"Rud, kamu sudah menghubungi istrimu?" tanya ibuku saat aku baru saja ingin menyesap kopi yang baru saja di buatkan oleh ibuku tercinta.
"Sudah, Bu. Tapi pesan Rudi belum ada satupun yang di tanggapi oleh Rani." Aku kembali melakukan aktivitas rutin pagi-ku dengan menikmati secangkir kopi dan tentunya di temani pisang goreng yang di buatkan oleh ibuku.Aku sangat menikmati hari-hariku dengan bersantai ria di rumah. Kalaupun jenuh aku akan pergi ke pemancingan ikan yang ada di desa sebelah. Laki-laki normal pastinya membutuhkan hiburan terutama untukku yang sudah tiga tahun ini di tinggal istriku untuk pergi merantau mencari peruntungan di negri sebrang.Siapa yang tidak enak. Uang datang sendiri tanpa harus bersusah payah banting tulang jika ada istri yang bisa kita manfaatkan. Toh dia juga mau sendiri dan mengerti kodratnya sebagai seorang istri yang harus patuh pada perintah dari suami. Hidupku saat ini sangatlah nyaman dan bukan aku saja yang merasakan terapi juga kakak, ibu, dan satu adikku kami semua menikmati hasil kerja dari Maharani yang setiap bulannya dia kirimkan ke nomer rekeningku. Tetap bagaimanapun juga aku orang yang berjasa padanya karena aku juga membantu untuk membiayainya ketika mendaftar di PJTKI tempat kami tinggal saat ini, walaupun sebagian besar Rani sendiri yang membiayainya dengan menjual kalung serta gelang pemberian dari orangtuanya di kampung dan aku membantu menyumbang untuk biaya transportasinya menuju tempat PJTKI itu.Tak ada niatku untuk memaksanya mengantikan peran yang seharusnya itu aku yang menjalankannya. Iya, karena kondisi yang tidak memungkinkan di tambah juga keadaan ekonomi kami saat itu yang membuatnya harus mau bertukar peran dengan diriku."Kok tumben gak seperti biasa istrimu itu. Biasanya tiap awal bulan pasti uang masuk ke rekening kamu. Tapi kenapa hampir dua bulan ini istrimu itu sudah sekali untuk di hubungi." cerocos ibu yang dari tadi tidak ada hentinya. Tebal rasanya telinga ini dibuatnya."Kemaren Rani itu sempet bilang, Bu. Kalau keluarga majikannya sedang berduka. Jadi Rani juga tidak berani untuk meminta gajinya sedang kondisi di sana sedang dirundung duka. Kita sabar saja dulu, Bu. Nanti juga Rani pasti akan mengirimi uang untuk kita." ucap-ku mencoba untuk menenangkan ibuku. Tapi jujur sebenarnya hatiku juga tidak bisa tenang dengan belum di kirimkan-nya uang istriku itu ke rekening milikku. Sedangkan acara pernikahan ku dan Lasmi janda kembang dari desa sebelah sudah di depan mata."Ingat, pernikahan-mu dengan Lasmi juga sudah di depan mata. Mana lagi mahar yang mereka minta itu tidak tanggung-tanggung, lho. Uang setoran dari Zaki juga tidak bisa untuk menutupi kebutuhan hidup kita sehari-hari.""Iya Bu, Rudi tahu. Makanya untuk beberapa waktu ini kita irit dulu pengeluaran kita. Kasihan Zaki juga, Bu. Sehari harus ikut dua orang yang berbeda.""Kenapa? Kamu mulai gak tega gitu. Kalau bukan dari istri dan anakmu itu dari mana keluarga kita bisa makan kenyang dan hidup enak seperti ini. Toh, nanti juga kamu bakalan dapat anak yang lebih bagus dari Lasmi. Kan dari fisik si Lasmi jauh lebih bagus dan lebih cantik dari si Rani. Pasti nanti anakmu itu jauh lebih tampan dari si Zaki yang kurus, dekil, pokoknya gak karuan deh, malu ibu mengakui Zaki sebagai cucunya ibu." sungut ibuku yang tidak terima aku sedikit memberi perhatianku pada darah daging-ku sendiri.kasihan sekali anak itu. Semenjak usianya baru tiga bulan harus berpisah dengan ibunya karena harus mengadu nasib di negri orang. Karena bagaimanapun kewajiban seorang istri adalah patuh kepada suami dan juga keluarganya. Termasuk memenuhi permintaanku juga ibu untuk menjadikannya seorang TKW di negri orang.Sebenarnya, dulu aku juga bekerja dan aku merupakan salah satu pekerja proyek yang seringkali harus berpindah-pindah tempat di mana perusahaan kami memenangkan tender yang di ajukan-nya. Maka mau tidak mau aku harus mengikuti kemanapun proyek yang