Home / Urban / KEBANGKITAN SANG PEWARIS / JUST ORDINARY MAN

Share

KEBANGKITAN SANG PEWARIS
KEBANGKITAN SANG PEWARIS
Author: DeyaaDeyaa

JUST ORDINARY MAN

"Jangan pergi … meski hanya di desa kecil tapi aku berjanji untuk bisa membuatmu bahagia." Suara seorang pria berbisik dengan nada memelas.

"Maafkan aku – Tapi Aku memiliki sebuah cita-cita yang ingin aku gapai. Jika kau tidak mau meninggalkan desa ini, maka tinggalkanlah aku." Kali ini suara seorang wanita yang berusaha untuk tetap tegar.

"Aku tidak bisa. Hidupku ada di desa ini." Kembali pria itu bersuara lirih menahan tangisnya.

"Kalau begitu, selamat tinggal." Perlahan sang wanita melepaskan genggaman tangan sang pria yang sedari tadi memohon kepadanya.

"Jangan tinggalkan aku – AKU MOHOOONNN ….” Sayang sekali, teriakan panjang pria itu nyatanya tidak berhasil mengubah keputusan wanita cantik yang bergerak menjauh.

Langkah kaki wanita itupun semakin menghilang, menyisakan langit gelap yang menjadi saksi terkuburnya sebuah harapan akan bersatunya kembali dua insan yang pernah saling memadu kasih. Pria itupun menangis sejadi-jadinya meratapi separuh jiwanya yang telah pergi. Meski terlihat berjalan dengan tegar, nyatanya derai air matapun turun membasahi wajah sang wanita.

“Haaaahhhh! Haaaahhhh!” Daniel Yuwan terengah dalam tidurnya.

Dia baru saja memimpikan kembali mimpi yang selama bertahun-tahun lalu hampir tidak pernah lagi merasuk menjadi bunga tidurnya.

‘Kenapa sejak keputusanku untuk merantau keluar dari desa Jiaju, mimpi itu menjadi sering terulang kembali?’ risaunya dalam hati.

Danielpun mengusap wajahnya yang berkeringat, lalu bangun dari tempat tidurnya dan mengambil segelas air pada tepi meja. Dia berjalan perlahan membuka tirai jendela, memandang ramainya pasien yang berjalan-jalan di taman rumah sakit.

‘Sudah dua hari aku ada di tempat ini.’ desisnya penuh sesal.

***

BIM! BIM! BIIIMM!

Nyaring suara klakson yang dibunyikan berkali-kali berusaha membubarkan para wartawan yang berdesakan di depan pintu gerbang Lim Group. Malangnya, para wartawan itu malah mengenali mobil dinas yang memang menjadi target mereka.

Seorang pria separuh baya duduk dikursi belakang mobil, wajahnya menegang melihat puluhan wartawan yang mulai menggerumuni mobilnya sambil berseru-seru.

“Tuan Ming! Tolong buka jendelanya!” Seorang wartawan wanita mengintip-intip jendela mobil yang tertutup dan gelap.

“Tuan Ming! Jelaskan apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Lim Group?”

“Turunlah sebentar, Tuan. Apa benar David Lim menghilang?” Satu pertanyaan yang sangat ditakutkan oleh Shuo Ming terlontar begitu saja dari mulut salah satu wartawan.

“Tuan!”

“Tuan Ming!!”

“Tuan Ming!!!”

Para wartawan mulai memukul-mukul jendela mobil serta menyerukan sederetan pertanyaan yang membuat Shuo Ming, nama pria yang yang sedari tadi dipanggil dengan sebutan ‘Tuan Ming’ itu merasakan sakit di kepalanya.

“Eden! Bantu aku memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam kantor tanpa perlu melewati wartawan-wartawan ini. Cepat berpikir!” perintah Tuan Ming pada supirnya.

