“Jenny? Jenny sekretarisnya Tuan Ming datang menemuimu?” Eden membelalakkan matanya menatap sahabatnya.
“Iya … wanita berkacamata dan berwajah blasteran. Aku juga ada di sini saat wanita itu datang.” ucap Lidya menguatkan cerita Daniel.
“Untuk apa dia bertemu denganmu?” tanya Eden lagi masih tidak percaya.
“Dia memintaku untuk berpura-pura menjadi David Lim.”
“Apa? David Lim pewaris tunggal yang dikabarkan tengah menghilang itu? Gila! Tidak terbayangkan olehku mereka sampai mencari orang untuk berpura-pura. Tapi kenapa kau?”
“Katanya David Lim sangat mirip dengan abang Daniel. Awalnya akupun tidak percaya, tapi sepertinya wajah pria di halaman depan surat kabar ini telah menjawab semuanya.” Lidya memberikan surat kabar yang di bawa oleh Jenny semalam.
“Waaah … luar biasa! Pria ini memang mirip sekali dengan dirimu, sobat! Ada juga dua orang yang serupa seperti ini. Jujur saja, selama hampir satu tahun aku bekerja di sana, aku memang belum pernah bertemu langsung dengan sosok David Lim. Luar biasa!” Eden memandang bergantian wajah di surat kabar dengan wajah Daniel.
“Ahh–aku tidak bisa.” desis Daniel.
“Kenapa tidak bisa? Hei, sob! Ingat tidak waktu kita masih bersekolah dulu? Kau kan selalu mendapatkan nilai tertinggi. Kau juga memiliki pesona tersendiri yang mampu membuat para wanita histeris kala melihatmu. Aku rasa dua hal itu sudah cukup mendukungmu untuk berpura-pura menjadi David Lim.” Eden menarik turunkan alisnya menggoda.
“Hmm … seratus ribu yuan juga bisa menolong abang dan juga para pedagang untuk memiliki tempat berjualan sendiri, jadi tidak perlu berurusan dengan preman-preman itu lagi.” Lidya menambahkan pendapatnya.
Daniel menarik nafasnya panjang, “Hah–apa kalian yakin ini tidak akan apa-apa?”
Eden dan Lidya mengangguk antusias bersamaan.
“Baiklah–besok aku akan ikut dengan wanita bernama Jenny itu.”
“Yes!” Eden bersorak sambil membayangkan uang seratus ribu yuan.
***
Keesokan harinya,
Saat matahari masih tersenyum malu-malu, Jenny kembali datang bukan hanya untuk mengunjungi Daniel tapi kali ini berhasil membawa pria itu untuk ikut bersamanya.
Dua jam kemudian, mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah. Daniel mengarahkan pandangannya pada lampu yang menjuntai dari langit-langit teras rumah itu. Lalu berjalan mengikuti arah langkah Jenny masuk ke dalam rumah Vice President Lim Group.
“Daniel, aku sangat senang dengan kedatanganmu. Silahkan duduk ….” Sambut seorang pia penuh wibawa saat melihat kedatangan Daniel.
Daniel duduk pada sebuah sofa berwarna putih dengan bahan kain sangat lembut yang seketika membuat perasaannya menjadi lebih tenang. Sedang Jenny bergegas masuk ke dalam ruang kerja Tuan Ming setelah sebelumnya berbisik-bisik dengan bossnya itu.
“Perkenalkan, namaku Shuo Ming. Tapi seluruh karyawan memanggilku Tuan Ming. Jenny pasti sudah menjelaskan kepadamu siapa diriku dan untuk tujuan apa kau bertemu denganku saat ini. Singkatnya, aku akan bertanya sekali lagi kepadamu, apa kau sudah benar-benar yakin dengan keputusanmu? Karena pada akhirnya kau tidak hanya akan menolongku, tapi kau juga menolong seluruh karyawan Lim Group.” Tuan Ming menatap Daniel dengan wajah serius.
