Deandra sedang duduk di sudut ruangan dengan wajah cemberut dan kedua lengannya bersilang di dada. Denis yang baru saja tiba di rumah Aruna langsung mencoba mendekati Dea yang terlihat merajuk. Ia mendapat tugas untuk membujuk anak itu.
"Dea mau ikut Om, Sayang," ujar Denis dengan lembut, berusaha melembutkan hati gadis beranjak remaja tersebut.Namun, Deandra hanya menggeleng malas, membuang wajahnya dari Denis, seolah menunjukkan bahwa ia tidak ingin berbicara dengan siapapun.Denis tidak menyerah, ia melangkah mendekati Dea dan dengan hati-hati memindahkan gadis itu ke pangkuannya. "Ada apa, hm?" tanya Denis dengan nada suara yang penuh kelembutan, berusaha mencairkan suasana."Mau cerita sama Om sambil makan cokelat?" lanjut Denis sambil mengeluarkan sebungkus cokelat dari saku jasnya. Untung saja dia telah menyiapkan cokelat sebagai 'senjata' untuk menghadapi Dea."Kenapa istri Daddy harus Tante Ressa? Kata orang ibu tiri itu jahat,Di dalam kamar Tian tersenyum dengan kedatangan Dea kembali ke rumahnya. "Sini Sayang," panggilnya.Dea mendekat duduk di sisi ranjang samping Tian dengan wajah ditekuk."Maafin Daddy gak jujur dari awal ya, Sayang. Daddy cuma gak mau Dea kecewa. Maaf juga kalau Daddy nanti gak bisa terus sama Mommy." Tian menggenggam erat tangan putrinya."Daddy sayang sama Dea, kalau Dea mau, Dea bisa tinggal di sini sama Daddy, Sayang.""Dea gak mau tinggal sama Tante Ressa!!" Tolak Dea lantang. "Dea mau tinggal sama Daddy, tapi gak ada Tante Ressa!" Lanjutnya dengan wajah mengeras.Tian mengelus kepala Dea dengan sayang, "kenapa?" tanyanya lembut.Ressa yang ingin masuk ke kamar samping tidak sengaja mendengar penolakan Dea. Ada goresan-goresan kecil yang menyayat hatinya, menimbulkan rasa perih."Dea gak suka Tante Ressa yang jadi istri Daddy!" Tukas Dea."Dea, Mommy gak pernah ngajarin gitukan!" Tegur Aruna yang berdiri di
Tian terpaksa melepaskan Deandra dari pelukan, menangkap pinggang Ressa agar tidak pergi meninggalkannya. Keduanya sama-sama penting, tapi membujuk istrinya ini sedikit lebih sulit."Enggak, kamu gak perlu berkorban apapun lagi untuk Dea. Kita akan sama-sama, please, jangan pergi, Honey." Mohon Tian dengan suara yang terdengar parau."Sayang, jangan pergi!" lirih Tian kembali memohon."Kita bisa membujuk Dea pelan-pelan, jangan pergi Sayang, jangan seperti ini." Pria itu tidak tahu lagi bagaimana cara membujuk istrinya ini. Padahal tadi sudah mau menurut, sekarang menjadi kacau lagi karena penolakan Dea."Lepasin Tian," Ressa menyingkirkan tangan Tian dari pinggangnya. Tidak sanggup melihat tatapan sendu keponakannya itu.Tian menggeleng pelan, "enggak, nanti kamu kabur, aku nggak mau kamu tinggalin lagi." Gumamnya semakin mengeratkan pegangan di pinggang sang istri.Denis mendekati Dea yang kembali tergugu karena sang ayah lebih
Aruna langsung menuju mobil Denis yang memang tidak pulang setelah mengantarnya ke rumah ayah, lelaki itu membawa Dea jalan-jalan lebih dulu saat ia mampir ke rumah orang tuanya. Untung Dea mau diajak meninggalkan rumah Ressa ketika perempuan yang baru saja mengalami keguguran itu tiba-tiba jatuh pingsan. Dan putrinya tidak melakukan protes lagi ketika melihat sang tante pucat seperti tak bernyawa. ***"Perutnya masih sakit, Sayang?" Tian menggenggam tangan istrinya yang terbaring lemah di brankar pasien. Saat bangun dari pingsan tadi Ressa mengeluhkan sakit dibagian perut sehingga ia kembali membawanya ke rumah sakit karena khawatir terjadi sesuatu pada istrinya ini."Sedikit, Dea mana?""Dea dibawa Denis pulang Sayang, kamu jangan pikirin mereka dulu, pikirin kesehatan kamu. Sudah ya, kita hadapi ini sama-sama, jangan minta pergi lagi. Aku yakin Dea pasti mau menerima kamu suatu saat nanti." Tutur Tian panjang lebar agar istrinya ini
