Share

bab 3

Penulis: Fizchanayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 3

Kinar melajukan mobilnya pelan, keluar dari gedung kantor Reza. Tidak bisa leluasa memegang setir karena luka di telapak tangannya. Matanya sebab karena sejak tadi dia menangis.

Ternyata sesakit ini melihat dengan mata kepala sendiri. Dadanya begitu sesak, seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Tak ingin membahayakan diri sendiri juga orang lain, akhirnya Kinar menepikan mobilnya.

Kinar menyandarkan kepalanya, dia memijit pelan pelipisnya. Sebelah tangannya meremas dadanya kuat. Matanya terpejam rapat, dahinya berkerut-kerut menahan sakit.

"Ya Allah, sesakit ini!" gumam Kinar lirih. Dua bulir air matanya menetes lagi.

Penampilannya benar-benar berantakan. Baju yang kusut dengan noda darah di mana-mana, rambut berantakan.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, Kinar melajukan kembali mobilnya.

"Huftt, setidaknya aku harus kuat sampai tempat Rani!" ucap Kinar dengan menyentak napas kasar.

Sekitar lima belas menit mengendarai mobil, akhirnya Kinar sampai pada sebuah klinik. Kinar merapikan sedikit penampilannya agar terlihat sedikit lebih baik.

"Mbak, saya ada janji dengan Dokter Rani," ucap Kinar setelah tiba di resepsionis dan seorang perawat menanyakan keperluannya.

"Baik Bu, silahkan, sudah ditunggu di ruangannya!" ucap perawat itu dengan sopan lalu menunjukkan ruangan Rani.

Pintu ruang Rani terbuka. Rani yang sedang fokus pada layar pipih di tangannya mendongak. Dan betapa terkejutnya dia melihat Kinar. Matanya membulat sempurna.

"Astaga, apa yang terjadi, Kinar?" tanya Rani lalu berjalan tergopoh menghampiri Kinar yang masih mematung di depan pintu.

Tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut Kinar. Entahlah, tenggorokannya seakan tercekat begitu melihat Rani.

Rani memindai penampilan Kinar dari atas sampai bawah, dan matanya menyipit melihat luka di tangan sahabatnya itu.

"Ayo, duduk dulu, biar aku obati lukamu dulu!"

Rani segera menggandeng lengan Kinar, menuntunnya duduk di ranjang pasien di sudut ruangan. Kinar hanya menatap kosong ke depan. Luka itu sungguh nyata terlihat dari sorot matanya.

"Kinar, ada apa?" tanya Rani pelan setelah selesai membalut luka sahabatnya itu dengan perban agar tidak infeksi.

Hening. Kinar seperti enggan membuka mulutnya. Rani hanya bisa menghela napas kasar. Begitulah Kinar, seberat apapun dia akan berusaha untuk dipendam sendiri. Percuma memaksanya, sebelum hatinya terbuka dia tidak akan cerita sedikitpun.

"Ceritalah setelah hatimu tenang." Setelah mengucapkan itu Rani berlalu meninggalkan Kinar untuk membereskan alat medis juga obat-obatan yang dia gunakan untuk mengobati luka Kinar.

Sungguh Rani tidak tega melihat kondisi sahabatnya itu. Orang hanya melihat luarnya saja, dia wanita yang dianugerahi dengan kecantikan, kekayaan, juga cinta. Nyatanya di balik itu semua dia membangun kekuatannya seorang diri. Lukanya dia tutup dan pendam sendiri. Semu, itulah fakta yang sesungguhnya.

"Mas Reza, selingkuh Ran!" ucap Kinar pada akhirnya, dengan penuh kegetiran.

Ucapan Kinar sukses membuat Rani tersentak kaget. Dadanya ikut terasa panas. Tangannya mengepal kuat, dengan mata terpejam. Mencoba menahan emosi.

Rani menghampiri Kinar, lalu menariknya dalam pelukan. Lagi, tangis Kinar pecah, sungguh tangisnya sangat menyayat hati. Rani seolah bisa ikut merasakan kesakitan sahabatnya itu.

"A-aku melihatnya sendiri!" ucap Kinar terbata di tengah tangisnya.

Rani mengusap-usap punggung Kinar mencoba menenangkan. Air matanya ikut menetes mendengar pengakuan dari bibir Kinar. Sungguh hatinya bergemuruh.

Apa yang sebenarnya Reza inginkan, apa dia tidak melihat perjuangan juga pengorbanan Kinar selama ini, belum cukupkah dia menyakiti Kinar selama ini, batin Rani geram.