“Tentu saja! Dengan kesadaran penuh aku menerima tantangan darimu. Asalkan kau tidak ingkar untuk memberikan uang yang sudah kau janjikan begitu peranku selesai.” ucap Daniel tegas.
“Nah-ini kontrak kerjanya. Bisa kau baca terlebih dahulu.” Jennypun keluar dari ruang kerja Tuan Ming dan menyodorkan selembar kertas kepada Daniel.
“Jenny sudah menuliskan nominal uang yang akan aku berikan kepadamu, setelah kau berhasil menyelesaikan pekerjaan yang aku tugaskan. Di sana juga sudah dicantumkan batas waktu kontrak kerja, yaitu paling cepat 2 bulan dan paling lama 1 tahun.” Daniel membaca lembaran-lembaran kertas itu dengan dahi berkerut.
“Serta aku juga menambahkan beberapa fasilitas yang bisa kau dapatkan selama bekerja denganku. Apartemen, mobil, dan unlimited black-card yang bisa kau gunakan untuk berbelanja apapun yang kau inginkan. Sampai sini apa ada yang ingin kau tanyakan?”
Daniel menggelengkan kepalanya, “di mana aku harus tanda tangan?”
Sebuah pena bertinta emas kini telah ada di tangan Daniel. Dengan penuh keyakinan diapun menggoreskan tanda tangannya pada surat perjanjian yang juga di tanda tangani oleh Shuo Ming.
“Sekarang … mari kita mulai tugas pertamamu sebagai David Lim.” ucap Tuan Ming menyerahkan kembali surat perjanjian kontrak kepada Jenny.
“David Lim, seorang putra tunggal pemilik perusahaan minyak dan gas terbesar di China. Kau bisa membayangkan betapa kekayaan yang dimiliki keluarganya? Dia tumbuh bergelimangan harta dan dikelilingi oleh teman-teman sebayanya yang juga dari kalangan konglomerat Hong Kong.” Tuan Lim menyodorkan sebuah kunci mobil dan unlimited black-card atas nama David Lim.
“Aku mau malam ini dengan ditemani oleh Jenny, kau belajar beradaptasi dengan lingkungan pergaulan seorang pria yang memiliki kekayaan tak terhingga.”
“Baik, Tuan Ming ..." jawab Daniel patuh.
Diapun hampir tidak percaya dengan simbol kuda jingkrak yang terukir pada kunci mobil yang diterimanya. Tapi kemudian sebuah senyuman yang terukir di bibirnya menyiratkan sebuah hasrat yang mungkin telah terpendam lama di dalam dirinya.
***
Tepat pukul tujuh malam. Dalam gerakan lambat, Daniel Yuwan kini sudah menjelma menjadi David Lim yang berjalan penuh pesona ke arah mobil barunya. Sebelum masuk ke dalam mobil Daniel terdiam sejenak membetulkan kerah kemeja putih yang dipakainya.
“Maaf aku sedikit terlambat ….” Jenny yang baru saja datang seketika berhenti bergerak dan menatap hampir tidak percaya dengan sosok yang ada di depannya.
Jenny yang malam itu telah menukar kacamatanya dengan lensa kontak berwarna biru juga terlihat seksi dengan gaun hitam selutut yang terbuka pada bagian dada.
“Tunggu apa lagi? Ayo, kita berangkat!” seru Daniel seraya menekan tombol pada kunci mobilnya, memamerkan pintu mobil yang terbuka ke atas secara otomatis.
Jenny meneguk ludahnya tanpa sadar, “O – Okay …” katanya berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Bar yang terletak di distrik 15 telah dipenuhi oleh pemuda pemudi kalangan borjuis yang akan menghabiskan malam mereka dengan bersenang-senang.
“DRINK! DRINK! DRINK!”
Daniel dan Jenny menengok cepat pada teriakan-teriakan ramai dari sekumpulan orang di salah satu sudut bar. Di tengah gerombolan tersebut terlihat dua orang pria yang tampaknya sedang beradu kekuatan.
“DRINK! DRINK! DRINK!”
Teriakan semakin nyaring bersamaan dengan hentakan musik elektronik yang dimainkan oleh seorang DJ wanita yang berpakaian seksi.
“Hei! Segeralah menyingkir kalau kalian tidak mau terlihat dalam kegilaan mereka.” seorang pria yang mungkin seusia dengan mereka memberikan sebuah peringatan.
“Mereka itu siapa?” tanya Daniel spontan.
“Entah siapa saja mereka yang ikut bergerombol di sana. Yang jelas dua orang pria yang berada di tengah itu salah satunya adalah Rudy Ang. Jangan sampai kau berurusan dengannya, sob.” ujar pria itu lagi.
“Rudy Ang?” gumam Daniel.
“Dulu Rudy Ang tidaklah sendirian. Ada satu orang pria yang berhasil mengalahkan rekor minumnya. Ahh-aku lupa siapa namanya, tapi dari yang aku dengar nilai kekayaan orang tua pria itu adalah yang tertinggi di China. Sungguh gila lingkaran pertemanan para anak konglomerat.”
“Woow!!” Daniel dan Jenny hanya bisa berdecak kagum mendengar penuturan pria itu.
Bersambung
Novel ini diikutsertakan dalam kompetisi Pria Terdashyat Goodnovel. Dukung aku dengan meninggalkan komentar dan juga votenya yaa ... Terima kasih.
“HOWAAAAAA!!” Teriakan kemenangan seorang pria yang diiringi dengan gemuruh orang-orang yang bertepuk tangan membuat mata Daniel seolah terhipnotis untuk terus memandang ke arah mereka.“Siapa lagi yang mau menantangku?” Pria yang tadi berteriak kini sudah berdiri di atas meja sambil mengangkat gelas alkoholnya yang kosong.Perlahan setiap pria yang tadi mengerumuninya mengalihkan pandangan mereka dan beringsut memundurkan tubuh mereka.“Hei, kau! Kenapa kau terus menatapku?” Semua orang seketika menengok ke arah yang ditunjuk oleh pria di atas meja itu.“Aku?” Daniel menunjuk dirinya.“Cepat kemari!!” Seru pria itu lagi setengah berteriak.Daniel yang kebingungan menengok-nengok kepada orang-orang di kiri dan kanannya.“Abikan saja. Kita ke sini hanya untuk mengamati situasi. Jangan berbuat lebih dari pada itu.” Jenny menarik ujung lengan kemeja Daniel.&l
“Daniel! Eden! Buka pintunya!”Dengan menenteng dua kantong kertas besar Jenny memencet tombol interkom di samping pintu apartemen yang menjadi hunian Daniel Yuwan selama menjadi David Lim. Stu menit, dua menit Jenny menunggu, tapi tak kunjung terlihat tanda-tanda kehidupan di dalam apartement itu.“Oh my-kalau begitu aku akan membukanya dengan kunci cadangan. Semoga saja tidak ada keanehan yang diperbuat oleh dua orang pria di dalam sana.”Ting! Pintu apartemen terbuka dengan satu sentuhan kartu ajaib.“Daniel … Eden … di mana kalian?”Melihat ruang utama apartemen yang bersih dan rapi, sedikit banyak membuat Jenny merasa lega. Namun tetap saja dia merasakan adanya kejanggalan. Di mana kedua orang itu?“Groookkk!! Groookk!!”“Suara mengerikan apa itu?” Jenny menaruh kantong-kantong yang dibawanya dan mencari-cari sumber suara.“Astaga! Apa yang sed
“Tidak mungkin secepat itu! Anak buahku sebelumnya sudah menyelidiki tentang keberadaan David Lim dan tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencium jejaknya.” Wanita seksi dalam balutan office style bernuansa maroon itu menatap tajam lawan bicaranya.“Aahhh-kau baru saja meragukanku. Aku sangat yakin kalau yang aku lihat malam itu pastilah David Lim. Lihatlah! Walaupun tidak terlalu jelas, tapi aku sempat mengambil gambar saat pria itu menenggak alkoholnya.” Lawan bicara wanita itu merupakan seorang pemuda berpakaian kasual, memperlihatkan layar ponselnya yang berhasil mengambil potret sosok Daniel Yuwan.“… dan kalau aku tidak salah mengenali orang, aku juga melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan sekertaris Shuo Ming … hmm … namanya ….”“Jenny?”“Tepat sekali! Wanita itu bernama Jenny. Nah! Kau sudah mendapatkan berita panas terkini dariku. Sekarang