Setelah dua hari menginap di rumah sakit akhirnya Ressa diperbolehkan pulang. Perempuan itu membongkar habis isi lemari lalu mempackingnya."Honey, kamu benar-benar mau pergi dariku?" tanya Tian pelan, tidak memiliki tenaga lagi. Ressa memang diizinkan keluar dari rumah sakit, namun tubuhnya sekarang yang drop. Tapi dia tidak mau dirawat, kasihan Ressa kalau diajak menginap di rumah sakit lagi."Sebaiknya memang beginikan, Sayang." Jawab Ressa seraya tersenyum manis yang membuat jantung Tian berdebar tidak karuan. Istriya ini sulit untuk ditebak pikirannya apa."Apa aku harus bersujud dan mencium kakimu dulu agar kamu tidak pergi dariku Ressa. Kita bisa menyelesaikan masalah Dea sama-sama. Apalagi sekarang ada Denis yang bisa meluluhkan hatinya." Tian bersimpuh di lantai memeluk kaki Ressa yang masih sibuk mengeluarkan pakaian dari dalam lemari."Bangun Sayang, jangan bersimpuh seperti aku ingin mengutukmu saja." Canda Ressa dengan suara tawa reny
Perempuan itu menggeleng tegas, meskipun sangat menginginkan semua itu, namun ia tidak boleh egois, ada Dea yang sangat menginginkan ayahnya. "Dia yang lebih berhak atas kamu, aku sudah sehat gak papa di rumah sendirian, kamu temani Dea.""Jangan usir aku lagi Sayang, aku mau disini sama kamu.""Enggak, kamu ke rumah Aru, atau kita pisah." Ancam Ressa yang membuat Tian tidak bisa mengelak apa-apa lagi.Seperginya sang suami Ressa membereskan pakaian-pakaiannya sendiri, tidak jadi minta bantuan Tian."Huft, gak papa, aku kuat, tapi capek!!" Gumamnya, membawa pakaian-pakaian itu ke halaman belakang dan membakarnya sedikit demi sedikit sambil melamun.Dulu pikirnya cobaan rumah tangganya hanya dari perempuan lain dan masa lalu suaminya, namun ternyata kakak dan keponakannya sendiri.***"Daddy!" seru Dea menghambur ke pelukan sang ayah. "Daddy tinggal disini kan?" tanya gadis beranjak remaja itu antusias.Tian meng
"Dea, kamu kenapa jahat banget sama Tante Ressa!" sentak Aruna geram pada putrinya yang terlihat sangat santai setelah mematikan telepon."Memangnya kenapa, kan Tante Ressa disana, gak salah dong kalau aku minta Tante yang siapin baju Daddy." Jawab anak itu dengan angkuh.Tian memijat pelipisnya pusing. Ia sudah susah payah membujuk istrinya itu beberapa hari ini. Lalu bagaimana sekarang kalau Ressa nekat pergi meninggalkannya."Tantemu itu juga masih istri Daddy, Dea, kamu harus menghormatinya.""Karena istri Daddy itulah Tante jadi menguasai Daddy sendirian," jawab Dea tak kalah lantang dari mommy-nya."Sudah Ru," Tian mengangkat tangan di depan Aruna. Kepalanya semakin ingin pecah mendengar perdebatan ibu dan anak ini."Sekarang Daddy pilih Tante Ressa atau aku?" Deandra menatap ayahnya sengit."Mana bisa begitu Sayang, Tante Ressa itu istri Daddy juga.""Ceraikan kalau Daddy memilih Dea!""Cukup Dea
Ressa menghela napas pelan, bibirnya tersenyum getir, seolah-olah dirinya yang melakukan kesalahan."Terserah kamu aja mikirnya bagaimana, Tian.""Aku tuh kangen, kamu ngerti gak sih!" Sarkas Tian kesal mendengar kata cerai yang selalu keluar dari mulut istrinya ini."Kamu kesini sebenarnya mau apa?" Ressa lelah kalau bertemu ujung-ujungnya mereka hanya akan berdebat tiada akhir."Aku kangen sama kamu Ressa!" Tegas Tian menekankan, "aku capek nyabar-nyabari kamu, kamu itu gak seperti Aru yang penurut."Ressa melepaskan roti di tangannya, menatap nanar Tian yang baru saja membandingkannya dengan Aruna. Kepalanya mendongak agar air matanya tidak terjatuh. Sakit rasanya dibandingkan seperti ini oleh suami sendiri."Aku gak pernah minta kamu bertahan sama aku Tian, gak pernah. Aku gak pernah minta kamu bertanggung jawab atas janin yang aku kandung dulu, gak pernah. Kalau kamu capek tinggal lepaskan aku, gak usah banding-bandingin aku
Perempuan yang baru saja menutup pintu itu tersandar sambil menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. "Hufh, tidak boleh marah, tidak boleh cemburu Ressa," rapalnya dalam hati, menguatkan dirinya sendiri. Sakit, berat, namun semua harus dilaluinya.***Pagi-pagi sekali Ressa membereskan seluruh rumah. Koper sudah siap untuknya pergi, kali ini ia tidak meminta bantuan pada sahabatnya karena Tian pasti akan memaksa Erfan dan Hira untuk memberitahu keberadaannyaSelama satu minggu ini ia sudah menyiapkan semuanya, dari uang cash, perhiasan sebagai tabungan mendesak dan tempat tinggal. Ia sengaja tidak menggunakan ATM agar Tian tidak bisa melacak keberadaannya. Ponsel lama di tinggalnya di rumah, ia juga sudah membeli ponsel dan simcard baru. Tian mungkin tidak akan menceraikannya, jadi biarkan saja dia yang pergi. Selama ada Aruna dan Dea suaminya itu pasti akan baik-baik saja."Bismillah Ya Allah, maafkan aku yang sudah jadi istri