Setelah sedikit tenang, juga tangisnya mulai reda. Rani perlahan melerai pelukannya. Dia memegang kedua pundak Kinar.

"Lihat aku, Kinar!" pinta Rani. Perlahan Kinar mendongak dan menatap Rani dengan air mata yang masih saja membanjiri pipi.

"Apa kau tau perempuan itu?"

Kinar hanya menjawab dengan anggukan pelan. Rani seketika menahan napas, tenggorokannya seakan tercekat.

"Siapa?" tanya Rani tanpa berkedip.

"Niken." Lirih Kinar menjawab.

Sontak kedua tangan Rani terlepas dari pundak Kinar. Kedua lututnya langsung lemas. Dia membekap mulutnya sendiri. Sungguh suatu fakta yang sangat menyakitkan.

Niken sahabat Kinar, bagaimana bisa. Bahkan orangtua Niken yang juga bekerja dengan Kinar sudah dianggap seperti orangtua sendiri. Justru Kinar lebih dekat dengan Niken ketimbang dengan Rani, juga Fitri. Namun, justru Niken yang menusuknya dari belakang.

Rani menarik kursi yang ada di depan mejanya. Dia letakkan di depan Kinar, dan menjatuhkan bobot tubuhnya di sana.

"Ceritakan semua, jangan ada yang ditutup-tutupi!" perintah Rani tegas.

Dan mengalirlah semuanya. Dari Kinar menang proyek sampai memergoki suaminya sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri, hingga luka juga darah yang bercecer di bajunya.

Rani menghela napas kasar. Sungguh hatinya bergemuruh. Ia menutup mata, dan menggigit bibir bawahnya, meredam emosi yang bergejolak.

"Aku salut dengan apa yang kamu lakukan kali ini. Tapi tolong, jangan terus mengalah. Kamu juga punya hak untuk bahagia. Apa gunanya kamu berjuang membesarkan semua usaha ini kalau ujung-ujungnya selalu disakiti."

"Apa sih yang kamu lihat dari Reza? Laki yang gak ada faedahnya sama sekali. Tiap ada duit dikit pasti langsung bertingkah!" sungut Rani dengan wajah merah padam.

"Sebenarnya dia baik. Dia juga memperlakukan aku dengan baik. Kamu tau kan, kalau Farraz sangat sayang dengan ayahnya. Entahlah, mungkin dia sedang khilaf," ucap Kinar pelan dengan kepala menunduk.

Rani langsung melotot dengan mulut menganga. Tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Jelas-jelas sudah disakiti, masih saja bisa memuji suaminya yang gak punya otak.

"Ck, terlalu bucin kamu, Kinar. Masih sempet-sempetnya inget baiknya dia. Pernah gak dia inget baiknya kamu selama ini, hah? Kalau dia inget, gak bakalan tega nyakitin kamu!" ucap Rani penuh emosi.

Kinar langsung mendongak mendengar ucapan Rani yang dipenuhi amarah. Ucapan Rani seolah jadi tamparan untuknya.

"Berapa kali dia bikin kamu bangkrut? Gadein rumah, jual mobil, hutang sana sini demi bisnis yang selalu buntung di tangannya. Belum lagi masalah selingkuhan.

Dan selalu saja kamu yang putar otak jika sudah bangkrut, giliran udah sukses lagi dia yang ambil alih. Dengan alasan biar kamu lebih banyak waktu di rumah. Nyatanya suamimu itu yang justru jadi toxic disetiap perusahaan yang kamu bangun."

"Bangun Kinar, bangun! Tunjukin Kinar yang kuat. Kamu makan cinta saja gak bakal bikin kamu kenyang juga bahagia kalau model lakinya kayak si Reza!" cerocos Rani panjang lebar.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Kinar.

Rani mengangkat satu sudut bibirnya, akhirnya terbuka juga pikiran kamu, Kinar.

