semu. Sifatnya yang mudah percaya juga pemaaf membuat Kinar tak menaruh curiga sedikitpun pada sang suami. Padahal sebelumnya pernah terjadi.Rani hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba, tidak tau lagi apa y
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 5"Farraz, Ran!""Ada apa dengan, Farraz?" tanya Rani penasaran."Dia, berantem di sekolah. Tidak biasanya anak itu kayak gini. Selama ini sikapnya manis," ujar Kinar, lalu membuang napas kasar.Ya, saat ini Farraz duduk di bangku sekolah TK. Walau sibuk dengan urusan pekerjaan, setiap harinya Kinar selalu menyempatkan diri untuk mengantar sekolah. Barulah pulang sekolah akan diantar sampai rumah menggunakan fasilitas bus sekolah.Kinar tidak terlalu khawatir meninggalkan Farraz di rumah, karena ada pengasuh juga. Itu sebabnya pulang sekolah pun tidak cemas karena pengasuhnya ikut menunggui di sekolahan. Meskipun demikian hampir semua keperluan Farraz dia yang menyiapkan, suster hanya membantu saat kerepotan saja. Kinar tidak mau kehilangan momen berharga dengan sang anak, sebab itu hanya sebentar dan tidak akan bisa terulang."Sabar, ini ujian. Allah tau kamu kuat, jalani, syukuri, insyaallah semua akan baik-baik saja. Ingat, kamu masih puny
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 6Tok tok tokTerdengar suara pintu diketuk, membuat Kinar yang baru saja selesai mandi mengurungkan niatnya menuju meja rias. Dia berjalan kearah pintu dengan handuk yang masih melilit rambut di kepala.Kinar membuka pintu perlahan. Saat sudah terbuka Farraz langsung menghambur, memeluk kakinya."Hei, jagoan!" ucap Kinar sambil mengelus kepala putranya.Farraz mendongak, menatap wajah Kinar dengan mata yang sembab. Raut mukanya masih cemberut.Kinar lalu menoleh pada Tari. "Ditinggal saja, Mbak!" ujarnya dengan seulas senyum."Baik, Mbak Kinar," jawab Tari tersenyum lalu mengangguk dan meninggalkan kamar Kinar."Ayo, masuk!" ajak Kinar pada putranya.Perlahan Kinar menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia lalu berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan Farraz. Menangkup kedua pipinya yang sangat menggemaskan."Anak Mama, gimana sekolahnya hari ini?" tanyanya dengan tersenyum hangat. Bersikap seperti biasa, seolah tidak tau dengan apa yang terja
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 7"Kinar!" panggil Reza.Kinar hanya menoleh, lalu melanjutkan langkahnya. Entah kenapa, melihat suaminya, dada Kinar kembali bergemuruh. Dia terus saja beristigfar sambil berjalan menuju kamar lagi.Reza membuang napas kasar. Dia sadar, kali ini kesalahannya sangatlah fatal. Namun egonya sebagai lelaki seolah enggan turun. Dia begitu mencintai istrinya, tapi kini Niken pun ada di hatinya."Ayah, Mama kenapa?" Reza tersentak dari lamunannya mendengar petanyaan Farraz."Ahh ... itu, mungkin Mama kecapean," jawab Reza sekenanya."Tapi ... tapi tadi sama aku nggak kecapean kok. Malah Farraz digendong, katanya ... Farraz udah gede Mama udah kepayahan gendongnya!" celoteh Farraz dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, sangat lucu.Reza pun tersenyum, lalu membelai kepala bocah lima tahun itu. Ada sesal di hatinya, saat melihat Farraz sepintar dan menggemaskan ini. Dia pun belum tau akan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 8"Kinar, kita harus bicara!" ujar Reza setelah menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Kinar yang mengurungkan niatnya merebahkan badan.Kinar tersenyum sinis dari tempat duduknya. Entahlah, saat ini dia sudah sangat muak dengan tingkah laku suaminya.Tidak ada niatan untuk meladeni Reza. Melihatnya saja membuat hati Kinar tambah sakit. Sungguh hatinya begitu rapuh, tapi tidak ingin itu semua terlihat, terlabih di hadapan suaminya.Kinar turun dari ranjang, berniat keluar. Saat ini dia hanya ingin sendiri. Itu saja. Namun tangannya segera di tahan Reza saat hendak membuka pintu."Lepas, Mas!" ucapnya dengan dingin, tapi tak dihiraukan Reza."Aku bilang, lepas!" ucap Kinar dengan penuh penekanan, dia berusaha meredam emosinya sendiri. Tidak ingin meninggikan suara di depan suami.Entah apa yang dipikirkan Reza, dia malah makin mempererat genggamannya. Matanya lekat menatap Ki
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 9Tangan Kinar yang sudah terulur pun urung. Dia lalu menegakkan badannya lagi. Menghela nafas kasar, lalu membalikkan tubuhnya. Menatap malas suaminya."Mas, aku lelah. Aku ingin sendiri. Tolong mengertilah," ucap Kinar sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada."Tapi, kita belum selesai bicara!" Reza terus memaksa."Apa lagi yang harus dibicarakan. Tak sadarkah kamu sudah menorehkan begitu banyak luka hari ini. Belum puaskah kamu, Mas!" ujar Kinar penuh kekesalan."Sungguh, aku minta maaf!" Reza berlutut di hadapan Kinar, kini matanya mulai berkabut.Kinar muak melihat ini semua. Hatinya seakan mati. Dia lelah, ingin rasanya menyerah, tapi ada malaikat kecil tak berdosa yang selalu jadi pertimbangannya.Dia akhirnya menjatuhkan bobot tubuhnya di tepi ranjang. Memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang sulit dia kendalikan. Tangan kanan dan kirinya m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 10Pagi ini, Kinar terlihat lebih segar. Setelah minum obat dan meminta Bi Sumi memijatnya sebentar. Dia memakai makeup untuk menyamarkan wajah dan matanya yang sembab dan sedikit bengkak.Di meja makan sudah ada Farraz, saat Kinar turun untuk sarapan. Anak itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya."Pagi, jagoan Mama," sapa Kinar menghampiri Farraz dan mencium pipi gembilnya."Pagi, Mama. Apa, Mama mau pergi? Kok cantik sekali," tanya Farraz sambil memuji Mamanya.Penampilan Kinar memang sedikit berbeda dari biasanya. Dia menggunakan pakaian kerja formal. Celana panjang hitam dipadu padankan dengan blouse warna peach dengan aksen tali pita di kerahnya, blazer hitam menambah paripurna penampilannya. Rambutnya dia kuncir kuda dengan gaya sedemikian rupa, memperlihatkan leher jenjangnya.Tak lupa tas jinjing ukuran sedang senada dengan warna blousenya. Jam tangan mewah melingkar di pergelan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp