Saat Yan Momo dan Bai Mingzhe sampai di restoran baru, mereka segera memesan ruangan pribadi.
Saat semua hidangan sudah di siapkan, Bai Mingzhe mengeluarkan ponselnya yang terhubung dengan penyadap suara yang di letakkan di restoran tempat Xie Gun dan Yang Mian makan. 'Gungun makasih sudah datang dan membawa ku ke sini.' Mendengar suara Yang Mian memanggil nama Xie Gun dengan menjijikkan, Yan Momo yang hendak memasukkan makanan ke mulutnya berhenti, makanan lezat yang di depan mata jadi tidak menggugah selera lagi. 'Aku sudah berjanji untuk datang dan menyemangati mu, aku janji akan selalu mendukung apa yang ingin kamu capai selama ini.' 'Aku sangat senang berjumpa dengan mu dalam hidup ini.' 'Aku juga sangat senang, sekarang ayo kita makan, aku sudah memesan semua makanan kesukaan mu.' Mendengar obrolan mereka yang lengket, Yan Momo merinding, dia juga tidak menyangka hubungan mereka sangat cepat berkembaXie Gun terjatuh ke aspal yang keras dengan malu, sedangkan Bai Ming Zhe masih berdiri dengan mantap."Bajingan ini! beraninya kau menghindar!?""Sudah ku katakan, jagalah ucapanmu, jangan mengeluarkan kata-kata makian di depan Momo." Bai Ming Zhe menundukkan tubuhnya sambil menginjak tangan Xie Gun dengan kejam.Wajahnya sangat dingin, melihat Xie Gun yang merintih kesakitan, membuatnya semakin muak."Sudah cukup saudaraku."Yan Momo meraih tangan Bai Ming Zhe, berusaha menyembunyikan senyuman nya, senang dengan penderitaan yang dialami oleh Xie Gun.Tapi sekarang harus segera di hentikan, dia tetap harus berpura-pura khawatir dengan keadaan Xie Gun.Tubuh Bai Ming Zhe membeku, menyembunyikan matanya yang sedih, dia kembali menggenggam tangan Momo dengan erat.Bai Ming Zhe tahu maksud sebenarnya dari Yan Momo, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan kesedihannya."Sayang kamu gak papa?" ujar Momo dengan khawatir sambil membantu Xie Gun bangkit.Xie Gun berdiri dengan bantuan Momo, di
"Momo! Xie Gun! akhirnya kalian sampai, ayo duduk."Mereka di sambut dengan hangat oleh Ibu mertuanya. Di ruang keluarga sudah ada adik iparnya yang duduk di sofa sambil melambaikan tangan padanya."Ayo duduk."Mendengar suara itu membuat Momo sedikit tersentak, dia dengan cepat menguasai emosinya."Ayah! Momo gak tau bahwa ayah sudah kembali.""Ya, Ayah harus segera kembali untuk merayakan ulang tahun adik mu, kalau tidak dia akan merajuk dan marah."Lelaki yang sudah cukup tua tapi tetap bisa mempertahankan ketampanan nya itu membalas dengan bercanda, sambil mengacak rambut Xie Ning dengan sayang.Sungguh pemandangan keluarga yang harmonis, Momo pun dulu sempat berfikir seperti itu, tapi di balik keharmonisan yang selalu terpampang di depannya, keluarga ini sudah di ambang kehancuran.Momo ikut bercanda dan tertawa bersama mereka, melihat cemilan yang di sodorkan di depannya, mata Momo berkilat tajam.
Setelah keluar, wajah Yan Momo sudah kehilangan senyum nya. Dia mengeluarkan ponselnya, matanya dingin dan hatinya semakin membeku, setelah selesai mengirim pesan, dia menyungging kan senyum tipis pada bibir nya yang merah merona. Semuanya harus sesuai urutan, dia akan memberi hadiah pada Xie Ning terlebih dahulu, lalu setelah itu dia akan memberikan hadiah pada mertuanya yang serakah. Yan Momo menyenandungkan lagu, dia akan beristirahat dengan nyaman malam ini, dia tidak perlu khawatir dengan Xie Gun, karena lelaki itu sedang pergi menjumpai kekasih kecil nya, jadi Yan Momo dalam suasana hati yang baik sekarang. *** [Momo sayang, maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memilih gaun untuk malam ini.] "Hmm..." [Jangan marah sayang, setelah ini aku akan membelikan mu hadiah yang kamu sukai, kalau begitu aku tutup.] "Masih belum lelah ber akting?" Yan Momo tersenyum lelah, dia memandang Bai Mingzhe dengan matanya yang menawan, melihat kotak yang ada di meja mereka dia meliri
Mendengar suara itu Yan Momo berbalik, dia melihat Bai Mingzhe berdiri di belakangnya, menatapnya dengan tatapan lembut yang menenangkan.Mata Yan Momo memerah, seolah-olah akan menangis saat itu juga, tapi tetap menahannya dengan sekuat tenaga.Walaupun Bai Mingzhe tahu itu semua hanya pertunjukan, tapi tetap saja membuat hatinya sakit, dia ingin segera menghancurkan Xie Gun saat itu juga."Saudaraku..." Suara Momo serak, dan dia memanggil Bai Mingzhe dengan lemah, orang-orang yang mendengar nya semakin merasa kasihan.Xie Gun, tidak tahu apa yang dia pikirkan? bagaiman bisa dia melakukan hal tercela itu di depan semua orang? apa selama ini sikap perhatian nya pada istrinya hanya omong kosong semata? atau memang benar yang mereka pikirkan bahwa Xie Gun hanya memanfaatkan Yan Momo?Mereka menebak-nebak dalam hati, tapi mereka hampir yakin dengan tebakan mereka."Ayo kembali."Bai Mingzhe menghampiri Momo, merai