harus mandor-ku garap.Setelah pernikahan-ku dengan gadis bernama Maharani dan satu tahun setelah pernikahan kami. Aku dan istriku ini di karuniai seorang putra. Namun peristiwa nahas yang tidak pernah kami duga sebelumnya, yaitu aku mengalami kecelakaan kerja di tempat proyek. Sebenarnya bukan kecelakaan besar dan parah. Melainkan diri ini harus beristirahat selama beberapa waktu karena kaki kiri-ku ini kejatuhan material berupa tumpukan batu bata.Karena istirahat yang terlalu lama membuatku engan untuk kembali bekerja di tempat proyek yang lama. Karena terlalu sayang-nya ibu kepada anaknya ini. Akhirnya kami berdua pun bekerja sama untuk meminta Rani bekerja sebagai TKW sedangkan aku akan berpura-pura untuk lumpuh dan tidak kuat jika harus kembali bekerja seperti sebelumnya. Aku yakin jika Rani mau dengan usulan kami ini. Kami yakin hidupku dan keluargaku akan lebih sejahtera dan yang penting tanpa aku harus turun tangan dan banting tulang.🌺🌺🌺Ting...Ting...Ting...Baru saja aku menyalakan gawai yang selama aku bekerja, aku harus bebas dari benda tersebut. Dan benar saja pesan beruntun masuk dari nama karena kontak yang sama. Nama milik Mas Rudi suamiku yang memenuhi kontak masuk perpesanan. Aku memang belum memberitahukan perihal gawai android canggih yang aku punya. Sepengetahuan dari suamiku hanya gawai jadul yang aku bawa saat pertama pergi ke tanah rantau ini yang aku punya.Dari begitu banyak pesan yang masuk tak satupun ia menanyakan kabar dariku di sini. Hanya uang dan uang yang selalu ia tanyakan kapan aku akan mengirimnya.Dari awal dan sebelum aku berangkat ke negri orang. Suamiku memintaku agar semua gaji yang kudapat harus ku kirimkan semua kepadanya. Dengan alasan agar aku tidak lupa diri juga alasan untuk memenuhi kebutuhan Zaki bayi kecil yang aku tinggal di usianya yang baru tiga bulan. Dan juga alasan untuk mengirim sebagian kepada orangtuaku yang berada di kampung. Tentu saja aku percaya dan mengikuti perintahnya. Namun aku bersyukur bekerja pada sepasang majikan yang bijak dan berhati baik. Mereka menyarankan agar semua gaji yang aku dapat tidak aku kirim ke tanah air. Dari 12 juta gaji yang aku dapat 8 juta yang aku kirimkan pada suamiku tiap bulannya.Akhir pekan adalah kesempatanku untuk bisa berkomunikasi dengan keluargaku di tanah air. Seperti biasanya aku mulai mengotak-atik gawai yang menjadi hadiah sekaligus kenang-kenangan dari majikan-ku yang sebelumnya. Ia, aku merupakan seorang TKI yang bekerja dengan orang asing. Sebelumnya aku bekerja sebagai pengasuh seorang lansia di negara Hongkong. Namun itu hanya sampai dua tahun saja. Karena lansia, orangtua dari majikan-ku itu meninggal karena sakit yang di deritanya. Karena di keluarga tersebut hanya membutuhkan seorang penjaga lansia saja sedangkan orang yang aku jaga telah tiada. Maka keluarga itupun memberhentikan diri ini. Namun tidak begitu saja mereka menawarkan padaku untuk aku ikut bekerja bersama dengan sanak saudara mereka yang lain. Dan keluarga tersebut, mereka tinggal di negri dengan sebutan negri Paman Sam. Dan dari penuturan mereka. Jika aku bekerja bersama dengan saudaranya maka gaji yang aku dapat akan disesuaikan dengan gaji di sana dan itu jumlahnya jauh lebih besar dari yang aku dapat sebelumnya. Keluarga majikan-ku tersebut merupakan pasangan suami-istri yang kedua merupakan pekerja kantoran dan sedang mencari penjaga untuk bayi mereka.Benar saja. Setelah aku berselancar di dunia maya di aplikasi biru yang ku miliki, masuk sebuah permintaan pertemanan dari seseorang. Yang setelah aku telusuri sosok pemilik akun tersebut ternyata dia adalah Mbak Yani, yang merupakan istri dari sepupu suamiku, Mas Rudi. nampak dari beranda akun biru miliknya. Mbak Yani sempat aktif beberapa menit yang lalu dan dia juga mengirim pesan untukku melalui pesan inbox.