Seharian kemarin saham Lim Group masih berada di posisi yang cukup stabil. Shuo Ming dapat tersenyum puas, setelah Jenny dapat dengan cepat membungkam media cetak yang telah membuat berita menghebohkan itu.
Tapi sialnya, memang sejak meninggalnya Hongli Lim, perusahaan tersebut tidak pernah luput dari pemberitaan panas setiap pekannya. Hingga pagi ini, wajah Tuan Ming kembali menyala panas. Dengan geram dilemparnya surat kabar yang dia baca pagi ini.
‘SKANDAL LIM GROUP : TUAN MUDA VS NONA MUDA’
Sebuah surat kabar lokal yang berbeda telah memuat tulisan dengan huruf besar berwarna merah serta foto makan siang David Lim dan Cecilia.
Riiing! Riing! Riiing!
Dering panggilan telepon tidak berhenti memburu telepon-telepon di lantai 2 gedung Lim Group, department administrasi. Telepon yang sebagian besar berasal dari para wartawan sangat mengusik ketenangan perusahaan itu. Beberapa nomor tidak dikenal juga terus masuk ke ponsel Shuo Ming dan Jenny. Dengan kesal Tuan Ming pun mematikan ponselnya.
“Permisi Tuan Ming!” seorang karyawan dari pusat informasi mengetuk ruangan Shuo Ming dan meminta ijin untuk masuk ke ruangan.
“Silahkan masuk …”
“Maaf-saya mendapatkan panggilan berulang dari media cetak dan juga penyiaran televisi. Mereka meminta David Lim untuk melakukan konferensi pers terkait berita skandal pagi ini.” Ujar karyawan tersebut dengan wajah takut.
“Sialan! Kita harus segera menemukan sumber penyebaran berita-berita murahan ini. Memunculkan David Lim di saat seperti ini tentu saja sangat beresiko.” Tuan Ming memijat dahinya.
“Satu lagi, Tuan …” karyawan itu melanjutkan laporannya, “Nona Cecilia menelpon ke bagian informasi karena anda tidak juga mengangkat panggilannya, katanya wartawan sangat ramai memenuhi apartemennya.”
“Aaarrggghhh!!” Tuan Ming berteriak kesal.
“Jenny, segera temui Cecilia. Aku akan mempertimbangkan permintaan konferensi pers tanpa perlu melibatkan David Lim.”
“Baik, Tuan Ming. Aku akan segera menuju apartemen Nona Cecilia. Permisi!”
***
“Tuan Ming, apa yang sebenarnya terjadi?” Seru Daniel seraya membuka ruang kerja Shuo Ming.
“Aahh-baru saja kau hendak memanggilmu kesini. Pertama-tama aku mau katakan, ini bukanlah kesalahanmu. Ada yang memang sengaja melakukannya. Meskipun saat ini aku mencurigai seseorang tapi aku belum bisa menemukan buktinya.” Tuan Ming menjawab sambil menyilangkan tangannya di dada.
“Lalu, kenapa bisa ada fotoku bersama Cecilia di surat kabar pagi?” tanya Daniel masih tidak memahami betapa mengerikannya dunia dari sisi yang sedang dia hadapi.
“Jenny sedang dalam perjalanan menuju apartemen Cecilia. Selain untuk menenangkan wanita itu, Jenny juga perlu menanyakan beberapa hal kepadanya.” Tuan Ming menaruh melepas kacamata dari wajahnya.
“Ada yang perlu kau ketahui, David dan Cecilia sempat hampir memiliki hubungan khusus, tapi itu sudah lama berakhir. Kejadian itu satu tahun yang lalu, sebelum akhirnya David menghilang. Cecilia pernah mengakui, dia tetap bekerja di sini bukan karena masih mengharapkan David, tapi karena dia memang menyukai perkerjaannya.” Pria itu mengangkat kedua tangannya.
“Jadi mereka pernah berpacaran?” tanya Daniel memastikan.
