Yan Momo berjalan masuk ke restoran tempat dia membuat janji untuk bertemu dengan Bai Mingzhe.
Salah satu pelayan melihat kedatangan Momo dan menyambut nya dengan sopan. "Saya sudah membuat janji atas nama Bai Mingzhe." "Baik Nona, mari saya antar." Mereka menuju ruangan pribadi yang sudah di boking terlebih dahulu, saat sudah sampai di depan pintu, pelayan itu mengetuk pintu dengan sopan dan membukakan pintu untuk Momo. Momo menarik nafas dalam-dalam dan secara berlahan melangkahkan kaki nya kedalam. Ruangan tempat mereka adalah ruangan VIP yang berada pada lantai teratas, terdapat pemandangan seluruh kota dari tempat mereka duduk. Mata Momo segera melihat Pria tampan yang sudah menatapnya dengan tatapan yang hangat, Pria itu berdiri dan berjalan kearah Momo dengan mantap, dia merentangkan tangannya dan meraih Momo kedalam pelukannya. "Maaf membuatmu menunggu begitu lama Momo." Mendengar suara yang sudah lama dia rindukan, Momo membalas pelukan tersebut, dia memeluk pinggang Mingzhe dengan erat, menarik nafas dan menghirup aroma khas Mingzhe yang membuatnya tenang. Mingzhe membelai rambut panjang Momo sambil mencium kepala Momo berulang kali. Saat Mingzhe akan melepaskan pelukan nya, Momo masih memeluk pinggang nya erat dan tidak ingin menjauh. Merasakan badan Momo yang bergetar, dan bajunya yang sudah terasa basah, Mingzhe tertegun, dia dengan lembut mengangkat Momo dengan satu tangannya yang kuat, menggendong Momo seperti menggendong anak kecil, dia berjalan menuju sofa dan membiarkan Momo duduk di pangkuannya. Mingzhe tidak bertanya apa-apa, dia mengelus punggung Momo dan dengan lembut menghibur nya. "Sstt, tidak papa sayang, mulai saat ini aku tidak akan pergi lagi dan akan selalu ada saat kamu membutuhkan nya." Katanya dengan lembut, Momo menenggelamkan kepalanya di lekungan leher Mingzhe dan melingkarkan kedua tangan nya di leher Mingzhe. Momo merasa sangat sedih, sebelum kematiannya, dia berfikir tidak akan pernah bertemu dengan Mingzhe lagi, dia juga merasa bersalah karena sempat menjauh dari Mingzhe karena tidak ingin membuat Xie Gun cemburu. Padahal dari dulu sampai sekarang yang selalu ada untuk nya tanpa di minta hanya Mingzhe seorang, semenjak kecelakaan yang menimpa orang tuanya dan Mingzhe secara bersamaan, serta merenggut nyawa kedua orang tua mereka, Mingzhe lah yang berusaha untuk menghibur dan menjaganya, padahal saat itu Mingzhe juga sama dengan nya yang kehilangan kedua orang tua. Bahkan saat dia menjauh dari Mingzhe karena Xie Gun, Mingzhe tidak tersinggung sama sekali, dia malah tetap membantunya dari belakang. Memang pantas dia mati dengan kejam, karena dia sendiri yang bodoh dan jahat. Saat sudah kembali tenang Momo mengangkat kepalanya dan menatap Mingzhe yang melihatnya dengan mata yang tertekan. Mingzhe mengambil tisu dan menghapus air mata Momo dengan pelan, Momo mengedipkan matanya, melihat leher Mingzhe yang sudah basah dia juga mengambil tisu dan mengelap leher Mingzhe yang basah akibat ulahnya. Mingzhe menghapus air matanya, sedangkan dia juga membantu Mingzhe untuk mengeringkan lehernya yang basah. Mereka saling membantu satu sama lain dengan akrab seperti masa-masa mereka dulu. Saat wajah Momo sudah kering, Mingzhe mengelus wajah Momo dengan lembut, mata dan hidung Momo yang cantik sudah merah akibat tangisannya, bulu matanya yang tebal dan lentik juga masih sedikit basah. Mingzhe merasa tertekan dan mengecup kedua mata Momo bergantian. Setelah itu dia menatap Momo dengan serius, sambil memegang wajah Momo untuk tetap menghadapnya, dia bertanya dengan sabar. "Apa yang terjadi selama aku pergi? apa dia menyakitimu?" Momo terdiam sesaat, bulu matanya bergetar