[Bang, katanya mau beli seserahan buat nikahan nanti, kapan?]Baru saja tangan ini meraih gawai yang sempat aku letakkan di atas meja rias yang ada di kamarku. Segera ku baca dari layar gawai dan ternyata pujaan hati yang mengirim pesan untukku. Pesan yang berisi tagihan. Karena aku sempat menjanjikan kepadanya untuk segera dan memilih sendiri seserahan serta mahar untuk acara pernikahan kami nanti. Sengaja aku tidak memberikan seserahan pada waktu aku dan keluargaku datang melamarnya. Karena aku juga tidak mau rugi keluar uang dua kali. Meski aku tidak ikut mencari uang. Tapi masalah untung rugi harus tetap aku perhatikan.[Iya, Sayang. Abang pasti tidak lupa. Sabar ya, uang Abang belum di transfer.]pesan balasan segera aku kirim.Yang menjadi salah satu alasan kenapa Lasmi mau menerima pinangan-ku meski dia tahu aku sudah beristri adalah karena aku memiliki mesin ATM yang tidak akan pernah surut isinya yang akan bisa menyenangkannya. Dia dulu adalah pujaan hatiku namun cinta ini be
Bagaimana hati ini tidak hancur setelah apa yang aku korbankan hanyalah sia-sia saja. Ternyata aku hanya di manfaatkan oleh mereka.Untung saja setelah mendapatkan gawai baru dari majikan lama-ku. Aku segera menginstal aplikasi biru dan juga aplikasi hijau. Aku sengaja membedakan nomer seluler yang biasanya aku pergunakan untuk menghubungi suami dengan nomer perpesanan dari aplikasi hijau. Aku tahu jika mas Rudi mengetahui aku memilih android canggih pasti dia akan marah karena aku menyisihkan uang hasil jerih payah-ku untuk kepentingan pribadiku. Nyatanya hampir tiga tahun ini aku yang telah di bodohi oleh mereka.Untung saja Allah telah membukakan pintu petunjuknya dengan mengirimkan mbak Yani untuk membongkar kedok para benalu itu.Satu bulan lebih aku sudah tidak lagi mengirimkan uang untuk mereka. Percuma, uang ku itu hanya mereka pergunakan untuk kesenangan mereka sendiri. Bagaimana dengan Zaki bayi kecilku. Yang sepat di di ceritakan oleh Mbak Yani. Bahwa ayah dan neneknya tela
Setelah sekian lama akhirnya tangis si Zaki rendah juga. Namun dengan seiring redahnya tangisan tersebut, badan Zaki yang semula panas berangsur turun tapi bibir mungilnya semakin biru dan warna kulitnya terlihat memucat. Tak ingin pikir panjang lagi. Segera bayi ini aku turunkan ke atas kasur dari yang semula berada pada gendonganku. Badanku juga terasa sangat lelah, ingin secepatnya merebahkan diri ini di sebelah putra kecilku. Semoga saja dia baik-baik saja. Dan bisa beraktivitas seperti biasanya agar dia bisa kembali menghasilkan uang lagi untuk kami. Walau bagaimanapun dia adalah tulang punggung bagi kami setelah ibunya. Dari hasilnya yang setiap hari ia dapat itu uang membantu menutupi kebutuhan dapur rumah ibuku.Brak... Brak...Brak...!Mata ini masih sangat mengantuk, tetapi telinga ini sangat terganggu dengan suara pukulan pintu yang aku yakin itu suara dari pintu kamar yang aku tempati ini."Rud, Rudi. Cepat bangun. Itu di depan sudah di tungguin penyewa Zaki!" tak salah lag
"Cepat kamu ganti baju Zaki dengan baju yang biasanya!" titah ibu memintaku segera mengganti baju Zaki dengan pakaian yang sudah Kumal dan bisa di bilang layaknya kain serbet."Iya, Bu, bentaran. Ini Rudi masih nyari gantinya. Yang kemaren kan belum sempat di cuci." Aku berada di depan keranjang pakain tempatku menyimpan baju ganti untuk Zaki. Hampir diri ini belum pernah membelikannya pakaian yang layak. Selama ini, pakaian yang di kenakan oleh Zaki adalah pemberian dari mbak Lestari, dan pakaian itu merupakan baju bekas dari anaknya. Dari pada tidak di pakai kan lebih baik di gunakan boleh Zaki. Jadi bisa mengirit uang jatah hanya sekedar untuk membeli baju untuknya. Toh Rani juga tidak akan tahu. "Halah, kamu itu kelamaan. Mending juga kamu ganti dengan pakaian yang kemarin saja. Emang siapa juga yang mau nyuci." Ibu segera mengambil baju yang tergantung di balik daun pintu kamar ini, yang kemarin di pakai oleh Zaki. Benar juga ucapan ibu, aku juga tidak punya waktu untuk mencuci