“lebih tepatnya, sekalipun mereka tidak pernah berpacaran tapi mereka hampir saja bertunangan.”
“Aaahh-hal seperti ini membuat kepalaku pening.” desis Daniel.
“Anak muda, kau ada disini untuk menolongku kan? Juga-menolong seluruh karyawan Lim Group?”
Daniel terdiam. Seberat itukah peran yang sedang dia jalani saat ini? Menyangkut hajat hidup orang banyak?
“Apa yang harus aku lakukan?” katanya pada akhirnya.
“Siang ini kita akan mengadakan konferensi pers terkait skandal hubunganmu dengan Cecilia.” Tuan Ming menatap Daniel tajam.
“Sebagai seorang yang sangat mengenal David Lim … menurut anda, apakah dia juga mau melakukan hal itu?” pertanyaan itu terlintas begitu saja dibenak Daniel.
***
“Nona Cecilia, tolong menengok sebentar.”
“Anda terlihat berseri-seri, nona. Apa ini karena kemunculan kembali David Lim?”
“Pertunangan anda dengan David Lim kapan akan dilaksanakan kembali?”
“Anda mau pergi kemana? Di mana mantan tunangan anda berada sekarang?”
Di balik masker dan topi yang diturunkan hampir menutupi setengah wajahnya, Cecilia menahan air matanya yang hampir menetes.
“Minggir kalian! Jika ada di antara kalian yang terus melemparkan pertanyaan tidak sopan, aku akan mencatat nama media kalian dan melaporkannya kepada pihak berwajib!” Jenny menatang para wartawan sambil terus memegangi tangan Cecilia.
Seorang petugas keamanan apartemen menolong mereka untuk melewati wartawan yang terus menerus mendesak Cecilia dengan pertanyaan-pertanyaan seputar hubungannya dengan David Lim.
“Cecilia, kita tidak ada waktu untuk berbicang santai. Aku akan segera membawamu ke apartemenku. Sekitar satu jam lagi akan ada konferensi pers di kantor Lim Group, mungkin terkait berita skandal diantara kalian.”
“Apa? Bagaimana mungkin David akan melakukan konferensi pers? Setahun yang lalu bahkan dia tidak menjelaskan apapun kepadaku perihal keputusannya. Lantas kenapa sekarang dia seolah ingin membuktikan sesuatu?” Cecilia menghela nafas kecewa.
***
Rudy Ang menatap layar televisi dengan tatapan tidak percaya. Berita tentang David Lim menjadi perbincangan yang ramai di semua saluran televisi. Mulutnya menganga dan menatap tak berkedip pada salah satu tayangan yang mengulas foto David bersama Cecilia.
“Ternyata si berengsek itu benar-benar sudah kembali. Seharusnya malam itu aku menghantamnya lebih keras,” dengus Rudy kesal, “pria itu masih berhutang 5 yuan kepadaku. Sial! Kenapa juga hanya itu yang aku ingat darinya? Tapi itu memang menjengkelkan.”
“Konferensi pers terkait berita skandal David Lim–putra tunggal pewaris Lim Group dengan Cecilia akan berlangsung kurang lebih satu jam lagi.” penuturan reporter televisi dari depan gedung Lim Group semakin mengejutkan Rudy.
“Sejak kapan David jadi suka tampil di depan media? Ini sungguh aneh. Aku harus segera menyusulnya.” Rudy segera meraih kunci mobilnya.
“Hei! Kau mau kemana? Aku sudah membuatkan makanan untukmu.” Seru wanita yang hari itu rela tidak masuk bekerja atas permintaan kekasihnya.
“Aku harus segera pergi. Yang kau lihat malam itu di bar benarlah David Lim. Siaran televisi hari ini dipenuhi dengan berita skandal dirinya dan Cecilia. Padahal sebentar lagi akan diadakan rapat besar pemegang saham … aah … merepotkan sekali!” pria itu mengecup pipi kekasihnya dan bergegas menuju kantor Lim Group yang dapat ditempuh dalam waktu setengah jam dengan mengendarai mobil sportnya.