menyedihkan, tidak lama setelahnya dia mengangguk dengan lembut. "Jangan khawatir, aku akan mengurusnya untuk mu." Mingzhe meraih belakang kepala Momo dan membawanya ke pelukannya, dia memeluk Momo dengan erat. Walaupun suaranya masih lembut, matanya sudah berubah dingin dan tajam, tapi dia tetap memeluk Momo dan menenangkannya. Momo menggesekkan wajahnya ke leher Mingzhe seperti kebiasaannya saat masih kecil, dia meletakkan tangannya di bahu Mingzhe yang lebar sambil mengetukkan jarinya. Itu adalah kebiasaan Momo saat bingung akan berkata apa, dia akan selalu mengetukkan jarinya ke benda-benda yang dia pegang. "Kenapa?" "Aku tidak tahu harus mulai dari mana." "Tidak masalah, pelan-pelan saja, aku akan menunggu." Momo bingung ingin berkata apa, apa dia harus mengatakan kalau dia awalnya sudah mati dan kembali ke masa lalu? Walaupun Mingzhe selalu memanjakannya, bukan berati dia akan menanggapi perkataan nya yang tidak berdasar. Paling tidak Mingzhe hanya akan mengangguk dan berkata itu semua hanya mimpi semata, dan kembali menghiburnya seperti biasa. Saat berpikir keras, tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara yang memalukan, dia tertegun lalu wajahnya dengan cepat berubah merah. "Saat nya Momo kecil makan." "Hmm!" Momo mengerucut kan bibir nya, dia bangkit dari pangkuan Mingzhe dan berjalan menuju meja makan. Mingzhe menarik kursi untuk nya, lalu duduk di hadapan Momo. Momo melihat semua hidangan di atas meja adalah makanan kesukaan nya, dia menjadi semakin lapar, mengambil salah satu hidangan favorit nya, mata Momo menyipit senang merasakan rasa yang nikmat. Mungkin karena kelelahan menangis, atau memang nafsu makannya sedang naik, Momo makan dengan lahap, pipinya menggembung dengan lucu. "Pelan-pelan, tidak akan ada yang mengambilnya." Mingzhe mengelap sudut bibir Momo yang ternoda, setelah itu dia dia mengambil salah satu hidangan dan menaruhnya di depan bibir Momo. Momo tidak menolak, dia membuka mulutnya dan memakan makanan itu dari sumpit Mingzhe. "Hmm! sangat lezat!" Mingzhe tersenyum, lalu kembali menyuapi Momo, Momo pun kembali membuka mulutnya. Dia juga mengambil makanan yang biasa di makan Mingzhe, dan menyodorkan sumpitnya ke mulut Mingzhe. Mingzhe membuka mulutnya dengan patuh, mereka saling menyuapi dengan teratur. Jika orang luar melihat interaksi mereka yang harmonis, pasti banyak yang akan merasa iri, mereka pasti akan mengira Momo dan Mingzhe adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. "Saudaraku, kamu kemana saja? kenapa baru kembali sekarang?" Tanya Momo akhirnya, sambil membuka mulutnya menerima makanan yang di berikan Mingzhe, tangannya juga tidak berhenti untuk menyuapi Mingzhe kembali. "Maaf Momo, aku terlalu lama meninggalkan mu, kamu ingatkan perusahaan ayah yang ada luar negeri? di sana terjadi masalah yang serius, itu sebabnya membutuhkan waktu lama bagiku untuk kembali." "Apa sekarang sudah tidak masalah?" "Semuanya sudah beres." "Senang mendengar nya." "Lalu kamu, bagaimana keadaan mu selama ini? apa yang di lakukan pria liar itu sampai membuatmu menangis?" Mata Mingzhe kembali tajam saat menyebut pria yang tidak ada asal usul nya itu. Tapi tangannya masih konsisten untuk menyuapi Momo makan. "...Aku bingung ingin mulai dari mana, tapi yang pasti dia serta keluarga berniat untuk mencelakai ku." "Apa?!" Tangan yang selama ini menyuapi Momo berhenti. "Tidak papa saudaraku! aku sudah menyiapkan rencana untuk membalas mereka." "Itu sebabnya kamu meminta obat dari tempat itu?" "Ya, mereka ingin merusak tubuhku dan membuat aku mandul-" "Bajingan!" Sebelum Momo selesai berbisa, Mingzhe langsung mengebrak meja dengan kuat. Momo bangkit