"Kami mohon maaf sebelumnya, Pak. Anak bapak sudah tidak dapat terselamatkan. Sepertinya Anak ini sudah beberapa waktu yang lalu meninggalnya. Apa anda atau ibunya tidak ada yang mengetahuinya kalau anak anda ini telah tiada?" ucapan dari seorang petugas medis dengan menatap selidik pada ku juga ibuku. Tentu saja aku sangat kaget dengan berita yang baru saja di sampaikan petugas perempuan tersebut. Bagaimana mungkin sakit panas yang semalam bisa sampai membuat nyawa dari anak semata wayangku ini melayang. Sedari pagi sebelum ia ikut penyewanya dia baik-baik saja. Dan waktu aku beri minum obat seperti biasanya juga dia menurut saja. Tidak mungkin juga karena telat makan. Karena aku kesiangan dan ibuku juga lupa untuk membuatkan makanan untuknya. Hanya air gula sebagai pengganjal sebelum Zaki aku beri minum obat agar dia tidak rewel pada waktu ikut penyewanya."Ba--bagaimana mungkin anak saya bisa meninggal, Sus? Anak saya ini hanya sakit panas saja kemarin." Aku mencoba menjelaskan ba
Akhirnya keuangan kami sudah lebih membaik dari sebelumnya. Ternyata sangat mudah untuk bisa mendapatkan sejumlah uang dari menjaminkan surat motor. Aku kira uang sebesar sepuluh juta dari dua surat motor yang ku gadai paling tidak cukup untuk satu mingguan ke depan. Aku harus segera menemui Lasmi. Aku sudah rindu dengan dirinya. Aku tahu dia pasti masih marah karena aku sempat memenuhi permintaannya. Aku akan memberikannya kejutan. Karena hari pernikahan kami pula sudah semakin dekat, hanya tinggal menghitung hari. Kami akan segera mempersiapkan pernikahan kami."Huek..., huek..., huek...," saat kaki ini hendak melangkah keluar kamar tiba-tiba terdengar suara seperti orang mabuk. Aku segera keluar kamar untuk mengecek sumber suara tersebut. Dan benar saja Eni yang ku dapati sedang bersama dengan ibuku, yang mana ibu sedang memijat pundak adik bungsuku."Eni kenapa, Bu?" tanyaku sambil menyelidik ke arah perempuan yang berstatus adik bagiku."Ibu juga gak tahu. Palingan juga masuk an
'Ini baru awal. Akan ada hal yang tidak akan pernah kalian duga sebelumnya. Aku pastikan kalian akan membayarnya tuntas dan jauh lebih mahal dari setiap tetes keringat dan air mataku juga putraku!' gumam Rani dalam hati setelah membaca pesan yang beberapa waktu lalu yang masuk di aplikasi hijau miliknya. "Aku akan memulai permainan ini, semoga kalian bisa menikmati setiap permainan yang kita perankan masing-masing." Rani berucap sambil tersenyum miring.[Iya, Mbak. Terimakasih atas informasinya. Nanti akan aku kabari lagi.] balasan pesan dari Rani untuk seseorang.Benar-benar sudah mati hati nurani suami dan keluarganya. Ternyata selain mereka menipu dan memanfaatkanku. Mereka juga telah ingkar untuk menjaga dan merawat darah dagingku. Mereka tega berbuat ke*i pada bayi sekecil itu. Dan sangat aku herankan kenapa sebagai seorang ayah, mas Rudi justru membiarkan bahkan lebih ke arah mendukung dan ikut mendukung Menikmati.[Assalamualaikum.][Maaf, apa benar pemilik akun ini adalah Mah
Aku mulai menyusun rencana. Tentu saja untuk menjalankan rencanaku ini, aku membutuhkan bantuan seseorang. Untung saja dengan tangan terbuka mbak Yani menawarkan serta dengan sepenuh hati akan membantuku untuk menuntut keadilan bagiku juga Zaki.Sebenarnya setelah mendapatkan pesan pertama dari Mbak Yani. Aku sudah memutuskan untuk segera kembali ke tanah air. Namun majikan-ku menyayangkan akan keputusan yang aku ambil. Katanya lebih baik aku sedikit bersabar dan satu bulan lagi masa kontrakku sudah habis karena saat ini hanya melanjutkan kontrak yang sebelumnya.Namun setelah mendapatkan pesan yang berikutnya, lebih tepatnya beberapa hari yang lalu mengenai keadaan Zaki. Aku tidak pikir panjang lagi. Aku segera menemui majikan-ku dan menceritakan semua yang tengah terjadi di tanah air. Karena dasarnya mereka tipe orang yang berhati baik dan menghargai orang lain. Mereka pun mengijinkan bahkan jika terjadi sesuatu aku mereka tidak akan segan-segan untuk menolongku. Esok harinya kedua