“Sekalipun saat ini Huangjia Petroleum berada di peringkat kedua saham tertinggi di China, tapi aku tidak mau melepaskan keuntungan begitu saja dari perusahaan emas itu. Pergi lalu datang lagi tanpa terduga, apa yang sedang dia pikirkan?”
Rudy memacu kendaraannya lebih cepat lagi membelah jalanan, sedang layar monitor yang memantau pergerakan grafik saham terus menyala pada panel di dalam mobilnya.
Lebih cepat dari yang diperkirakan. Rudy memarkirkan mobilnya pada sisi gedung yang tersembunyi. Puluhan wartawan sudah berkumpul memadati halaman depan kantor. Rudy merapatkan jaketnya, lalu menyamarkan wajahnya dengan memakai kacamata hitam andalannya. Berjalan menyelinap melalui pintu darurat gedung dan mencari David Lim.
DRAP! DRAP! DRAP!Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari
Keesokan harinya di gedung Lim Group,“Aku akan menyampaikan hasil data dari konferensi pers kemarin. Pada dasarnya tanggapan positifnya mencapai lebih dari 60%. Khususnya tanggapan mengenai pernyataan David Lim mengenai program kepedulian kepada masyarakat.” Jenny membacakan laporan yang sudah berhasil dirangkumnya dari malam hingga siang hari ini.“Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, nama David Lim segera menduduki trending topic pencarian di media sosial. Meski masyarakat masih tidak menemukan jawaban mengenai menghilangnya David tapi para investor dan pemegang saham terlihat puas.”Dengan cekatan Jenny menyalakan layar monitor persegi di ruangan David Lim. Ketiga orang di ruangan itu menatap grafik saham yang langsung terpampang begitu layar menyala.“Tidak diragukan! Grafik saham sudah menunjukkan kestabilan pada saham Lim Group. Walau masih ada rumor spekulatif mengenai David dan Cecilia, tapi berdasarkan
Meski berdasarkan penjabaran Jenny, saham Lim Group sudah kembali stabil tapi masih ada sesuatu yang mengganjal bagi Shuo Ming. Selama kurang dari dua bulan ini rasanya ada beberapa hal lagi yang perlu dibenahi untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan.Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan pria itu.“Silahkan masuk, Cecilia …” Dengan raut wajah sedih Cecilia masuk ke ruangan Shuo Ming.“Permisi, Tuan Ming.” Ucap wanita itu menundukkan kepalanya.“Bagaimana keadaanmu hari ini?”“Aku? Baik dan tidak baik, tergantung anda menanyakan keadaan yang mana.”“Apa kau sudah bertemu lagi dengan David hari ini?”Cecilia menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana mungkin setelah kejadian yang sangat menghebohkan itu, dia langsung berani bertatapan dengan David Lim lagi? Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, menatap lurus ke arah lantai.&ld
“Abang, kenapa selalu makan siang di kedai kecil ini? Tidak takut ada yang mengikuti?” Lidya menyorongkan sepiring nasi dengan lauk kesukaan Daniel.“Masakan buatanmu jauh lebih enak dari masakan restaurant.” Daniel mengambil piring yang disodorkan, wangi telur setengah matang dengan sayur tumis menggugah selera makannya.“Apa kau tidak pernah bercita-cita untuk memiliki kedai makanan di tempat yang lebih nyaman?” tanya Daniel menyelidik.“Hanya bermimpi kan? Tentu saja pernah. Tapi hanya menjadi pedagang kaki lima pun aku sudah senang. Aku punya pelanggan tetap.” Lidya melebarkan tangannya menunjuk para pelanggannya yang terus berdatangan.Daniel tersenyum simpul pada kesederhanaan yang ditunjukkan Lidya. Diapun semakin bersemangat menyantap makanannya bersama dengan para buruh kasar pelanggan utama kedai itu. Sementara menyuapkan makanan ke mulutnya, Danielpun dapat mendengar obrolan para buruh tersebut.
“Sayang, kenapa kau lama sekali?” Rudy berdiri dan memeluk manja kekasihnya.“Lepaskan aku! Aku masih berkeringat. Pekerjaanku hari ini sangat melelahkan.” Wanita itu mendorong tubuh Rudy lalu melepaskan long coat yang dia kenakan.Tubuh mulus wanita itu hanya terbalut sebuah blus tanpa lengan berwarna biru yang sangat serasi dengan kulit putihnya. Rok di atas lututnya tersingkap saat wanita itu menyesuaikan posisi duduknya. Sialnya, Daniel tidak bisa mengajak matanya untuk bekerja sama. Dia bergitu terpaku pada wanita yang kini kembali berdiri untuk memesan makanannya.“Woooaaahh! Jangan bilang kau sedang mencoba menghipnotis kekasihku dengan pesonamu. Tolong berikanlah waktu kepadaku sebentar lagi saja untuk menjadi pria populer.” kelakar Rudy.“Ooohh–tidak! Tentu saja tidak. Hanya saja sepertinya aku pernah berjumpa dengan kekasihmu, entah di mana.” Ucap Daniel segenap hati.“A
“Jawab pertanyaanku, nona. Apa kau baru saja berbicara dengan Nyonya Tao di desa Jiaju?” Daniel melangkah maju memojokkan wanita di depannya. “Ka–kau salah dengar, David. Bukan Tao tapi Lao.” Wanita itu reflek mengalihkan pandangannya dari Daniel. “Kau baru saja menunjukkan kalau kau berbohong, nona. Sekarang katakan kepadaku, siapa namamu?” Daniel terus memojokkan wanita yang sudah tidak bisa menghindar lagi. “Na–namaku … Eeehhh …” “PRIA MESUM! BERENGSEK!” Teriakan seorang wanita tiba-tiba memecah konsentrasi Daniel yang hampir berhasil mendapatkan identitas wanita itu. Namun dengan sigap Daniel menahan tubuh wanita yang hendak mengambil kesempatan untuk pergi darinya itu. “Katakan cepat!” desak Daniel. “BAJINGAN! LEPASKAN AKU!” Suara teriakan itu terdengar kembali dan kini Daniel dapat dengan jelas mengenali suara wanita yang berteriak itu. “Cecilia? Sial!” Daniel dihadapkan pada
“Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana keadaannya?” Daniel dengan gelisah menunggu di ruang tamu apartement Cecilia. “Dia sudah lebih tenang. Mungkin sebentar lagi dia akan tertidur.” “Huufffttt! Untung saja. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Jenny ….” “Hanya terima kasih? Kau sudah membangunkan seorang gadis tengah malam dan sekarang sudah hampir jam 2 dini hari.” Jenny memasang wajah menggoda. “Mau apa kau?” Daniel melangkah mundur melihat Jenny yang berjalan mendekat dengan wajah menyeringai yang aneh. “Pasti tidak enak rasanya hanya dapat melihat wanita yang menggeliat erotis tanpa bisa menolongnya … iya kan? Jujur saja ....” “Tidak! Ini salah! Aku mohon jangan memancingku ….” Daniel terus berjalan mundur hingga tanpa sengaja kakinya tersandung sofa. Pria itu kini terduduk sambil terus berusaha menghindari Jenny yang berjalan semakin dekat. “HAHAHAHAHA! BODOH!” Jenny melempar bantal kursi ke kepala Daniel.