'Sakit...tolong...siapapun...'Tangan Momo berusaha untuk meraih kedepan, saat dia sudah hilang harapan, dia merasakan kehangatan di tangannya."Mo'er!""Mo'er bangun!""Hah!"Yan Momo terbangun dengan bercucuran keringat, dia meraba dadanya yang masih utuh, tidak lagi merasakan sakit yang teramat dalam."Apa kamu bermimpi buruk?"Bai Mingzhe masih menggenggam tangan Momo, dia mengambil tisu lalu mengelap keringat Momo."Saudaraku..." Suara Momo serak, melihat Bai Mingzhe yang menatapnya dengan khawatir, entah mengapa hatinya menjadi tenang.Dia menarik Bai Mingzhe mendekat, lalu memeluknya dengan erat.Bai Mingzhe menghela nafas, dia mengelus kepala dan punggung Momo dengan lembut."Semuanya hanya mimpi."Yan Momo hanya mengangguk, sudah lama dia tidak bermimpi tentang kematian yang tragis, dia takut tidak bisa bangun, dan dia takut bahwa sekarang ini hanyalah imajinasi nya saja.Yan Momo semakin mengeratkan pelukannya pada Bai Mingzhe.Setelah tenang, dia melepaskan pelukannya, meli
"Terima kasih atas semua usaha mu selama ini Momo sayang."Pria dengan wajah yang sudah ternoda oleh darah tersenyum dengan kejam dan dingin kepada wanita yang berlumuran darah di lantai.Sambil mengusap wajah wanita itu dengan lembut, "Sekarang saatnya kamu mati!"Dia kembali menusuk jantung wanita itu untuk kedua kalinya dengan ganas."Egh!"Wanita yang hampir sekarat itu kembali mengerang dengan lemah, wajahnya sudah seputih kertas, tapi dia berusaha tetap membuka matanya untuk melihat wajah yang selama ini dia cintai dengan sepenuh hati.Melihat wajah tersenyum pria tersebut, dia berusaha untuk mengucapkan beberapa kata makian, tapi apa daya semakin lama pandangan nya semakin kabur dan dia semakin sulit untuk bernafas.Melihat wanita itu yang sudah sekarat dan akan mati dalam beberapa detik, pria tersebut bangkit dengan anggun sambil mengelap tangannya yang berlumuran darah."Buang mayat wanita itu, jangan sampai meninggalkan jejak sedikitpun."Perintahnya kepada bawahannya.Melih
"Sayang kamu sudah siap?" Momo mendengar suaminya, Xie Gun berbicara dengan lembut sambil menatapnya dengan penuh kekaguman. Momo sengaja berdandan dengan lebih baik untuk honeymoon mereka. Dirinya ingin mempermainkan suaminya. Xie Gun menjilat bibirnya yang kering dan menghampiri Momo serta berniat untuk memeluknya dari belakang. Tapi, sebelum dia sampai, Momo sudah bangkit dengan cepat dan menghadapnya sambil tersenyum. "Aku siap, ayo kita berangkat!" Kata Momo dengan semangat, lalu menggandeng tangan suaminya seperti biasa. Momo menarik tangan Xie Gun agar pria itu berjalan dengan cepat. Momo tersenyum manis, tapi matanya sedingin es, mana mungkin dia tidak tahu apa yang akan di lakukan pria ini. Memikirkan dirinya yang dulu, tubuhnya merinding dan gatal. Tapi dia harus menahan semuanya agar permainan ini lebih menyenangkan. Saat sampai di bawah mereka melihat dua wanita yang sudah menunggu kedatangan mereka. Kedua wanita itu adalah ibu mertua dan adik ipar nya yang bermuka
Momo terbangun dari tidurnya ketika pesawat mereka sudah hampir mendarat. Dia mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya yang berantakan. Melihat Xie Gun yang duduk di sampingnya, Momo hanya meliriknya dengan malas. Sesampainya mereka di bandara, mobil yang menjemput mereka sudah siap dan akan mengantarkan mereka ke villa. "Apa kamu lapar? Saat kita sampai di villa ayo makan makanan yang di buat oleh ibu." Momo mengangguk patuh, walaupun dalam hatinya menahan rasa kesal. Keluarga ini begitu licik, egois dan tamak. Tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya dulu, mungkin otaknya sudah terlalu dibutakan oleh cinta sehingga menjadi bodoh dan mati dengan menyedihkan. Mereka akhirnya sampai di villa. Villa ini adalah hadiah pernikahan mereka. Namun, dulu setiap Momo ingin berkunjung ke sini untuk berlibur, mereka akan melarangnya dengan berbagai alasan. Mereka terlalu takut Momo akan merebut villa ini. Momo tiba-tiba dia merasakan pinggangnya di peluk dengan erat dari belakang, dan menda