Seharian kemarin saham Lim Group masih berada di posisi yang cukup stabil. Shuo Ming dapat tersenyum puas, setelah Jenny dapat dengan cepat membungkam media cetak yang telah membuat berita menghebohkan itu.Tapi sialnya, memang sejak meninggalnya Hongli Lim, perusahaan tersebut tidak pernah luput dari pemberitaan panas setiap pekannya. Hingga pagi ini, wajah Tuan Ming kembali menyala panas. Dengan geram dilemparnya surat kabar yang dia baca pagi ini.‘SKANDAL LIM GROUP : TUAN MUDA VS NONA MUDA’Sebuah surat kabar lokal yang berbeda telah memuat tulisan dengan huruf besar berwarna merah serta foto makan siang David Lim dan Cecilia.Riiing! Riing! Riiing!Dering panggilan telepon tidak berhenti memburu telepon-telepon di lantai 2 gedung Lim Group, department administrasi. Telepon yang sebagian besar berasal dari para wartawan sangat mengusik ketenangan perusahaan itu. Beberapa nomor tidak dikenal ju
DRAP! DRAP! DRAP!Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari
Keesokan harinya di gedung Lim Group,“Aku akan menyampaikan hasil data dari konferensi pers kemarin. Pada dasarnya tanggapan positifnya mencapai lebih dari 60%. Khususnya tanggapan mengenai pernyataan David Lim mengenai program kepedulian kepada masyarakat.” Jenny membacakan laporan yang sudah berhasil dirangkumnya dari malam hingga siang hari ini.“Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, nama David Lim segera menduduki trending topic pencarian di media sosial. Meski masyarakat masih tidak menemukan jawaban mengenai menghilangnya David tapi para investor dan pemegang saham terlihat puas.”Dengan cekatan Jenny menyalakan layar monitor persegi di ruangan David Lim. Ketiga orang di ruangan itu menatap grafik saham yang langsung terpampang begitu layar menyala.“Tidak diragukan! Grafik saham sudah menunjukkan kestabilan pada saham Lim Group. Walau masih ada rumor spekulatif mengenai David dan Cecilia, tapi berdasarkan
Meski berdasarkan penjabaran Jenny, saham Lim Group sudah kembali stabil tapi masih ada sesuatu yang mengganjal bagi Shuo Ming. Selama kurang dari dua bulan ini rasanya ada beberapa hal lagi yang perlu dibenahi untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan.Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan pria itu.“Silahkan masuk, Cecilia …” Dengan raut wajah sedih Cecilia masuk ke ruangan Shuo Ming.“Permisi, Tuan Ming.” Ucap wanita itu menundukkan kepalanya.“Bagaimana keadaanmu hari ini?”“Aku? Baik dan tidak baik, tergantung anda menanyakan keadaan yang mana.”“Apa kau sudah bertemu lagi dengan David hari ini?”Cecilia menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana mungkin setelah kejadian yang sangat menghebohkan itu, dia langsung berani bertatapan dengan David Lim lagi? Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, menatap lurus ke arah lantai.&ld
“Abang, kenapa selalu makan siang di kedai kecil ini? Tidak takut ada yang mengikuti?” Lidya menyorongkan sepiring nasi dengan lauk kesukaan Daniel.“Masakan buatanmu jauh lebih enak dari masakan restaurant.” Daniel mengambil piring yang disodorkan, wangi telur setengah matang dengan sayur tumis menggugah selera makannya.“Apa kau tidak pernah bercita-cita untuk memiliki kedai makanan di tempat yang lebih nyaman?” tanya Daniel menyelidik.“Hanya bermimpi kan? Tentu saja pernah. Tapi hanya menjadi pedagang kaki lima pun aku sudah senang. Aku punya pelanggan tetap.” Lidya melebarkan tangannya menunjuk para pelanggannya yang terus berdatangan.Daniel tersenyum simpul pada kesederhanaan yang ditunjukkan Lidya. Diapun semakin bersemangat menyantap makanannya bersama dengan para buruh kasar pelanggan utama kedai itu. Sementara menyuapkan makanan ke mulutnya, Danielpun dapat mendengar obrolan para buruh tersebut.
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”Serena menyodorkan dua potong
Serombongan polisi menggerebek gedung tua setelah ada warga sipil yang kebetulan lewat di dekat gedung itu dan mendengar suara tembakan yang hampir tanpa jeda. Polisi berbondong-bondong masuk dengan menembakkan beberapa peluru ke udara.Eden serta sepasang orang tua yang tengah begulat batin dengannya itupun terkejut dengan kedatangan para polisi. Mendengar suara tembakan dari luar gedung seketika membuat wanita tua itu berlari dan melompat keluar gedung melalui jendela.Tubuh Eden diseret masuk ke dalam mobil polisi, Eden mengikuti langkah polisi yang telah memborgol tangannya tanpa perlawanan. Baginya saat ini keselamatan dirinya di atas segalanya. Perkara masuk penjara pasti nanti juga akan di selesaikan oleh sahabatnya. Itu juga kalau pria tampan itu belum mati–pikir Eden.“Kau utusan Lim Group, kan?” pertanyaan seorang polisi dari balik kemudi membuat Eden terhenyak.Dari mana orang itu tahu kalau dia salah satu pekerja Lim Group? S
Civic berharga dua digit milyar itu melaju dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya hampir-hampir tak menginjak pedal rem selama perjalanannya. Terus saja melajukan kendaraan roda empat itu melesat menembus jalanan.Beberapa hari yang lalu David Lim telah bertemu dengan Serena Yao dalam pertemuan yang ganjil. Kala itu dirinya sempat memeluk tubuh wanita yang selalu menjadi candu baginya itu. Bahkan dia sempat menghirup wangi rambut wanita itu–wanginya masih sama dengan wangi yang dihirupnya pada sela-sela permainan panas mereka di kamar hotel.“Sial! Seharusnya aku langsung membawa saja Serena pergi dari desa Jiaju. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya ada hal buruk yang menimpa dia.” David menggigit bibir bawahnya penuh rasa bersalah.Diinjaknya tegas pedal gas menembus perbatasan kota Hong Kong dengan hutan menjadi sumber oksigen terbesar di negara tirai bambu itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eden ataupun David untuk menurunkan jend
Eden mengangkat tinggi tinjunya, siap dihujamkan ke wajah pria tua yang menatapnya dingin. Jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan pembunuh bayaran, pikir Eden. Begitu profesional sampai kepada ekspresi yang sulit untuk ditebak. Tapi Eden begitu yakin kalau pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan tangan kosong.CEKREK!Suara kokangan senjata api terdengar dekat sekali dengan pelipisnya. Eden lupa kalau pria itu bersama dengan seorang wanita yang tadi sempat menembakkan peluru ke arah David. Sebersit rasa takut menyelinap di hati Eden, namun segera disingkirkannya – dia tak mau mati konyol di tangan para orang tua.“Kau masih ingat rasa biang-biang ming buatanku? Aku rindu memasak lagi untuk kalian bertiga … kini aku mulai membayangkan seperti apa wajah Serena Yao. Gadis cantik yang telah mencuri hati pemuda tampanku.” Wanita tua itu menyeringai, senjata apinya terangkat lurus – siap menembus kepala Eden.Eden kemb
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas