“Daniel! Eden! Buka pintunya!”
Dengan menenteng dua kantong kertas besar Jenny memencet tombol interkom di samping pintu apartemen yang menjadi hunian Daniel Yuwan selama menjadi David Lim. Stu menit, dua menit Jenny menunggu, tapi tak kunjung terlihat tanda-tanda kehidupan di dalam apartement itu.
“Oh my-kalau begitu aku akan membukanya dengan kunci cadangan. Semoga saja tidak ada keanehan yang diperbuat oleh dua orang pria di dalam sana.”
Ting! Pintu apartemen terbuka dengan satu sentuhan kartu ajaib.
“Daniel … Eden … di mana kalian?”
Melihat ruang utama apartemen yang bersih dan rapi, sedikit banyak membuat Jenny merasa lega. Namun tetap saja dia merasakan adanya kejanggalan. Di mana kedua orang itu?
“Groookkk!! Groookk!!”
“Suara mengerikan apa itu?” Jenny menaruh kantong-kantong yang dibawanya dan mencari-cari sumber suara.
“Astaga! Apa yang sedang kalian lakukan?!” Jenny berteriak histeris kala matanya menangkap sosok dua orang pria dewasa yang tengah berpelukan.
“Ahh-no-nona Jenny!” Daniel bangun dengan gelagapan, segera menjauhkan tubuh Eden yang tengah memeluknya.
“Ka-kami tidak melakukan apapun. Eden! Cepat bangun …” Daniel bergegas bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Jenny.
“Hati-hati!” Seru Jenny saat Daniel berjalan dengan langkah limbung akibat efek alkohol yang masih tersisa di tubuhnya.
Daniel duduk dengan patuh pada kursi tinggi yang terdapat di dapur. Dengan kepala yang masih merasa sakit dia memperhatikan Jenny yang sibuk bergerak selayaknya seorang wanita yang sudah terbiasa dengan urusan dapur.
“Ayoo minum!” Jenny meletakkan cangkir berisi teh hijau ‘Xing Jing’ di atas meja.
Daniel meraih cangkir teh lalu meneguknya perlahan. Hangatnya teh yang mengalir melewati tenggorokan seketika membuat perasaan Daniel menjadi lebih baik.
“Kalau kau sudah merasa baikan, segeralah mandi dan bersiap pergi. Nah-pakailah ini. Semoga saja aku tidak salah menilai ukuran tubuhmu, karena hari ini untuk pertama kalinya kau harus datang ke kantor pusat Lim Group sebagai David Lim.”
“Aahh-baiklah.” Daniel memaksakan senyumnya.
Faktanya, kepalanya masih belum pulih seutuhnya untuk bisa kembali diajak berpikir sesuatu yang berat. Namun apa daya, dia harus bisa segera menyesuaikan diri dengan peran barunya. Apalagi semalam dia hampir saja melakukan sebuah kesalahan yang berpotensi mengacaukan semuanya.
***
“Selamat pagi …”
“Selamat pagi, Tuan Lim.”
“Selamat datang kembali, Tuan.”
Karyawan-karyawan wanita yang selama ini selalu menjadi pengagum rahasia David Lim telah berjajar pada lorong-lorong ruang kantor yang akan dilewati oleh boss besar mereka tersebut.
“Selamat pagi ….” Sapa Daniel ramah.
“Lama tidak berjumpa, anda semakin tampan saja.” ucap seorang wanita centil.
“Terima kasih ….” Daniel menebarkan senyuman yang membuat hati para wanita itu bergetar.
“Mau aku buatkan kopi, Tuan Lim?” seorang wanita lain yang tidak kalah centil berjalan mendekati Daniel yang terus berjalan mencari ruangan David Lim.
“Boleh saja. Tapi apa kau tahu letak ruanganku?” tanya Daniel berpura-pura mengetes salah satu karyawannya.
“Ruangan anda kan tidak pernah berpindah dari lorong sebelah kanan lantai ini.” jawab wanita itu tanpa curiga.
Sebuah jawaban yang memuaskan. Daniel kembali melemparkan senyuman yang berhasil memancing teriakan iri dari karyawati lain.
“Lorong sebelah kanan ….” Gumam Daniel mengambil langkah lebih cepat menuju ruangan kerjanya.
Krieeett!
Dia masih belum mengetahui dengan jelas tujuan kedatangannya hari ini ke kantor Lim Group. Jenny hanya mengatakan bahwa hal tersebut baik untuk dilakukan mengingat David sudah cukup lama menghilang. Langkah kaki Danielpun terhenti pada salah satu pintu yang bertuliskan nama ‘David Lim’ pada depannya.
Daniel mendorong pintu itu pelan.
“Selamat pagi! Dari senyumanmu, aku dapat menebak kalau kau cukup menikmati kepopuleran seorang David Lim.”
Daniel terkejut pada sosok Tuan Ming yang ternyata sudah menunggunya di dalam ruang kerja David Lim.
“Aahh-para wanita itu … Apa mereka selalu seperti itu?” tanya Daniel malu.