"Mari kita susun rencana!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lilis Fatmawati
wanita bodoh makan tuh cinta menderita lah kau kinar karena saking bodoh dan bucin nya sama laki-laki moKondo
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau kinar njing. hanya anjing yg mau berbagi pasangan. alasan bertahan sangat g masuk akal. wanita kayak begini yg dibilang pintar. keledai mana ada yg pintar.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 4

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 4"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak mau Farraz kehilangan ayahnya. Aku rela menderita demi kebahagiaan anakku.""Kebahagiaan macam apa yang akan kamu berikan kepada Farraz? Jika suatu saat dia mengetahui tingkah laku ayahnya dari mulut orang lain, itu akan lebih menyakitkan," ujar Rani kesal dengan melipat kedua tangan di depan dada."Apa yang harus aku katakan pada anak berusia lima tahun, Rani? Bahkan ayahnya pulang terlambat saja Farraz sudah uring-uringan. Mas Reza selama ini sangat pandai menutupi tabiatnya itu, pulang kerja on time, selalu bisa menyisihkan waktu untuk kami berdua, hampir tak ada cela."Dua bulir air mata itu meluncur lagi dari sudut mata Kinar setelah dia selesai berucap. Kebahagiaan yang dia rasakan nyatanya semu. Sifatnya yang mudah percaya juga pemaaf membuat Kinar tak menaruh curiga sedikitpun pada sang suami. Padahal sebelumnya pernah terjadi.Rani hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba, tidak tau lagi apa y

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 5

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 5"Farraz, Ran!""Ada apa dengan, Farraz?" tanya Rani penasaran."Dia, berantem di sekolah. Tidak biasanya anak itu kayak gini. Selama ini sikapnya manis," ujar Kinar, lalu membuang napas kasar.Ya, saat ini Farraz duduk di bangku sekolah TK. Walau sibuk dengan urusan pekerjaan, setiap harinya Kinar selalu menyempatkan diri untuk mengantar sekolah. Barulah pulang sekolah akan diantar sampai rumah menggunakan fasilitas bus sekolah.Kinar tidak terlalu khawatir meninggalkan Farraz di rumah, karena ada pengasuh juga. Itu sebabnya pulang sekolah pun tidak cemas karena pengasuhnya ikut menunggui di sekolahan. Meskipun demikian hampir semua keperluan Farraz dia yang menyiapkan, suster hanya membantu saat kerepotan saja. Kinar tidak mau kehilangan momen berharga dengan sang anak, sebab itu hanya sebentar dan tidak akan bisa terulang."Sabar, ini ujian. Allah tau kamu kuat, jalani, syukuri, insyaallah semua akan baik-baik saja. Ingat, kamu masih puny

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 6

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 6Tok tok tokTerdengar suara pintu diketuk, membuat Kinar yang baru saja selesai mandi mengurungkan niatnya menuju meja rias. Dia berjalan kearah pintu dengan handuk yang masih melilit rambut di kepala.Kinar membuka pintu perlahan. Saat sudah terbuka Farraz langsung menghambur, memeluk kakinya."Hei, jagoan!" ucap Kinar sambil mengelus kepala putranya.Farraz mendongak, menatap wajah Kinar dengan mata yang sembab. Raut mukanya masih cemberut.Kinar lalu menoleh pada Tari. "Ditinggal saja, Mbak!" ujarnya dengan seulas senyum."Baik, Mbak Kinar," jawab Tari tersenyum lalu mengangguk dan meninggalkan kamar Kinar."Ayo, masuk!" ajak Kinar pada putranya.Perlahan Kinar menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia lalu berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan Farraz. Menangkup kedua pipinya yang sangat menggemaskan."Anak Mama, gimana sekolahnya hari ini?" tanyanya dengan tersenyum hangat. Bersikap seperti biasa, seolah tidak tau dengan apa yang terja

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 7

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 7"Kinar!" panggil Reza.Kinar hanya menoleh, lalu melanjutkan langkahnya. Entah kenapa, melihat suaminya, dada Kinar kembali bergemuruh. Dia terus saja beristigfar sambil berjalan menuju kamar lagi.Reza membuang napas kasar. Dia sadar, kali ini kesalahannya sangatlah fatal. Namun egonya sebagai lelaki seolah enggan turun. Dia begitu mencintai istrinya, tapi kini Niken pun ada di hatinya."Ayah, Mama kenapa?" Reza tersentak dari lamunannya mendengar petanyaan Farraz."Ahh ... itu, mungkin Mama kecapean," jawab Reza sekenanya."Tapi ... tapi tadi sama aku nggak kecapean kok. Malah Farraz digendong, katanya ... Farraz udah gede Mama udah kepayahan gendongnya!" celoteh Farraz dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, sangat lucu.Reza pun tersenyum, lalu membelai kepala bocah lima tahun itu. Ada sesal di hatinya, saat melihat Farraz sepintar dan menggemaskan ini. Dia pun belum tau akan

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 8

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 8"Kinar, kita harus bicara!" ujar Reza setelah menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Kinar yang mengurungkan niatnya merebahkan badan.Kinar tersenyum sinis dari tempat duduknya. Entahlah, saat ini dia sudah sangat muak dengan tingkah laku suaminya.Tidak ada niatan untuk meladeni Reza. Melihatnya saja membuat hati Kinar tambah sakit. Sungguh hatinya begitu rapuh, tapi tidak ingin itu semua terlihat, terlabih di hadapan suaminya.Kinar turun dari ranjang, berniat keluar. Saat ini dia hanya ingin sendiri. Itu saja. Namun tangannya segera di tahan Reza saat hendak membuka pintu."Lepas, Mas!" ucapnya dengan dingin, tapi tak dihiraukan Reza."Aku bilang, lepas!" ucap Kinar dengan penuh penekanan, dia berusaha meredam emosinya sendiri. Tidak ingin meninggikan suara di depan suami.Entah apa yang dipikirkan Reza, dia malah makin mempererat genggamannya. Matanya lekat menatap Ki

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 9

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 9Tangan Kinar yang sudah terulur pun urung. Dia lalu menegakkan badannya lagi. Menghela nafas kasar, lalu membalikkan tubuhnya. Menatap malas suaminya."Mas, aku lelah. Aku ingin sendiri. Tolong mengertilah," ucap Kinar sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada."Tapi, kita belum selesai bicara!" Reza terus memaksa."Apa lagi yang harus dibicarakan. Tak sadarkah kamu sudah menorehkan begitu banyak luka hari ini. Belum puaskah kamu, Mas!" ujar Kinar penuh kekesalan."Sungguh, aku minta maaf!" Reza berlutut di hadapan Kinar, kini matanya mulai berkabut.Kinar muak melihat ini semua. Hatinya seakan mati. Dia lelah, ingin rasanya menyerah, tapi ada malaikat kecil tak berdosa yang selalu jadi pertimbangannya.Dia akhirnya menjatuhkan bobot tubuhnya di tepi ranjang. Memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang sulit dia kendalikan. Tangan kanan dan kirinya m

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 10

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 10Pagi ini, Kinar terlihat lebih segar. Setelah minum obat dan meminta Bi Sumi memijatnya sebentar. Dia memakai makeup untuk menyamarkan wajah dan matanya yang sembab dan sedikit bengkak.Di meja makan sudah ada Farraz, saat Kinar turun untuk sarapan. Anak itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya."Pagi, jagoan Mama," sapa Kinar menghampiri Farraz dan mencium pipi gembilnya."Pagi, Mama. Apa, Mama mau pergi? Kok cantik sekali," tanya Farraz sambil memuji Mamanya.Penampilan Kinar memang sedikit berbeda dari biasanya. Dia menggunakan pakaian kerja formal. Celana panjang hitam dipadu padankan dengan blouse warna peach dengan aksen tali pita di kerahnya, blazer hitam menambah paripurna penampilannya. Rambutnya dia kuncir kuda dengan gaya sedemikian rupa, memperlihatkan leher jenjangnya.Tak lupa tas jinjing ukuran sedang senada dengan warna blousenya. Jam tangan mewah melingkar di pergelan

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 11

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 11"Tunggu, ini, apa?" gumam Kinar. Dia melihat nominal uang keluar berubah-ubah tiap bulannya. Dan semakin kesini semakin besar."Pak, apa selama ini ada kegiatan di luar yang dilakukan perusahaan?" tanya Kinar, matanya masih awas mengamati laptop."Ahh, iya. Beberapa kali memang ada semacam, study banding, dengan perusahaan lain. Kadang kegiatannya di luar kota. Ibu bisa lihat laporan rincinya. Tunggu biar saya bukakan filenya," ujar Pak Bagas menjelaskan apa yang dimaksud Kinar, dia lalu meminta laptopnya kembali untuk membuka file yang lain."Ini." Pak Bagas kembali memberikan laptopnya kepada Kinar. "Di situ rinciannya, semua ada."Kinar hanya mengangguk. Dia baca dengan teliti. Lalu teringat beberapa kali suaminya pergi keluar kota urusan kantor."Uangnya diserahkan ke siapa, Pak?""Ada rekening sendiri, Bu. Atas nama kantor, yang pegang Pak Reza. Nanti biasanya yang handle semua sekretarisnya. Laporannya juga ada."Keterangan dari Pak

Bab terbaru

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 64

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 63

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 62

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 61

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 60

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 59

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 58

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 57

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 56

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp

DMCA.com Protection Status