"Jangan pergi … meski hanya di desa kecil tapi aku berjanji untuk bisa membuatmu bahagia." Suara seorang pria berbisik dengan nada memelas.
"Maafkan aku – Tapi Aku memiliki sebuah cita-cita yang ingin aku gapai. Jika kau tidak mau meninggalkan desa ini, maka tinggalkanlah aku." Kali ini suara seorang wanita yang berusaha untuk tetap tegar.
"Aku tidak bisa. Hidupku ada di desa ini." Kembali pria itu bersuara lirih menahan tangisnya.
"Kalau begitu, selamat tinggal." Perlahan sang wanita melepaskan genggaman tangan sang pria yang sedari tadi memohon kepadanya.
"Jangan tinggalkan aku – AKU MOHOOONNN ….” Sayang sekali, teriakan panjang pria itu nyatanya tidak berhasil mengubah keputusan wanita cantik yang bergerak menjauh.
Langkah kaki wanita itupun semakin menghilang, menyisakan langit gelap yang menjadi saksi terkuburnya sebuah harapan akan bersatunya kembali dua insan yang pernah saling memadu kasih. Pria itupun menangis sejadi-jadinya meratapi separuh jiwanya yang telah pergi. Meski terlihat berjalan dengan tegar, nyatanya derai air matapun turun membasahi wajah sang wanita.
“Haaaahhhh! Haaaahhhh!” Daniel Yuwan terengah dalam tidurnya.
Dia baru saja memimpikan kembali mimpi yang selama bertahun-tahun lalu hampir tidak pernah lagi merasuk menjadi bunga tidurnya.
‘Kenapa sejak keputusanku untuk merantau keluar dari desa Jiaju, mimpi itu menjadi sering terulang kembali?’ risaunya dalam hati.
Danielpun mengusap wajahnya yang berkeringat, lalu bangun dari tempat tidurnya dan mengambil segelas air pada tepi meja. Dia berjalan perlahan membuka tirai jendela, memandang ramainya pasien yang berjalan-jalan di taman rumah sakit.
‘Sudah dua hari aku ada di tempat ini.’ desisnya penuh sesal.
***
BIM! BIM! BIIIMM!
Nyaring suara klakson yang dibunyikan berkali-kali berusaha membubarkan para wartawan yang berdesakan di depan pintu gerbang Lim Group. Malangnya, para wartawan itu malah mengenali mobil dinas yang memang menjadi target mereka.
Seorang pria separuh baya duduk dikursi belakang mobil, wajahnya menegang melihat puluhan wartawan yang mulai menggerumuni mobilnya sambil berseru-seru.
“Tuan Ming! Tolong buka jendelanya!” Seorang wartawan wanita mengintip-intip jendela mobil yang tertutup dan gelap.
“Tuan Ming! Jelaskan apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Lim Group?”
“Turunlah sebentar, Tuan. Apa benar David Lim menghilang?” Satu pertanyaan yang sangat ditakutkan oleh Shuo Ming terlontar begitu saja dari mulut salah satu wartawan.
“Tuan!”
“Tuan Ming!!”
“Tuan Ming!!!”
Para wartawan mulai memukul-mukul jendela mobil serta menyerukan sederetan pertanyaan yang membuat Shuo Ming, nama pria yang yang sedari tadi dipanggil dengan sebutan ‘Tuan Ming’ itu merasakan sakit di kepalanya.
“Eden! Bantu aku memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam kantor tanpa perlu melewati wartawan-wartawan ini. Cepat berpikir!” perintah Tuan Ming pada supirnya.
“Kita mengambil jalan memutar saja, Tuan. Di belakang gedung ada sebuah gang kecil yang terhubung dengan pintu darurat gedung. Tuan bisa menyelinap masuk ke dalam gedung dari sana.” Papar Eden Liu penuh percaya diri.
“Baiklah! Cepat bawa aku ke sana!”
***
Mobil melaju dengan kecepatan lebih dari 50 km di jalanan kota. Para wartawanpun kehilangan jejak mereka. Supir yang cekatan itu memarkirkan mobil pada sisi jalan yang tidak banyak dilalui orang dan bergegas mereka keluar dari dalam mobil.
“Tuan Ming, bagaimana anda bisa sampai ke sini?”
“Apa anda baik-baik saja?”
“Wartawan-wartawan itu sudah berkumpul sejak jam 5 pagi. Petugas kemanaan kewalahan mencegah mereka karena jumlahnya terus bertambah.”
“Sebenarnya apa yang diinginkan oleh para wartawan itu,Tuan?”
Setelah dihujani pertanyaan-pertanyaan oleh para wartawan, kini Tuan Ming yang sudah berhasil masuk ke dalam kantor kembali dihujani oleh pertanyaan-pertanyaan dari para karyawanya.
“Di mana sekertaris ku? Suruh dia ke ruanganku sekarang.” seru Tuan Ming seraya masuk ke dalam ruangannya.
“Tuan Ming,” Seorang wanita muda berkacamata perlahan membuka pintu ruangan Shuo Ming.
“Aku sudah menunggumu, Jenny. Cepat masuk!”
Jenny menutup cepat pintu ruangan dan duduk berhadapan dengan bossnya. Dia menyerahkan sebuah surat kabar terbitan hari ini kepada Shuo Ming yang langsung meratap geram pada headline news di halaman utama surat kabar tersebut.
‘KURSI KOSONG LIM GROUP! MENGHILANGNYA DAVID LIM, SITUASI MENGUNTUNGKAN BAGI VICE PRESIDENT’
“Arrggghhh!!” teriak pria itu diselimuti amarah.
“Bagaimana pria yang kau temukan kemarin? Bukankah kau bilang dia sangat mirip dengan David Lim?” tanya Tuan Ming melipat kedua tangannya di dada.
“Pria itu masih harus menjalani perawatan atas kejadian pemukulan yang dialaminya. Nanti siang atau malam aku coba menemuinya lagi.”
“Aku harap kau berhasil membujuknya untuk mau bekerjasama dengan kita. Paling sebentar sampai rapat besar dua bulan lagi dan paling lama satu tahun sampai kita mendapatkan jejak David Lim.”
“Saya mengerti, Tuan.” Wanita bernama Jenny itu mengangguk cepat.
“Satu lagi, segera hubungi kepala media cetak yang memuat berita sampah ini. Tanyakan kepadanya, berapa nominal yang mereka inginkan?”
***
“Abang … apa masih sakit?” Lidya Huanran menyentuh wajah bengkak Daniel yang tidak tertutup perban.
“Aduuhhh … aduuhhh … jangan sembarangan memegang. Bola mataku rasanya mau keluar dari kepalaku. Apakah mataku bengkak?”
“Iya, abang. Tapi tenang saja, kau tetap yang tertampan bagiku.” Lidya memamerkan senyum terbaiknya untuk menghibur Daniel.
“Apa kau mendengar sesuatu dari dokter?”
“Hmm … katanya bagian tubuhmu mengalami trauma akibat pukulan yang keras. Kau disarankan untuk dirawat di rumah sakit selama seminggu.”
“Seminggu? Kenapa lama sekali? Apa luka-lukanya sangat parah?” Daniel tidak bisa menerima kalau satu minggu lamanya dia hanya berkutat di dalam kamar rumah sakit dan tidak melakukan apapun.
Lidya mengangkat bahunya dengan wajah sedih, “lebih baik sekarang abang berbaring saja lagi. Abang Eden akan segera datang mengantarkan pakaian dan makanan untuk kita.”
“Terima kasih, Lidya. Aku berhutang banyak kepada kalian.” Daniel menatap nanar dinding kamarnya, “preman-preman itu merampas semua uang hasil daganganku. Bodoh sekali! Mana aku tahu kalau mereka akan datang lebih dari tiga orang dan mengacak-acak pasar? Sekarang, aku juga tidak punya uang sepeserpun untuk membayar biaya rumah sakit.”
“Abang sabar saja … nanti abang Eden akan datang dan membawa uang untuk membayar semua biaya. Lalu setelah abang keluar dari rumah sakit, perlahan-lahan kita akan merapikan kembali pasar yang dihancurkan preman-preman itu. Ayo, sekarang abang berbaring saja lagi …” ucap Lidya seraya membetulkan letak bantal di bawah kepala Daniel.
“Ehem!” suara berdehem seorang wanita, membuyarkan adegan berkasih-kasihan antara Daniel dan Lidya.
“Kau wanita yang semalam?” tanya Daniel seketika mengenali Jenny yang sudah pernah datang menemuinya.
“Betul. Semua biaya rumah sakit sudah dilunasi dan besok kau bisa keluar dari rumah sakit. Tapi dengan satu syarat, kau harus ikut dengan ku untuk menemui Tuan Ming – Vice President Lim Group. Kami sangat membutuhkanmu untuk berpura-pura menjadi David Lim, putra tunggal pewaris Lim Group.” Tanpa berbasa-basi Jenny segera masuk pada inti pertemuan kedua mereka.
“Permintaanmu itu sangat tidak mungkin untuk aku lakukan. Aku tidak bisa berpura-pura menjadi seorang anak pewaris, putra tunggal atau apalah itu. Aku hanya seorang pedagang kecil yang bodoh dan sederhana. Maafkan aku ….” Daniel memalingkan wajahnya dari tatapan Jenny.
“Seratus ribu yuan … jika kau mau bekerja sama dengan kami. Setelah kontrak selesai uang itu menjadi milikmu dan kau bisa kembali menjalani hidupmu seperti biasa.”
Daniel terkejut dengan nominal uang yang disebutkan oleh Jenny. Seratus ribu yuan bukanlah jumlah yang sedikit, apalagi untuk pedagang kaki lima seperti mereka. Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan tapi juga memiliki resiko yang menakutkan.
“Bagaimana?” tanya Jenny dengan nada mendesak.
“Aku–aku butuh waktu untuk berpikir.” ucap Daniel yang seketika membuat Lidya kecewa.
“Abang … dengan seratus ribu yuan kita bisa membuat pesta pernikahan yang sangat mewah.” bisik Lidya.
“Aiisshh! Jangan mengada-ngada.” Daniel meringis kesal, pernyataan Lidya sangatlah tidak membantu.
“Aku harap kau sungguh-sungguh memikirkannya. Aku akan datang kembali besok pagi. Oh yaa … bukankah Eden Liu sahabat kalian? Kalau kau tidak cepat mengambil keputusan, mungkin aku akan memikirkan kembali perpanjangan kontrak kerja Eden sebagai supir utama Lim Group.”
Kali ini Daniel menatap Lidya dengan wajah memelas. Kenapa dirinya selalu saja dihadapkan pada pilihan sulit yang dapat membuat susah orang-orang disekitarnya? Lidya mengelus tangan Daniel pelan, mencoba menenangkan hati Daniel yang semakin tidak menentu.
Bersambung
Selamat datang di novel perdana Deyaa Deyaa di GoodNovel. Follow I* : @caffeinated_writer88
Happy reading!
“Jenny? Jenny sekretarisnya Tuan Ming datang menemuimu?” Eden membelalakkan matanya menatap sahabatnya. “Iya … wanita berkacamata dan berwajah blasteran. Aku juga ada di sini saat wanita itu datang.” ucap Lidya menguatkan cerita Daniel. “Untuk apa dia bertemu denganmu?” tanya Eden lagi masih tidak percaya. “Dia memintaku untuk berpura-pura menjadi David Lim.” “Apa? David Lim pewaris tunggal yang dikabarkan tengah menghilang itu? Gila! Tidak terbayangkan olehku mereka sampai mencari orang untuk berpura-pura. Tapi kenapa kau?” “Katanya David Lim sangat mirip dengan abang Daniel. Awalnya akupun tidak percaya, tapi sepertinya wajah pria di halaman depan surat kabar ini telah menjawab semuanya.” Lidya memberikan surat kabar yang di bawa oleh Jenny semalam. “Waaah … luar biasa! Pria ini memang mirip sekali dengan dirimu, sobat! Ada juga dua orang yang serupa seperti ini. Jujur saja, selama hampir satu tahun aku bekerja di sana, aku memang be
“HOWAAAAAA!!” Teriakan kemenangan seorang pria yang diiringi dengan gemuruh orang-orang yang bertepuk tangan membuat mata Daniel seolah terhipnotis untuk terus memandang ke arah mereka.“Siapa lagi yang mau menantangku?” Pria yang tadi berteriak kini sudah berdiri di atas meja sambil mengangkat gelas alkoholnya yang kosong.Perlahan setiap pria yang tadi mengerumuninya mengalihkan pandangan mereka dan beringsut memundurkan tubuh mereka.“Hei, kau! Kenapa kau terus menatapku?” Semua orang seketika menengok ke arah yang ditunjuk oleh pria di atas meja itu.“Aku?” Daniel menunjuk dirinya.“Cepat kemari!!” Seru pria itu lagi setengah berteriak.Daniel yang kebingungan menengok-nengok kepada orang-orang di kiri dan kanannya.“Abikan saja. Kita ke sini hanya untuk mengamati situasi. Jangan berbuat lebih dari pada itu.” Jenny menarik ujung lengan kemeja Daniel.&l
“Daniel! Eden! Buka pintunya!”Dengan menenteng dua kantong kertas besar Jenny memencet tombol interkom di samping pintu apartemen yang menjadi hunian Daniel Yuwan selama menjadi David Lim. Stu menit, dua menit Jenny menunggu, tapi tak kunjung terlihat tanda-tanda kehidupan di dalam apartement itu.“Oh my-kalau begitu aku akan membukanya dengan kunci cadangan. Semoga saja tidak ada keanehan yang diperbuat oleh dua orang pria di dalam sana.”Ting! Pintu apartemen terbuka dengan satu sentuhan kartu ajaib.“Daniel … Eden … di mana kalian?”Melihat ruang utama apartemen yang bersih dan rapi, sedikit banyak membuat Jenny merasa lega. Namun tetap saja dia merasakan adanya kejanggalan. Di mana kedua orang itu?“Groookkk!! Groookk!!”“Suara mengerikan apa itu?” Jenny menaruh kantong-kantong yang dibawanya dan mencari-cari sumber suara.“Astaga! Apa yang sed
“Tidak mungkin secepat itu! Anak buahku sebelumnya sudah menyelidiki tentang keberadaan David Lim dan tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencium jejaknya.” Wanita seksi dalam balutan office style bernuansa maroon itu menatap tajam lawan bicaranya.“Aahhh-kau baru saja meragukanku. Aku sangat yakin kalau yang aku lihat malam itu pastilah David Lim. Lihatlah! Walaupun tidak terlalu jelas, tapi aku sempat mengambil gambar saat pria itu menenggak alkoholnya.” Lawan bicara wanita itu merupakan seorang pemuda berpakaian kasual, memperlihatkan layar ponselnya yang berhasil mengambil potret sosok Daniel Yuwan.“… dan kalau aku tidak salah mengenali orang, aku juga melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan sekertaris Shuo Ming … hmm … namanya ….”“Jenny?”“Tepat sekali! Wanita itu bernama Jenny. Nah! Kau sudah mendapatkan berita panas terkini dariku. Sekarang
Seharian kemarin saham Lim Group masih berada di posisi yang cukup stabil. Shuo Ming dapat tersenyum puas, setelah Jenny dapat dengan cepat membungkam media cetak yang telah membuat berita menghebohkan itu.Tapi sialnya, memang sejak meninggalnya Hongli Lim, perusahaan tersebut tidak pernah luput dari pemberitaan panas setiap pekannya. Hingga pagi ini, wajah Tuan Ming kembali menyala panas. Dengan geram dilemparnya surat kabar yang dia baca pagi ini.‘SKANDAL LIM GROUP : TUAN MUDA VS NONA MUDA’Sebuah surat kabar lokal yang berbeda telah memuat tulisan dengan huruf besar berwarna merah serta foto makan siang David Lim dan Cecilia.Riiing! Riing! Riiing!Dering panggilan telepon tidak berhenti memburu telepon-telepon di lantai 2 gedung Lim Group, department administrasi. Telepon yang sebagian besar berasal dari para wartawan sangat mengusik ketenangan perusahaan itu. Beberapa nomor tidak dikenal ju
DRAP! DRAP! DRAP!Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari
Keesokan harinya di gedung Lim Group,“Aku akan menyampaikan hasil data dari konferensi pers kemarin. Pada dasarnya tanggapan positifnya mencapai lebih dari 60%. Khususnya tanggapan mengenai pernyataan David Lim mengenai program kepedulian kepada masyarakat.” Jenny membacakan laporan yang sudah berhasil dirangkumnya dari malam hingga siang hari ini.“Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, nama David Lim segera menduduki trending topic pencarian di media sosial. Meski masyarakat masih tidak menemukan jawaban mengenai menghilangnya David tapi para investor dan pemegang saham terlihat puas.”Dengan cekatan Jenny menyalakan layar monitor persegi di ruangan David Lim. Ketiga orang di ruangan itu menatap grafik saham yang langsung terpampang begitu layar menyala.“Tidak diragukan! Grafik saham sudah menunjukkan kestabilan pada saham Lim Group. Walau masih ada rumor spekulatif mengenai David dan Cecilia, tapi berdasarkan
Meski berdasarkan penjabaran Jenny, saham Lim Group sudah kembali stabil tapi masih ada sesuatu yang mengganjal bagi Shuo Ming. Selama kurang dari dua bulan ini rasanya ada beberapa hal lagi yang perlu dibenahi untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan.Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan pria itu.“Silahkan masuk, Cecilia …” Dengan raut wajah sedih Cecilia masuk ke ruangan Shuo Ming.“Permisi, Tuan Ming.” Ucap wanita itu menundukkan kepalanya.“Bagaimana keadaanmu hari ini?”“Aku? Baik dan tidak baik, tergantung anda menanyakan keadaan yang mana.”“Apa kau sudah bertemu lagi dengan David hari ini?”Cecilia menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana mungkin setelah kejadian yang sangat menghebohkan itu, dia langsung berani bertatapan dengan David Lim lagi? Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, menatap lurus ke arah lantai.&ld