“Tuan muda kaya, tampan dan masih bujangan. Siapapun wanitanya pasti akan mencari kesempatan untuk bisa berdekatan dengan sosok yang kini sedang kau perankan. Sayangnya, David terkenal sebagai pria yang dingin terhadap wanita.”
Daniel menggaruk kepalanya. Mudah-mudahan saja keramahannya tadi tidak sampai berlebihan hingga menimbulkan kecurigaan diantara para karyawan.
“Daniel … Hmm… maaf, David. Aku harus membiasakan diri memanggilmu dengan nama David selama berada di lingkungan perusahaan.” Ucap Tuan Ming, lalu dengan gerakan tangannya, dia mempersilahkan Daniel untuk duduk di kursi kerjanya.
“Secara hirarki, jabatanku memang berada di bawahmu. Tapi satu hal yang perlu kau ketahui-sejak meninggalnya Hongli Lim, pendiri Lim Group sekaligus ayah kandung David, satu-satunya penasihat bisnis bagi David hanyalah diriku. Nanti kau akan tahu, betapa mengerikannya dunia bisnis hingga rekan kerjapun bisa menjadi musuh dalam selimut.”
Daniel mengangguk-angguk pada penjelasan yang Shuo Ming, sang vice president Lim Group. Tuan Ming kemudian menyalakan sebuah layar monitor yang terdapat di ruangan tersebut. Layar menampilkan sebuah gambar diagram bergerak statis.
“Kau tahu diagram apa ini?” tanya pria itu seraya menunjuk layar dengan laser pointer, “Diagram ini akan menunjukkan pergerakan saham Lim Group juga dengan perusahaan besar lainnya yang berada di China dan aku harap grafik saham Lim Group tidak akan menyentuh garis merah terendah, setidaknya sampai rapat besar digelar.”
Daniel yang sama sekali belum mengerti dengan apa yang sedang dijelaskan oleh pria penuh wibawa itu mengerutkan dahinya penuh tanda tanya.
“Aahh–kau pasti bingung dengan penjelasanku. Intinya, aku hanya ingin memberitahumu bahwa mulai saat ini semua tindakanmu akan terekam dalam grafik bisnis China dan itu akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan ini.” Tuan Ming berdiri tepat di hadapan Daniel dan menghalangi padangan mata Daniel yang masih tertuju pada layar grafik.
“Jadi, apapun tindakan yang mau kau lakukan, konsultasikanlah terlebih dahulu denganku. Aku tidak mau mendengar ada kekacauan yang kau buat di luar sana, seperti apa yang kau lakukan semalam bersama Rudy Ang. Jangan sampai ada hal seperti itu lagi untuk kedua kalinya.” Nada suara pria itu penuh ancaman.
“Ba-baik, Tuan Ming.” jawab Daniel terbata.
“Satu hal lagi. Cukup dua orang sahabatmu saja yang mengetahui identitas aslimu.”
Daniel kembali mengangguk dan menelan ludahnya yang kering.
***
“Sebagai David Lim kau memiliki kekuasaan penuh semua yang ada di gedung ini. Dari lantai dasar hingga lantai 5. Setiap lantai terdiri dari berbagai department yang menunjang bisnis Lim Group.”
Daniel berada dalam lift yang akan membawanya kepada lantai paling atas gedung tersebut.
‘Lantai paling atas, department eksplorasi–unit bisnis pengelola sumber daya alam sebagai bahan mentah sebelum masuk ke dalam proses produksi. Kau akan bertemu dengan Alex Chen, ketua tim sekaligus sahabat dekat Hongli Lim. David Lim biasa memanggilnya dengan sebutan Uncle Chen. Temui dia dan pelajari datanya.’ Titah pertama telah turun dari Tuan Ming kepada Daniel, sebagai proses adaptasi peran.
“Selamat pagi, David. Apa kau menikmati cuti liburanmu? Liburan yang cukup panjang, bukan?” Alex Chen menyambut kedatangan David Lim dengan senang hati.
“Iya-cukup menyenangkan. Apa ada kesulitan selama aku tidak ada di sini?” Daniel melemparkan sebuah pertanyaan berdasarkan petunjuk Tuan Ming.
“Ahh-aku memang sudah sangat menantikan kedatanganmu. Karena aku tidaklah mungkin meminta Shuo Ming untuk menandatangani proposal perluasan lahan pengeboran minyak yang baru.” Daniel mengamati setiap gerakan pria yang mungkin berusia lebih dari 50 tahun itu.
“Kau katakan tadi tidak mungkin meminta Shuo Ming untuk menandatangani proposal itu-kenapa?”
“Perluasan lahan sama dengan penambahan biaya operasional. Akan melalui evaluasi yang sangat panjang kalau aku harus menyerahkannya terlebih dahulu kepada vice president pelit itu. Sementara kau tahu sendiri, perluasan lahan sangat tidak bisa ditunda karena cadangan minyak di daerah yang lama sudah mulai habis.” Pria itu kemudian menyerahkan sebuah dokumen tebal kehadapan Daniel.