“Kita mengambil jalan memutar saja, Tuan. Di belakang gedung ada sebuah gang kecil yang terhubung dengan pintu darurat gedung. Tuan bisa menyelinap masuk ke dalam gedung dari sana.” Papar Eden Liu penuh percaya diri.

“Baiklah! Cepat bawa aku ke sana!”

***

Mobil melaju dengan kecepatan lebih dari 50 km di jalanan kota. Para wartawanpun kehilangan jejak mereka. Supir yang cekatan itu memarkirkan mobil pada sisi jalan yang tidak banyak dilalui orang dan bergegas mereka keluar dari dalam mobil.

“Tuan Ming, bagaimana anda bisa sampai ke sini?”

“Apa anda baik-baik saja?”

“Wartawan-wartawan itu sudah berkumpul sejak jam 5 pagi. Petugas kemanaan kewalahan mencegah mereka karena jumlahnya terus bertambah.”

“Sebenarnya apa yang diinginkan oleh para wartawan itu,Tuan?”

Setelah dihujani pertanyaan-pertanyaan oleh para wartawan, kini Tuan Ming yang sudah berhasil masuk ke dalam kantor kembali dihujani oleh pertanyaan-pertanyaan dari para karyawanya.

“Di mana sekertaris ku? Suruh dia ke ruanganku sekarang.” seru Tuan Ming seraya masuk ke dalam ruangannya.

“Tuan Ming,” Seorang wanita muda berkacamata perlahan membuka pintu ruangan Shuo Ming.

“Aku sudah menunggumu, Jenny. Cepat masuk!”

Jenny menutup cepat pintu ruangan dan duduk berhadapan dengan bossnya. Dia menyerahkan sebuah surat kabar terbitan hari ini kepada Shuo Ming yang langsung meratap geram pada headline news di halaman utama surat kabar tersebut.

‘KURSI KOSONG LIM GROUP! MENGHILANGNYA DAVID LIM, SITUASI MENGUNTUNGKAN BAGI VICE PRESIDENT’

“Arrggghhh!!” teriak pria itu diselimuti amarah.

“Bagaimana pria yang kau temukan kemarin? Bukankah kau bilang dia sangat mirip dengan David Lim?” tanya Tuan Ming melipat kedua tangannya di dada.

“Pria itu masih harus menjalani perawatan atas kejadian pemukulan yang dialaminya. Nanti siang atau malam aku coba menemuinya lagi.”

“Aku harap kau berhasil membujuknya untuk mau bekerjasama dengan kita. Paling sebentar sampai rapat besar dua bulan lagi dan paling lama satu tahun sampai kita mendapatkan jejak David Lim.”

“Saya mengerti, Tuan.” Wanita bernama Jenny itu mengangguk cepat.

“Satu lagi, segera hubungi kepala media cetak yang memuat berita sampah ini. Tanyakan kepadanya, berapa nominal yang mereka inginkan?”

***

“Abang … apa masih sakit?” Lidya Huanran menyentuh wajah bengkak Daniel yang tidak tertutup perban.

“Aduuhhh … aduuhhh … jangan sembarangan memegang. Bola mataku rasanya mau keluar dari kepalaku. Apakah mataku bengkak?”

“Iya, abang. Tapi tenang saja, kau tetap yang tertampan bagiku.” Lidya memamerkan senyum terbaiknya untuk menghibur Daniel.

“Apa kau mendengar sesuatu dari dokter?”

“Hmm … katanya bagian tubuhmu mengalami trauma akibat pukulan yang keras. Kau disarankan untuk dirawat di rumah sakit selama seminggu.”

“Seminggu? Kenapa lama sekali? Apa luka-lukanya sangat parah?” Daniel tidak bisa menerima kalau satu minggu lamanya dia hanya berkutat di dalam kamar rumah sakit dan tidak melakukan apapun.

Lidya mengangkat bahunya dengan wajah sedih, “lebih baik sekarang abang berbaring saja lagi. Abang Eden akan segera datang mengantarkan pakaian dan makanan untuk kita.”

“Terima kasih, Lidya. Aku berhutang banyak kepada kalian.” Daniel menatap nanar dinding kamarnya, “preman-preman itu merampas semua uang hasil daganganku. Bodoh sekali! Mana aku tahu kalau mereka akan datang lebih dari tiga orang dan mengacak-acak pasar? Sekarang, aku juga tidak punya uang sepeserpun untuk membayar biaya rumah sakit.”

“Abang sabar saja … nanti abang Eden akan datang dan membawa uang untuk membayar semua biaya. Lalu setelah abang keluar dari rumah sakit, perlahan-lahan kita akan merapikan kembali pasar yang dihancurkan preman-preman itu. Ayo, sekarang abang berbaring saja lagi …” ucap Lidya seraya membetulkan letak bantal di bawah kepala Daniel.

“Ehem!” suara berdehem seorang wanita, membuyarkan adegan berkasih-kasihan antara Daniel dan Lidya.

“Kau wanita yang semalam?” tanya Daniel seketika mengenali Jenny yang sudah pernah datang menemuinya.

“Betul. Semua biaya rumah sakit sudah dilunasi dan besok kau bisa keluar dari rumah sakit. Tapi dengan satu syarat, kau harus ikut dengan ku untuk menemui Tuan Ming – Vice President Lim Group. Kami sangat membutuhkanmu untuk berpura-pura menjadi David Lim, putra tunggal pewaris Lim Group.” Tanpa berbasa-basi Jenny segera masuk pada inti pertemuan kedua mereka.

“Permintaanmu itu sangat tidak mungkin untuk aku lakukan. Aku tidak bisa berpura-pura menjadi seorang anak pewaris, putra tunggal atau apalah itu. Aku hanya seorang pedagang kecil yang bodoh dan sederhana. Maafkan aku ….” Daniel memalingkan wajahnya dari tatapan Jenny.

“Seratus ribu yuan … jika kau mau bekerja sama dengan kami. Setelah kontrak selesai uang itu menjadi milikmu dan kau bisa kembali menjalani hidupmu seperti biasa.”

Daniel terkejut dengan nominal uang yang disebutkan oleh Jenny. Seratus ribu yuan bukanlah jumlah yang sedikit, apalagi untuk pedagang kaki lima seperti mereka. Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan tapi juga memiliki resiko yang menakutkan.

“Bagaimana?” tanya Jenny dengan nada mendesak.

“Aku–aku butuh waktu untuk berpikir.” ucap Daniel yang seketika membuat Lidya kecewa.

“Abang … dengan seratus ribu yuan kita bisa membuat pesta pernikahan yang sangat mewah.” bisik Lidya.

“Aiisshh! Jangan mengada-ngada.” Daniel meringis kesal, pernyataan Lidya sangatlah tidak membantu.

“Aku harap kau sungguh-sungguh memikirkannya. Aku akan datang kembali besok pagi. Oh yaa … bukankah Eden Liu sahabat kalian? Kalau kau tidak cepat mengambil keputusan, mungkin aku akan memikirkan kembali perpanjangan kontrak kerja Eden sebagai supir utama Lim Group.”

Kali ini Daniel menatap Lidya dengan wajah memelas. Kenapa dirinya selalu saja dihadapkan pada pilihan sulit yang dapat membuat susah orang-orang disekitarnya? Lidya mengelus tangan Daniel pelan, mencoba menenangkan hati Daniel yang semakin tidak menentu.

Bersambung

Selamat datang di novel perdana Deyaa Deyaa di GoodNovel. Follow I* : @caffeinated_writer88

Happy reading!

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
baru pemanasan....lanjuuuutttt
goodnovel comment avatar
Gadis Cantik
Waahh aku baru baca komennya. Terima kasih pak..... ...... baca sampai tamat yaa .... hehehe
goodnovel comment avatar
Rian Harie
aq kasih permata 1 ya Bu Dera...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status