Share

Pengawasan

Yan Momo berjalan masuk ke restoran tempat dia membuat janji untuk bertemu dengan Bai Mingzhe.

Salah satu pelayan melihat kedatangan Momo dan menyambut nya dengan sopan.

"Saya sudah membuat janji atas nama Bai Mingzhe."

"Baik Nona, mari saya antar."

Mereka menuju ruangan pribadi yang sudah di boking terlebih dahulu, saat sudah sampai di depan pintu, pelayan itu mengetuk pintu dengan sopan dan membukakan pintu untuk Momo.

Momo menarik nafas dalam-dalam dan secara berlahan melangkahkan kaki nya kedalam.

Ruangan tempat mereka adalah ruangan VIP yang berada pada lantai teratas, terdapat pemandangan seluruh kota dari tempat mereka duduk.

Mata Momo segera melihat Pria tampan yang sudah menatapnya dengan tatapan yang hangat, Pria itu berdiri dan berjalan kearah Momo dengan mantap, dia merentangkan tangannya dan meraih Momo kedalam pelukannya.

"Maaf membuatmu menunggu begitu lama Momo."

Mendengar suara yang sudah lama dia rindukan, Momo membalas pelukan tersebut, dia memeluk pinggang Mingzhe dengan erat, menarik nafas dan menghirup aroma khas Mingzhe yang membuatnya tenang.

Mingzhe membelai rambut panjang Momo sambil mencium kepala Momo berulang kali.

Saat Mingzhe akan melepaskan pelukan nya, Momo masih memeluk pinggang nya erat dan tidak ingin menjauh.

Merasakan badan Momo yang bergetar, dan bajunya yang sudah terasa basah, Mingzhe tertegun, dia dengan lembut mengangkat Momo dengan satu tangannya yang kuat, menggendong Momo seperti menggendong anak kecil, dia berjalan menuju sofa dan membiarkan Momo duduk di pangkuannya.

Mingzhe tidak bertanya apa-apa, dia mengelus punggung Momo dan dengan lembut menghibur nya.

"Sstt, tidak papa sayang, mulai saat ini aku tidak akan pergi lagi dan akan selalu ada saat kamu membutuhkan nya."

Katanya dengan lembut, Momo menenggelamkan kepalanya di lekungan leher Mingzhe dan melingkarkan kedua tangan nya di leher Mingzhe.

Momo merasa sangat sedih, sebelum kematiannya, dia berfikir tidak akan pernah bertemu dengan Mingzhe lagi, dia juga merasa bersalah karena sempat menjauh dari Mingzhe karena tidak ingin membuat Xie Gun cemburu.

Padahal dari dulu sampai sekarang yang selalu ada untuk nya tanpa di minta hanya Mingzhe seorang, semenjak kecelakaan yang menimpa orang tuanya dan Mingzhe secara bersamaan, serta merenggut nyawa kedua orang tua mereka, Mingzhe lah yang berusaha untuk menghibur dan menjaganya, padahal saat itu Mingzhe juga sama dengan nya yang kehilangan kedua orang tua.

Bahkan saat dia menjauh dari Mingzhe karena Xie Gun, Mingzhe tidak tersinggung sama sekali, dia malah tetap membantunya dari belakang.

Memang pantas dia mati dengan kejam, karena dia sendiri yang bodoh dan jahat.

Saat sudah kembali tenang Momo mengangkat kepalanya dan menatap Mingzhe yang melihatnya dengan mata yang tertekan.

Mingzhe mengambil tisu dan menghapus air mata Momo dengan pelan, Momo mengedipkan matanya, melihat leher Mingzhe yang sudah basah dia juga mengambil tisu dan mengelap leher Mingzhe yang basah akibat ulahnya.

Mingzhe menghapus air matanya, sedangkan dia juga membantu Mingzhe untuk mengeringkan lehernya yang basah.

Mereka saling membantu satu sama lain dengan akrab seperti masa-masa mereka dulu.

Saat wajah Momo sudah kering, Mingzhe mengelus wajah Momo dengan lembut, mata dan hidung Momo yang cantik sudah merah akibat tangisannya, bulu matanya yang tebal dan lentik juga masih sedikit basah.

Mingzhe merasa tertekan dan mengecup kedua mata Momo bergantian.

Setelah itu dia menatap Momo dengan serius, sambil memegang wajah Momo untuk tetap menghadapnya, dia bertanya dengan sabar.

"Apa yang terjadi selama aku pergi? apa dia menyakitimu?"

Momo terdiam sesaat, bulu matanya bergetar menyedihkan, tidak lama setelahnya dia mengangguk dengan lembut.

"Jangan khawatir, aku akan mengurusnya untuk mu."

Mingzhe meraih belakang kepala Momo dan membawanya ke pelukannya, dia memeluk Momo dengan erat.

Walaupun suaranya masih lembut, matanya sudah berubah dingin dan tajam, tapi dia tetap memeluk Momo dan menenangkannya.

Momo menggesekkan wajahnya ke leher Mingzhe seperti kebiasaannya saat masih kecil, dia meletakkan tangannya di bahu Mingzhe yang lebar sambil mengetukkan jarinya.

Itu adalah kebiasaan Momo saat bingung akan berkata apa, dia akan selalu mengetukkan jarinya ke benda-benda yang dia pegang.

"Kenapa?"

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana."

"Tidak masalah, pelan-pelan saja, aku akan menunggu."

Momo bingung ingin berkata apa, apa dia harus mengatakan kalau dia awalnya sudah mati dan kembali ke masa lalu?

Walaupun Mingzhe selalu memanjakannya, bukan berati dia akan menanggapi perkataan nya yang tidak berdasar.

Paling tidak Mingzhe hanya akan mengangguk dan berkata itu semua hanya mimpi semata, dan kembali menghiburnya seperti biasa.

Saat berpikir keras, tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara yang memalukan, dia tertegun lalu wajahnya dengan cepat berubah merah.

"Saat nya Momo kecil makan."

"Hmm!" Momo mengerucut kan bibir nya, dia bangkit dari pangkuan Mingzhe dan berjalan menuju meja makan.

Mingzhe menarik kursi untuk nya, lalu duduk di hadapan Momo.

Momo melihat semua hidangan di atas meja adalah makanan kesukaan nya, dia menjadi semakin lapar, mengambil salah satu hidangan favorit nya, mata Momo menyipit senang merasakan rasa yang nikmat.

Mungkin karena kelelahan menangis, atau memang nafsu makannya sedang naik, Momo makan dengan lahap, pipinya menggembung dengan lucu.

"Pelan-pelan, tidak akan ada yang mengambilnya."

Mingzhe mengelap sudut bibir Momo yang ternoda, setelah itu dia dia mengambil salah satu hidangan dan menaruhnya di depan bibir Momo.

Momo tidak menolak, dia membuka mulutnya dan memakan makanan itu dari sumpit Mingzhe.

"Hmm! sangat lezat!"

Mingzhe tersenyum, lalu kembali menyuapi Momo, Momo pun kembali membuka mulutnya.

Dia juga mengambil makanan yang biasa di makan Mingzhe, dan menyodorkan sumpitnya ke mulut Mingzhe.

Mingzhe membuka mulutnya dengan patuh, mereka saling menyuapi dengan teratur.

Jika orang luar melihat interaksi mereka yang harmonis, pasti banyak yang akan merasa iri, mereka pasti akan mengira Momo dan Mingzhe adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.

"Saudaraku, kamu kemana saja? kenapa baru kembali sekarang?" Tanya Momo akhirnya, sambil membuka mulutnya menerima makanan yang di berikan Mingzhe, tangannya juga tidak berhenti untuk menyuapi Mingzhe kembali.

"Maaf Momo, aku terlalu lama meninggalkan mu, kamu ingatkan perusahaan ayah yang ada luar negeri? di sana terjadi masalah yang serius, itu sebabnya membutuhkan waktu lama bagiku untuk kembali."

"Apa sekarang sudah tidak masalah?"

"Semuanya sudah beres."

"Senang mendengar nya."

"Lalu kamu, bagaimana keadaan mu selama ini? apa yang di lakukan pria liar itu sampai membuatmu menangis?"

Mata Mingzhe kembali tajam saat menyebut pria yang tidak ada asal usul nya itu. Tapi tangannya masih konsisten untuk menyuapi Momo makan.

"...Aku bingung ingin mulai dari mana, tapi yang pasti dia serta keluarga berniat untuk mencelakai ku."

"Apa?!" Tangan yang selama ini menyuapi Momo berhenti.

"Tidak papa saudaraku! aku sudah menyiapkan rencana untuk membalas mereka."

"Itu sebabnya kamu meminta obat dari tempat itu?"

"Ya, mereka ingin merusak tubuhku dan membuat aku mandul-"

"Bajingan!"

Sebelum Momo selesai berbisa, Mingzhe langsung mengebrak meja dengan kuat.

Momo bangkit dengan cepat dan berjalan menuju Mingzhe, Momo mengelus bahu Mingzhe untuk membuatnya tenang.

Di tahu setelah mengetahui ini Mingzhe pasti sangat marah, jika dia tidak menenangkan Mingzhe sekarang, dia yakin pulang dari sini Mingzhe pasti akan langsung membunuh mereka dengan kejam.

"Saudaraku jangan khawatir, aku sudah membuat rencana untuk membuat hidup mereka menderita."

"Jadi saudaraku, kamu hanya perlu mengawasi ku seperti biasa oke?"

Mingzhe menarik nafas untuk menenangkan amarah nya. Dia meraih tangan Momo yang masih mengelus bahunya.

menggenggam tangan Momo yang kecil dan halus, Mingzhe mengecup punggung tangan Momo.

"Kamu sudah menderita selama ini." Katanya frustasi dan marah kepada dirinya sendiri yang di kompeten.

"Tidak saudaraku, akulah yang bodoh karena tertipu."

"Tidak, merekalah yang lancang berani mengusik mu."

Mingzhe membawa Momo untuk duduk di sofa.

"Jadi apa rencana mu selanjutnya?"

"Saudaraku, maukah kamu memperkerjakan orang yang handal dalam mengawasi orang tanpa ketahuan?"

"Siapa yang ingin kamu awasi?"

"Namanya adalah Yang Mian, dia saat ini masih menjadi aktris yang belum terlalu populer, aku ingin orang itu mengawasi semua gerak-gerik wanita itu, dan juga mengumpulkan semua bukti jika dia melakukan hal yang mencurigakan."

"Baiklah jangan khawatir, aku akan menyuruh orang itu mengawasi wanita tersebut dan memberikan semua hasilnya padamu."

"Terima kasih saudaraku."

"Tidak terima kasih, sudah seharusnya aku menjagamu tetap aman."

Momo tersenyum dengan gembira dan kembali memeluk Mingzhe, sekarang dia lebih percaya diri jika ada Mingzhe di belakang nya.

bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status