dengan cepat dan berjalan menuju Mingzhe, Momo mengelus bahu Mingzhe untuk membuatnya tenang. Di tahu setelah mengetahui ini Mingzhe pasti sangat marah, jika dia tidak menenangkan Mingzhe sekarang, dia yakin pulang dari sini Mingzhe pasti akan langsung membunuh mereka dengan kejam. "Saudaraku jangan khawatir, aku sudah membuat rencana untuk membuat hidup mereka menderita." "Jadi saudaraku, kamu hanya perlu mengawasi ku seperti biasa oke?" Mingzhe menarik nafas untuk menenangkan amarah nya. Dia meraih tangan Momo yang masih mengelus bahunya. menggenggam tangan Momo yang kecil dan halus, Mingzhe mengecup punggung tangan Momo. "Kamu sudah menderita selama ini." Katanya frustasi dan marah kepada dirinya sendiri yang di kompeten. "Tidak saudaraku, akulah yang bodoh karena tertipu." "Tidak, merekalah yang lancang berani mengusik mu." Mingzhe membawa Momo untuk duduk di sofa. "Jadi apa rencana mu selanjutnya?" "Saudaraku, maukah kamu memperkerjakan orang yang handal dalam mengawasi orang tanpa ketahuan?" "Siapa yang ingin kamu awasi?" "Namanya adalah Yang Mian, dia saat ini masih menjadi aktris yang belum terlalu populer, aku ingin orang itu mengawasi semua gerak-gerik wanita itu, dan juga mengumpulkan semua bukti jika dia melakukan hal yang mencurigakan." "Baiklah jangan khawatir, aku akan menyuruh orang itu mengawasi wanita tersebut dan memberikan semua hasilnya padamu." "Terima kasih saudaraku." "Tidak terima kasih, sudah seharusnya aku menjagamu tetap aman." Momo tersenyum dengan gembira dan kembali memeluk Mingzhe, sekarang dia lebih percaya diri jika ada Mingzhe di belakang nya. bersambung"Yang Mian apa yang kamu linglung kan? fokuslah! sebentar lagi akan giliran mu untuk tampil, ingat kamu harus bisa mendapatkan salah satu peran dalam drama ini" Manager itu memperingati Yang Mian dengan kasar, tapi dia tetap menjaga volume suaranya agar tidak di dengar oleh orang lain. Yang Mian hanya bisa mengangguk dengan patuh, di dalam hati, Yang Mian sangat kesal, Manager nya selalu mengaturnya untuk ini dan itu, tidak masalah jika dia bisa berhasil dalam karir nya, tapi masalahnya Manager nya hanya ingin membuat jalan pintas yang tidak pantas untuk nya. Dia sangat menyesal telah menandatangani kontrak yang salah, tapi jika dia ingin berhenti, dia juga harus membayar ganti rugi yang besar yang membuatnya sangat marah. Saat giliran nya untuk seleksi , Yang Mian berharap setidaknya dia bisa lolos memerankan salah satu peran, jadi dia tidak perlu untuk menyenangkan para penyalur dana seperti yang telah dia lakukan. Yang Mian
Xie Gun kembali ke ruang tamu dengan wajah yang agak murung, melihat Yang Mian duduk di sofa dan mengingat bahwa Yang Mian khawatir saat dia berkendara dalam keadaan cuaca yang buruk hatinya sedikit menghangat."Maaf Yang Mian, aku harus pulang sekarang.""Tapi di luar masih hujan lebat, tunggulah sebentar lagi sampai hujan sedikit mereda.""Maaf, mungkin lain kali." Xie Gun mengambil tas nya yang ada di sofa, melihat bahwa masih ada tersisa minuman yang dibuatkan Yang Mian untuknya, dia langsung menghabiskan semuanya dengan cepat."Aku akan mengantarmu ke depan.""Tidak perlu, kamu istirahat lah, terima kasih atas minuman nya." Saat Xie Gun sudah membuka pintu, Yang Mian yang ada di belakangnya memanggilnya dengan panik."Tunggu!" Wajah Yang Mian sedikit memerah, meremas tangan nya dengan gugup dia memandang Xie Gun dengan malu. "I-itu, bisa kah kita bertukar kontak?" Tanya Yang Mian dengan suara pelan. Xie Gun terdiam selama beberapa detik, berikutnya dia tersenyum dan men
Yan Momo berdandan dengan lebih serius di depan cermin, lagi-lagi dia memperhatikan penampilan nya dengan lebih seksama, dari ujung rambut sampai kaki tidak ada yang luput dari pandangan nya. Bahkan saat berkencan dengan Xie Gun dia tidak pernah seserius ini, tapi asalkan dia akan pergi bersama Bai Mingzhe dia akan selalu tampil dengan maksimal dan dia juga sama sekali tidak pernah menyadarinya. Sudah beberapa hari yang lalu pertengkaran dia dan Xie Gun, dan tentu saja Xie Gun lah yang meminta maaf lebih dulu, dan dia juga memaafkannya seperti biasa. Dia juga tahu semenjak kejadian itu Xie Gun selalu jarang pulang dengan alasan dia harus pergi ke luar kota atau negri. Dan tentu saja itu semua hanya alasan, dia tahu bahwa Xie Gun sedang menikmati kencan rahasianya dengan Yang Mian di belakangnya, dia juga telah banyak mendapatkan hasil foto dan video kemesraan mereka. Karir Yang Mian juga semakin meningkat karena Xie Gun telah me
Saat Yan Momo dan Bai Mingzhe sampai di restoran baru, mereka segera memesan ruangan pribadi. Saat semua hidangan sudah di siapkan, Bai Mingzhe mengeluarkan ponselnya yang terhubung dengan penyadap suara yang di letakkan di restoran tempat Xie Gun dan Yang Mian makan. 'Gungun makasih sudah datang dan membawa ku ke sini.' Mendengar suara Yang Mian memanggil nama Xie Gun dengan menjijikkan, Yan Momo yang hendak memasukkan makanan ke mulutnya berhenti, makanan lezat yang di depan mata jadi tidak menggugah selera lagi. 'Aku sudah berjanji untuk datang dan menyemangati mu, aku janji akan selalu mendukung apa yang ingin kamu capai selama ini.' 'Aku sangat senang berjumpa dengan mu dalam hidup ini.' 'Aku juga sangat senang, sekarang ayo kita makan, aku sudah memesan semua makanan kesukaan mu.' Mendengar obrolan mereka yang lengket, Yan Momo merinding, dia juga tidak menyangka hubungan mereka sangat cepat berkemba
Xie Gun terjatuh ke aspal yang keras dengan malu, sedangkan Bai Ming Zhe masih berdiri dengan mantap."Bajingan ini! beraninya kau menghindar!?""Sudah ku katakan, jagalah ucapanmu, jangan mengeluarkan kata-kata makian di depan Momo." Bai Ming Zhe menundukkan tubuhnya sambil menginjak tangan Xie Gun dengan kejam.Wajahnya sangat dingin, melihat Xie Gun yang merintih kesakitan, membuatnya semakin muak."Sudah cukup saudaraku."Yan Momo meraih tangan Bai Ming Zhe, berusaha menyembunyikan senyuman nya, senang dengan penderitaan yang dialami oleh Xie Gun.Tapi sekarang harus segera di hentikan, dia tetap harus berpura-pura khawatir dengan keadaan Xie Gun.Tubuh Bai Ming Zhe membeku, menyembunyikan matanya yang sedih, dia kembali menggenggam tangan Momo dengan erat.Bai Ming Zhe tahu maksud sebenarnya dari Yan Momo, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan kesedihannya."Sayang kamu gak papa?" ujar Momo dengan khawatir sambil membantu Xie Gun bangkit.Xie Gun berdiri dengan bantuan Momo, di
"Momo! Xie Gun! akhirnya kalian sampai, ayo duduk."Mereka di sambut dengan hangat oleh Ibu mertuanya. Di ruang keluarga sudah ada adik iparnya yang duduk di sofa sambil melambaikan tangan padanya."Ayo duduk."Mendengar suara itu membuat Momo sedikit tersentak, dia dengan cepat menguasai emosinya."Ayah! Momo gak tau bahwa ayah sudah kembali.""Ya, Ayah harus segera kembali untuk merayakan ulang tahun adik mu, kalau tidak dia akan merajuk dan marah."Lelaki yang sudah cukup tua tapi tetap bisa mempertahankan ketampanan nya itu membalas dengan bercanda, sambil mengacak rambut Xie Ning dengan sayang.Sungguh pemandangan keluarga yang harmonis, Momo pun dulu sempat berfikir seperti itu, tapi di balik keharmonisan yang selalu terpampang di depannya, keluarga ini sudah di ambang kehancuran.Momo ikut bercanda dan tertawa bersama mereka, melihat cemilan yang di sodorkan di depannya, mata Momo berkilat tajam.