“Kalau begitu aku akan kembali keruanganku. Jenny memberikan banyak sekali buku untuk aku pelajari. Nutrisi sempurna untuk otak pedagang kecil sepertiku.” Daniel tersenyum kecut.Saat pintu sudah kembali tertutup dan Daniel mungkin sudah sampai keruangannya, Shuo Ming kembali memasang wajah serius dan menatap Jenny lekat.“Apa ada yang aneh denganku?” Jenny merasa canggung dengan tatapan bossnya.“Begini, sebenarnya sejak tadi aku penasaran akan satu hal.” ucap Shuo Ming.“Apa itu?”“Kau yakin Daniel Yuwan itu hanya seorang pedagang kecil?” sebuah pertanyaan menyelidik yang tidak terduga.“Hmm … seperti yang dia katakan tadi, dia memang hanya pedagang kecil di pasar illegal. Kenapa anda tiba-tiba menanyakan hal itu?” Jenny balas bertanya curiga.“Aku tidak terlalu yakin kenapa. Tapi rasanya orang itu terlalu cerdas jika dikatakan hanya seorang pedagan
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”Serena menyodorkan dua potong
Serombongan polisi menggerebek gedung tua setelah ada warga sipil yang kebetulan lewat di dekat gedung itu dan mendengar suara tembakan yang hampir tanpa jeda. Polisi berbondong-bondong masuk dengan menembakkan beberapa peluru ke udara.Eden serta sepasang orang tua yang tengah begulat batin dengannya itupun terkejut dengan kedatangan para polisi. Mendengar suara tembakan dari luar gedung seketika membuat wanita tua itu berlari dan melompat keluar gedung melalui jendela.Tubuh Eden diseret masuk ke dalam mobil polisi, Eden mengikuti langkah polisi yang telah memborgol tangannya tanpa perlawanan. Baginya saat ini keselamatan dirinya di atas segalanya. Perkara masuk penjara pasti nanti juga akan di selesaikan oleh sahabatnya. Itu juga kalau pria tampan itu belum mati–pikir Eden.“Kau utusan Lim Group, kan?” pertanyaan seorang polisi dari balik kemudi membuat Eden terhenyak.Dari mana orang itu tahu kalau dia salah satu pekerja Lim Group? S
Civic berharga dua digit milyar itu melaju dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya hampir-hampir tak menginjak pedal rem selama perjalanannya. Terus saja melajukan kendaraan roda empat itu melesat menembus jalanan.Beberapa hari yang lalu David Lim telah bertemu dengan Serena Yao dalam pertemuan yang ganjil. Kala itu dirinya sempat memeluk tubuh wanita yang selalu menjadi candu baginya itu. Bahkan dia sempat menghirup wangi rambut wanita itu–wanginya masih sama dengan wangi yang dihirupnya pada sela-sela permainan panas mereka di kamar hotel.“Sial! Seharusnya aku langsung membawa saja Serena pergi dari desa Jiaju. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya ada hal buruk yang menimpa dia.” David menggigit bibir bawahnya penuh rasa bersalah.Diinjaknya tegas pedal gas menembus perbatasan kota Hong Kong dengan hutan menjadi sumber oksigen terbesar di negara tirai bambu itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eden ataupun David untuk menurunkan jend
Eden mengangkat tinggi tinjunya, siap dihujamkan ke wajah pria tua yang menatapnya dingin. Jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan pembunuh bayaran, pikir Eden. Begitu profesional sampai kepada ekspresi yang sulit untuk ditebak. Tapi Eden begitu yakin kalau pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan tangan kosong.CEKREK!Suara kokangan senjata api terdengar dekat sekali dengan pelipisnya. Eden lupa kalau pria itu bersama dengan seorang wanita yang tadi sempat menembakkan peluru ke arah David. Sebersit rasa takut menyelinap di hati Eden, namun segera disingkirkannya – dia tak mau mati konyol di tangan para orang tua.“Kau masih ingat rasa biang-biang ming buatanku? Aku rindu memasak lagi untuk kalian bertiga … kini aku mulai membayangkan seperti apa wajah Serena Yao. Gadis cantik yang telah mencuri hati pemuda tampanku.” Wanita tua itu menyeringai, senjata apinya terangkat lurus – siap menembus kepala Eden.Eden kemb
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas