Sudah satu Minggu dari kejadian kerusuhan yang diperbuat oleh keluarga Mas Rudi. Tak ada kabar lagi dari mereka semua. Surat gugatan pun telah terdaftar di pengadilan agama, tinggal menunggu surat panggilan untuk sidang perdana kami. Semoga selepas semua urusan ini selesai. Aku bisa kembali mendapatkan ketenangan dan menjalani hidup dengan tenang pun menata hidup dan masa depan. Untuk kembali menjalin hubungan, aku tidak membatasi. Mengikuti alur yang sudah diskenariokan oleh Sang Maha Pengatur dan Pemilik kehidupan.Rencanaku hari ini adalah bertemu dengan pembeli rumah itu sekaligus pelunasan dari sisa uang yang belum terbayar."Tunggu!" terdengar suara bariton yang sangat aku kenali.Iya, Mas Rudi yang berteriak memanggil namaku. Mau apa lagi dia datang kemari. Kenapa nyaliku jadi menciut begini. Tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencangnya.Aku takut karena Mas Rudi bisa saja berbuat nekad seperti kemaren. Sedangkan di rumah hanya aku seorang dan dua orang karyawan yang berjag
Mas, kamu itu dari mana saja? Masih pagi bukannya kerja malah keluyuran. Terus itu kakimu kenapa? Kok kamu jalannya pincang gitu?" Rudi yang baru sampai di rumah. Di depan teras tempat mereka tinggal sudah menanti istri yang sudah menunggunya dengan muka yang sudah tidak bersahabat."Cerewet! Aku ini juga sudah usaha. Memang belum rejekiku hari ini." ucapnya tanpa memperdulikan wanita di depannya itu. Terus melangkah hingga masuk kedalam rumah milik Lasmi."Kalian itu numpang di rumahku harusnya tau diri, dong!" cerca Lasmi sambil mengekor di belakang suaminya itu. "Aku sudah capek masak ibu sama ibumu enak dari tadi kerjanya cuma tiduran." keluhnya pada sang suami."Bisa diem gak! Aku ini juga capek!" hardik Rudi sambil memijat bagian tubuhnya yang sakit itu."Gimana mau diem kalau di rumah gak ada apa-apa. Aku ini juga butuh menyenangkan diriku sendiri. Aku sudah stres. Semua yang aku punya sudah aku jual. Tapi mana janjimu yang mau balikin itu semua?" "Itu semua juga dulunya aku y
Setelah kejadian kemarin. Keluarga Rani tidak ingin lagi kecolongan dengan keberhasilan Rudi yang menyelinap di kediaman miliki putri mereka.Sebelum perceraian antara Rani dan Rudi benar-benar disah-kan oleh pengadilan agama. Orang tua Rani sangat berhati-hati dalam menjaga keselamatan putri mereka terlebih aksi nekat yang telah dilakukan oleh laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan menantu keluarga mereka.Kedua orang tua Rani sangat menyesalkan sikap mereka karena telah memberikan restunya pada laki-laki yang ternyata benar-benar tidak bertanggung-jawab. Bukan hanya melimpahkan kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga. Keluarga dari menantunya pula yang telah membuat cucu mereka harus meregang nyawa tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk menatap kepergian cucu mereka untuk yang terakhir kalinya. Keluarga Rudi sengaja menyembunyikan kematian putranya dari keluarga istrinya.Tidak hanya putri mereka yang diperas keringatnya oleh keluarga dari besan melainkan persekongko
"Wah, besar juga toko milik si Rani," ujar ibunya Rudi menatap takjub. Rudi sengaja memarkirkan motor miliknya agak jauh dari tempat istrinya tersebut."Alah..., biasa juga kali, Bu!" sewot Lasmi pada ibu mertuanya."Tunggu sebentar!" panggil Rudi pada kedua perempuan yang sudah terlebih dahulu melangkah di depannya.Rudi melangkah lebih maju agar bisa mengimbangi posisi mereka. "Sebaiknya Rudi nunggu di sini saja. Lihat ada dua penjaga di depan toko itu," ujar Rudi sambil menunjuk pada dua orang yang sedang terduduk di emperan toko."Emang ada masalah apa sama kamu, Bang?" tanya Lasmi penasaran. Matanya menyorot tajam ke arah suaminya."Pokoknya kalian saja yang masuk ke sana dari pada kena masalah," titah Rudi pada kedua perempuan beda generasi tersebut."Sudalah, Las. Kamu gak usah banyak protes. Yang penting sekarang kita itu bisa belanja banyak tanpa harus keluar duit," sahut ibu mertua Lasmi.Akhirnya keduanya pun bergerak dan meninggalkan Rudi yang berada beberapa meter dari t
"Rud, kita gagal lagi. Ibu pikir harusnya kamu itu tinggalkan saja si Lasmi dan mencoba untuk mendekati Rani lagi. Karena kalau kamu berhasil dapatin si Rina itu sana artinya kamu bisa merubah hidup kita. Ibu bosan hidup miskin dan susah. Makan saja susah." Ibunya Rudi berusaha menghasut putranya."Tapi apa Lasmi mau Rudi tinggal, Bu? Kita saja numpang hidup sama dia." "Ya kamu pinter-pinter cari cara dong. Masa gitu saja harus tanya sama ibu kamu ini."Rudi dan ibunya sedang berada di kamar yang ditempati oleh ibunya Rudi. Tanpa sepengetahuan keduanya, Lasmi yang tadinya berpamitan untuk pergi sebentar ia urungkan karena ada sesuatu yang tertinggal. Dan benar saja, Lasmi mendengar dengan telinganya sendiri jika ternyata ibu mertua dan suami sedang bersekongkol untuk menyingkirkan dirinya.Mendengar percakapan di dalam kamar yang posisinya tidak tertutup dengan sempurna. Dari balik pintu terdengar gigi gemeletuk milik Lasmi."Oh, ini ternyata rencana kalian. Baiklah ternyata aku saat
"Rud, kamu sudah menghubungi istrimu?" tanya ibuku saat aku baru saja ingin menyesap kopi yang baru saja di buatkan oleh ibuku tercinta."Sudah, Bu. Tapi pesan Rudi belum ada satupun yang di tanggapi oleh Rani." Aku kembali melakukan aktivitas rutin pagi-ku dengan menikmati secangkir kopi dan tentunya di temani pisang goreng yang di buatkan oleh ibuku.Aku sangat menikmati hari-hariku dengan bersantai ria di rumah. Kalaupun jenuh aku akan pergi ke pemancingan ikan yang ada di desa sebelah. Laki-laki normal pastinya membutuhkan hiburan terutama untukku yang sudah tiga tahun ini di tinggal istriku untuk pergi merantau mencari peruntungan di negri sebrang.Siapa yang tidak enak. Uang datang sendiri tanpa harus bersusah payah banting tulang jika ada istri yang bisa kita manfaatkan. Toh dia juga mau sendiri dan mengerti kodratnya sebagai seorang istri yang harus patuh pada perintah dari suami. Hidupku saat ini sangatlah nyaman dan bukan aku saja yang merasakan terapi juga kakak, ibu, dan s
[Bang, katanya mau beli seserahan buat nikahan nanti, kapan?]Baru saja tangan ini meraih gawai yang sempat aku letakkan di atas meja rias yang ada di kamarku. Segera ku baca dari layar gawai dan ternyata pujaan hati yang mengirim pesan untukku. Pesan yang berisi tagihan. Karena aku sempat menjanjikan kepadanya untuk segera dan memilih sendiri seserahan serta mahar untuk acara pernikahan kami nanti. Sengaja aku tidak memberikan seserahan pada waktu aku dan keluargaku datang melamarnya. Karena aku juga tidak mau rugi keluar uang dua kali. Meski aku tidak ikut mencari uang. Tapi masalah untung rugi harus tetap aku perhatikan.[Iya, Sayang. Abang pasti tidak lupa. Sabar ya, uang Abang belum di transfer.]pesan balasan segera aku kirim.Yang menjadi salah satu alasan kenapa Lasmi mau menerima pinangan-ku meski dia tahu aku sudah beristri adalah karena aku memiliki mesin ATM yang tidak akan pernah surut isinya yang akan bisa menyenangkannya. Dia dulu adalah pujaan hatiku namun cinta ini be
Bagaimana hati ini tidak hancur setelah apa yang aku korbankan hanyalah sia-sia saja. Ternyata aku hanya di manfaatkan oleh mereka.Untung saja setelah mendapatkan gawai baru dari majikan lama-ku. Aku segera menginstal aplikasi biru dan juga aplikasi hijau. Aku sengaja membedakan nomer seluler yang biasanya aku pergunakan untuk menghubungi suami dengan nomer perpesanan dari aplikasi hijau. Aku tahu jika mas Rudi mengetahui aku memilih android canggih pasti dia akan marah karena aku menyisihkan uang hasil jerih payah-ku untuk kepentingan pribadiku. Nyatanya hampir tiga tahun ini aku yang telah di bodohi oleh mereka.Untung saja Allah telah membukakan pintu petunjuknya dengan mengirimkan mbak Yani untuk membongkar kedok para benalu itu.Satu bulan lebih aku sudah tidak lagi mengirimkan uang untuk mereka. Percuma, uang ku itu hanya mereka pergunakan untuk kesenangan mereka sendiri. Bagaimana dengan Zaki bayi kecilku. Yang sepat di di ceritakan oleh Mbak Yani. Bahwa ayah dan neneknya tela