Setelah keluar, wajah Yan Momo sudah kehilangan senyum nya. Dia mengeluarkan ponselnya, matanya dingin dan hatinya semakin membeku, setelah selesai mengirim pesan, dia menyungging kan senyum tipis pada bibir nya yang merah merona. Semuanya harus sesuai urutan, dia akan memberi hadiah pada Xie Ning terlebih dahulu, lalu setelah itu dia akan memberikan hadiah pada mertuanya yang serakah. Yan Momo menyenandungkan lagu, dia akan beristirahat dengan nyaman malam ini, dia tidak perlu khawatir dengan Xie Gun, karena lelaki itu sedang pergi menjumpai kekasih kecil nya, jadi Yan Momo dalam suasana hati yang baik sekarang. *** [Momo sayang, maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memilih gaun untuk malam ini.] "Hmm..." [Jangan marah sayang, setelah ini aku akan membelikan mu hadiah yang kamu sukai, kalau begitu aku tutup.] "Masih belum lelah ber akting?" Yan Momo tersenyum lelah, dia memandang Bai Mingzhe dengan matanya yang menawan, melihat kotak yang ada di meja mereka dia meliri
Mendengar suara itu Yan Momo berbalik, dia melihat Bai Mingzhe berdiri di belakangnya, menatapnya dengan tatapan lembut yang menenangkan.Mata Yan Momo memerah, seolah-olah akan menangis saat itu juga, tapi tetap menahannya dengan sekuat tenaga.Walaupun Bai Mingzhe tahu itu semua hanya pertunjukan, tapi tetap saja membuat hatinya sakit, dia ingin segera menghancurkan Xie Gun saat itu juga."Saudaraku..." Suara Momo serak, dan dia memanggil Bai Mingzhe dengan lemah, orang-orang yang mendengar nya semakin merasa kasihan.Xie Gun, tidak tahu apa yang dia pikirkan? bagaiman bisa dia melakukan hal tercela itu di depan semua orang? apa selama ini sikap perhatian nya pada istrinya hanya omong kosong semata? atau memang benar yang mereka pikirkan bahwa Xie Gun hanya memanfaatkan Yan Momo?Mereka menebak-nebak dalam hati, tapi mereka hampir yakin dengan tebakan mereka."Ayo kembali."Bai Mingzhe menghampiri Momo, merai
'Sakit...tolong...siapapun...'Tangan Momo berusaha untuk meraih kedepan, saat dia sudah hilang harapan, dia merasakan kehangatan di tangannya."Mo'er!""Mo'er bangun!""Hah!"Yan Momo terbangun dengan bercucuran keringat, dia meraba dadanya yang masih utuh, tidak lagi merasakan sakit yang teramat dalam."Apa kamu bermimpi buruk?"Bai Mingzhe masih menggenggam tangan Momo, dia mengambil tisu lalu mengelap keringat Momo."Saudaraku..." Suara Momo serak, melihat Bai Mingzhe yang menatapnya dengan khawatir, entah mengapa hatinya menjadi tenang.Dia menarik Bai Mingzhe mendekat, lalu memeluknya dengan erat.Bai Mingzhe menghela nafas, dia mengelus kepala dan punggung Momo dengan lembut."Semuanya hanya mimpi."Yan Momo hanya mengangguk, sudah lama dia tidak bermimpi tentang kematian yang tragis, dia takut tidak bisa bangun, dan dia takut bahwa sekarang ini hanyalah imajinasi nya saja.Yan Momo semakin mengeratkan pelukannya pada Bai Mingzhe.Setelah tenang, dia melepaskan pelukannya, meli
Mendengar suara itu Yan Momo berbalik, dia melihat Bai Mingzhe berdiri di belakangnya, menatapnya dengan tatapan lembut yang menenangkan.Mata Yan Momo memerah, seolah-olah akan menangis saat itu juga, tapi tetap menahannya dengan sekuat tenaga.Walaupun Bai Mingzhe tahu itu semua hanya pertunjukan, tapi tetap saja membuat hatinya sakit, dia ingin segera menghancurkan Xie Gun saat itu juga."Saudaraku..." Suara Momo serak, dan dia memanggil Bai Mingzhe dengan lemah, orang-orang yang mendengar nya semakin merasa kasihan.Xie Gun, tidak tahu apa yang dia pikirkan? bagaiman bisa dia melakukan hal tercela itu di depan semua orang? apa selama ini sikap perhatian nya pada istrinya hanya omong kosong semata? atau memang benar yang mereka pikirkan bahwa Xie Gun hanya memanfaatkan Yan Momo?Mereka menebak-nebak dalam hati, tapi mereka hampir yakin dengan tebakan mereka."Ayo kembali."Bai Mingzhe menghampiri Momo, merai
