Share

Berangkat bulan madu

"Sayang kamu sudah siap?"

Momo mendengar suaminya, Xie Gun berbicara dengan lembut sambil menatapnya dengan penuh kekaguman. Momo sengaja berdandan dengan lebih baik untuk honeymoon mereka. Dirinya ingin mempermainkan suaminya.

Xie Gun menjilat bibirnya yang kering dan menghampiri Momo serta berniat untuk memeluknya dari belakang. Tapi, sebelum dia sampai, Momo sudah bangkit dengan cepat dan menghadapnya sambil tersenyum.

"Aku siap, ayo kita berangkat!" Kata Momo dengan semangat, lalu menggandeng tangan suaminya seperti biasa.

Momo menarik tangan Xie Gun agar pria itu berjalan dengan cepat. Momo tersenyum manis, tapi matanya sedingin es, mana mungkin dia tidak tahu apa yang akan di lakukan pria ini.

Memikirkan dirinya yang dulu, tubuhnya merinding dan gatal. Tapi dia harus menahan semuanya agar permainan ini lebih menyenangkan.

Saat sampai di bawah mereka melihat dua wanita yang sudah menunggu kedatangan mereka. Kedua wanita itu adalah ibu mertua dan adik ipar nya yang bermuka dua. Momo tersenyum seperti biasa dan menyambut kedatangan mereka.

"Ibu! Ningning!" Mereka berpelukan dengan mesra di depan semua orang.

"Kami sengaja datang karena tahu kalian akan pergi."

"Ya kakak ipar, ibu sudah menyiapkan beberapa bekal untuk perjalanan kalian nanti."

Melihat beberapa kotak bekal, Momo tersenyum dengan mata menunduk untuk menyembunyikan matanya yang dingin.

Dulu dia sangat bodoh dan naif menerima semua yang mereka berikan tanpa tahu apa yang ada di dalamnya.

Dirinya tidak menyangka bahwa Ibu mertua nya yang baik dan adik iparnya yang lucu akan melakukan hal keji itu padanya.

Mereka selalu memasukkan obat mandul ke makanan yang dia makan, dan semua itu dia ketahui dari suami sampahnya sebelum menusuk jantungnya dengan kejam.

Jika di ingat-ingat mereka memang selalu memberinya makan saat pertama kali dia berhubungan badan dengan suaminya. Dan ini adalah makanan pertama yang mengandung obat mandul di dalamnya, karena setelah mereka berlibur mereka melakukan hubungan intim pertama mereka di pulau tersebut.

Dulu dia mengira tubuhnya bermasalah, itu sebabnya di tidak bisa mengandung anak. Suami, Ibu mertua, serta adik ipar nya itu selalu menghiburnya dengan lembut, mereka selalu mengatakan tidak masalah jika dia tidak bisa mengandung, karena mereka bisa mengadopsi anak.

Dulu dia sangat terhibur dan berterima kasih, tapi siapa sangka mereka sengaja merusak tubuh nya agar dia tidak bisa mengandung dan tidak terikat dengan keluarga mereka, mereka juga bertujuan membuat dia menjadi lebih rendah diri dan selalu bergantung pada kebaikan mereka.

Semakin di ingat membuat Momo menjadi semakin marah, tapi dia berusaha untuk tetap tersenyum seperti biasa.

Setelah berpamitan, mereka pergi untuk menuju ke bandara. Sebelum naik ke pesawat Momo membuka handphone nya dan mengirim pesan pada seseorang untuk mengantar obat mandul yang sangat ampuh yang tentunya akan Momo berikan pada suaminya untuk membalas perbuatannya.

Momo tidak sabar untuk bertemu orang itu lagi, yang sudah dia anggap sebagai sahabat dan saudara laki-laki. Orang yang selama di kehidupan lamanya sempat terlupakan.

Momo memejamkan kedua matanya. Ingatannya kembali saat sebelum dirinya ditikam oleh pisau, mereka sudah membuat janji untuk bertemu, dan orang itu bilang dia ingin memberinya sesuatu yang penting.

Tapi, sebelum mereka bertemu Momo sudah mati terlebih dahulu, jadi dia tidak tahu apa yang akan orang itu berikan padanya, dan dia mungkin tidak akan pernah tahu sampai kapan pun.

***

"Momo memintamu untuk mengirimkan obat itu?"

"Ya Tuan, Nona Momo juga berpesan jangan sampai suami dan keluarga dari pihak suaminya tahu."

"Baiklah, lakukan apa yang Momo perintahkan." Setelah menutup panggilan, mata Bai Ming Zhe yang awalnya dingin dan tajam berubah menjadi lembut dan mempesona.

"Momo sebentar lagi aku kembali, tolong tunggu sebentar." Ucapnya lembut sambil mengelus bingkai foto yang di dalamnya terdapat foto anak kecil yang imut dan cantik. Bai Ming Zhe juga menyunggingkan senyum yang sangat tampan di bibir tipis nya.

Jika anak buahnya melihat pemandangan tersebut mereka akan syok, merinding dan takut. Karena ia di kenal memiliki aura dingin sehingga tidak ada yang dengan gegabah berani untuk mendekatinya.

Setelah memandangi wajah yang ada di bingkai foto dengan puas, dia kembali menyimpannya dengan hati-hati.

Dia mengangkat handphone untuk menghubungi asistennya.

"Segera persiapkan apa yang sudah kuperintahkan padamu sebelumnya dan jangan sampai hadiah untuk Momo ada yang tertinggal." perintahnya dingin.

Mendengar jawaban yang memuaskan, Bai Ming Zhe bangkit dan menarik kopernya keluar.

"Berangkat" lanjutnya.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status