Setelah keluar, wajah Yan Momo sudah kehilangan senyum nya. Dia mengeluarkan ponselnya, matanya dingin dan hatinya semakin membeku, setelah selesai mengirim pesan, dia menyungging kan senyum tipis pada bibir nya yang merah merona. Semuanya harus sesuai urutan, dia akan memberi hadiah pada Xie Ning terlebih dahulu, lalu setelah itu dia akan memberikan hadiah pada mertuanya yang serakah. Yan Momo menyenandungkan lagu, dia akan beristirahat dengan nyaman malam ini, dia tidak perlu khawatir dengan Xie Gun, karena lelaki itu sedang pergi menjumpai kekasih kecil nya, jadi Yan Momo dalam suasana hati yang baik sekarang. *** [Momo sayang, maaf aku tidak bisa menemanimu untuk memilih gaun untuk malam ini.] "Hmm..." [Jangan marah sayang, setelah ini aku akan membelikan mu hadiah yang kamu sukai, kalau begitu aku tutup.] "Masih belum lelah ber akting?" Yan Momo tersenyum lelah, dia memandang Bai Mingzhe dengan matanya yang menawan, melihat kotak yang ada di meja mereka dia meliri
"Momo! Xie Gun! akhirnya kalian sampai, ayo duduk."Mereka di sambut dengan hangat oleh Ibu mertuanya. Di ruang keluarga sudah ada adik iparnya yang duduk di sofa sambil melambaikan tangan padanya."Ayo duduk."Mendengar suara itu membuat Momo sedikit tersentak, dia dengan cepat menguasai emosinya."Ayah! Momo gak tau bahwa ayah sudah kembali.""Ya, Ayah harus segera kembali untuk merayakan ulang tahun adik mu, kalau tidak dia akan merajuk dan marah."Lelaki yang sudah cukup tua tapi tetap bisa mempertahankan ketampanan nya itu membalas dengan bercanda, sambil mengacak rambut Xie Ning dengan sayang.Sungguh pemandangan keluarga yang harmonis, Momo pun dulu sempat berfikir seperti itu, tapi di balik keharmonisan yang selalu terpampang di depannya, keluarga ini sudah di ambang kehancuran.Momo ikut bercanda dan tertawa bersama mereka, melihat cemilan yang di sodorkan di depannya, mata Momo berkilat tajam.
Xie Gun terjatuh ke aspal yang keras dengan malu, sedangkan Bai Ming Zhe masih berdiri dengan mantap."Bajingan ini! beraninya kau menghindar!?""Sudah ku katakan, jagalah ucapanmu, jangan mengeluarkan kata-kata makian di depan Momo." Bai Ming Zhe menundukkan tubuhnya sambil menginjak tangan Xie Gun dengan kejam.Wajahnya sangat dingin, melihat Xie Gun yang merintih kesakitan, membuatnya semakin muak."Sudah cukup saudaraku."Yan Momo meraih tangan Bai Ming Zhe, berusaha menyembunyikan senyuman nya, senang dengan penderitaan yang dialami oleh Xie Gun.Tapi sekarang harus segera di hentikan, dia tetap harus berpura-pura khawatir dengan keadaan Xie Gun.Tubuh Bai Ming Zhe membeku, menyembunyikan matanya yang sedih, dia kembali menggenggam tangan Momo dengan erat.Bai Ming Zhe tahu maksud sebenarnya dari Yan Momo, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan kesedihannya."Sayang kamu gak papa?" ujar Momo dengan khawatir sambil membantu Xie Gun bangkit.Xie Gun berdiri dengan bantuan Momo, di
Saat Yan Momo dan Bai Mingzhe sampai di restoran baru, mereka segera memesan ruangan pribadi. Saat semua hidangan sudah di siapkan, Bai Mingzhe mengeluarkan ponselnya yang terhubung dengan penyadap suara yang di letakkan di restoran tempat Xie Gun dan Yang Mian makan. 'Gungun makasih sudah datang dan membawa ku ke sini.' Mendengar suara Yang Mian memanggil nama Xie Gun dengan menjijikkan, Yan Momo yang hendak memasukkan makanan ke mulutnya berhenti, makanan lezat yang di depan mata jadi tidak menggugah selera lagi. 'Aku sudah berjanji untuk datang dan menyemangati mu, aku janji akan selalu mendukung apa yang ingin kamu capai selama ini.' 'Aku sangat senang berjumpa dengan mu dalam hidup ini.' 'Aku juga sangat senang, sekarang ayo kita makan, aku sudah memesan semua makanan kesukaan mu.' Mendengar obrolan mereka yang lengket, Yan Momo merinding, dia juga tidak menyangka hubungan mereka sangat cepat berkemba
Yan Momo berdandan dengan lebih serius di depan cermin, lagi-lagi dia memperhatikan penampilan nya dengan lebih seksama, dari ujung rambut sampai kaki tidak ada yang luput dari pandangan nya. Bahkan saat berkencan dengan Xie Gun dia tidak pernah seserius ini, tapi asalkan dia akan pergi bersama Bai Mingzhe dia akan selalu tampil dengan maksimal dan dia juga sama sekali tidak pernah menyadarinya. Sudah beberapa hari yang lalu pertengkaran dia dan Xie Gun, dan tentu saja Xie Gun lah yang meminta maaf lebih dulu, dan dia juga memaafkannya seperti biasa. Dia juga tahu semenjak kejadian itu Xie Gun selalu jarang pulang dengan alasan dia harus pergi ke luar kota atau negri. Dan tentu saja itu semua hanya alasan, dia tahu bahwa Xie Gun sedang menikmati kencan rahasianya dengan Yang Mian di belakangnya, dia juga telah banyak mendapatkan hasil foto dan video kemesraan mereka. Karir Yang Mian juga semakin meningkat karena Xie Gun telah me
Xie Gun kembali ke ruang tamu dengan wajah yang agak murung, melihat Yang Mian duduk di sofa dan mengingat bahwa Yang Mian khawatir saat dia berkendara dalam keadaan cuaca yang buruk hatinya sedikit menghangat."Maaf Yang Mian, aku harus pulang sekarang.""Tapi di luar masih hujan lebat, tunggulah sebentar lagi sampai hujan sedikit mereda.""Maaf, mungkin lain kali." Xie Gun mengambil tas nya yang ada di sofa, melihat bahwa masih ada tersisa minuman yang dibuatkan Yang Mian untuknya, dia langsung menghabiskan semuanya dengan cepat."Aku akan mengantarmu ke depan.""Tidak perlu, kamu istirahat lah, terima kasih atas minuman nya." Saat Xie Gun sudah membuka pintu, Yang Mian yang ada di belakangnya memanggilnya dengan panik."Tunggu!" Wajah Yang Mian sedikit memerah, meremas tangan nya dengan gugup dia memandang Xie Gun dengan malu. "I-itu, bisa kah kita bertukar kontak?" Tanya Yang Mian dengan suara pelan. Xie Gun terdiam selama beberapa detik, berikutnya dia tersenyum dan men
"Yang Mian apa yang kamu linglung kan? fokuslah! sebentar lagi akan giliran mu untuk tampil, ingat kamu harus bisa mendapatkan salah satu peran dalam drama ini" Manager itu memperingati Yang Mian dengan kasar, tapi dia tetap menjaga volume suaranya agar tidak di dengar oleh orang lain. Yang Mian hanya bisa mengangguk dengan patuh, di dalam hati, Yang Mian sangat kesal, Manager nya selalu mengaturnya untuk ini dan itu, tidak masalah jika dia bisa berhasil dalam karir nya, tapi masalahnya Manager nya hanya ingin membuat jalan pintas yang tidak pantas untuk nya. Dia sangat menyesal telah menandatangani kontrak yang salah, tapi jika dia ingin berhenti, dia juga harus membayar ganti rugi yang besar yang membuatnya sangat marah. Saat giliran nya untuk seleksi , Yang Mian berharap setidaknya dia bisa lolos memerankan salah satu peran, jadi dia tidak perlu untuk menyenangkan para penyalur dana seperti yang telah dia lakukan. Yang Mian