“Aku sarankan agar kau cepat menandatanganinya, kalau tidak Huangjia Petroleum akan lebih dahulu menguasai daerah tersebut.”
Daniel menatap kikuk pada dokumen yang disodorkan kepadanya. Dalam benaknya masih sangat jelas tergambar pesan dari Tuan Ming ‘apapun tindakan yang mau kau lakukan, konsultasikanlah terlebih dahulu denganku’. Daniel menarik nafas panjang lalu menutup lembaran dokumen tersebut.
“Maafkan aku Uncle Chen, tapi tidak ada satu orangpun yang bisa mendesakku.” ujar Daniel diplomatis.
“Tidak mungkin secepat itu! Anak buahku sebelumnya sudah menyelidiki tentang keberadaan David Lim dan tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencium jejaknya.” Wanita seksi dalam balutan office style bernuansa maroon itu menatap tajam lawan bicaranya.“Aahhh-kau baru saja meragukanku. Aku sangat yakin kalau yang aku lihat malam itu pastilah David Lim. Lihatlah! Walaupun tidak terlalu jelas, tapi aku sempat mengambil gambar saat pria itu menenggak alkoholnya.” Lawan bicara wanita itu merupakan seorang pemuda berpakaian kasual, memperlihatkan layar ponselnya yang berhasil mengambil potret sosok Daniel Yuwan.“… dan kalau aku tidak salah mengenali orang, aku juga melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan sekertaris Shuo Ming … hmm … namanya ….”“Jenny?”“Tepat sekali! Wanita itu bernama Jenny. Nah! Kau sudah mendapatkan berita panas terkini dariku. Sekarang
Seharian kemarin saham Lim Group masih berada di posisi yang cukup stabil. Shuo Ming dapat tersenyum puas, setelah Jenny dapat dengan cepat membungkam media cetak yang telah membuat berita menghebohkan itu.Tapi sialnya, memang sejak meninggalnya Hongli Lim, perusahaan tersebut tidak pernah luput dari pemberitaan panas setiap pekannya. Hingga pagi ini, wajah Tuan Ming kembali menyala panas. Dengan geram dilemparnya surat kabar yang dia baca pagi ini.‘SKANDAL LIM GROUP : TUAN MUDA VS NONA MUDA’Sebuah surat kabar lokal yang berbeda telah memuat tulisan dengan huruf besar berwarna merah serta foto makan siang David Lim dan Cecilia.Riiing! Riing! Riiing!Dering panggilan telepon tidak berhenti memburu telepon-telepon di lantai 2 gedung Lim Group, department administrasi. Telepon yang sebagian besar berasal dari para wartawan sangat mengusik ketenangan perusahaan itu. Beberapa nomor tidak dikenal ju
DRAP! DRAP! DRAP!Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari
Keesokan harinya di gedung Lim Group,“Aku akan menyampaikan hasil data dari konferensi pers kemarin. Pada dasarnya tanggapan positifnya mencapai lebih dari 60%. Khususnya tanggapan mengenai pernyataan David Lim mengenai program kepedulian kepada masyarakat.” Jenny membacakan laporan yang sudah berhasil dirangkumnya dari malam hingga siang hari ini.“Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, nama David Lim segera menduduki trending topic pencarian di media sosial. Meski masyarakat masih tidak menemukan jawaban mengenai menghilangnya David tapi para investor dan pemegang saham terlihat puas.”Dengan cekatan Jenny menyalakan layar monitor persegi di ruangan David Lim. Ketiga orang di ruangan itu menatap grafik saham yang langsung terpampang begitu layar menyala.“Tidak diragukan! Grafik saham sudah menunjukkan kestabilan pada saham Lim Group. Walau masih ada rumor spekulatif mengenai David dan Cecilia, tapi berdasarkan
Meski berdasarkan penjabaran Jenny, saham Lim Group sudah kembali stabil tapi masih ada sesuatu yang mengganjal bagi Shuo Ming. Selama kurang dari dua bulan ini rasanya ada beberapa hal lagi yang perlu dibenahi untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan.Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan pria itu.“Silahkan masuk, Cecilia …” Dengan raut wajah sedih Cecilia masuk ke ruangan Shuo Ming.“Permisi, Tuan Ming.” Ucap wanita itu menundukkan kepalanya.“Bagaimana keadaanmu hari ini?”“Aku? Baik dan tidak baik, tergantung anda menanyakan keadaan yang mana.”“Apa kau sudah bertemu lagi dengan David hari ini?”Cecilia menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana mungkin setelah kejadian yang sangat menghebohkan itu, dia langsung berani bertatapan dengan David Lim lagi? Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, menatap lurus ke arah lantai.&ld
“Abang, kenapa selalu makan siang di kedai kecil ini? Tidak takut ada yang mengikuti?” Lidya menyorongkan sepiring nasi dengan lauk kesukaan Daniel.“Masakan buatanmu jauh lebih enak dari masakan restaurant.” Daniel mengambil piring yang disodorkan, wangi telur setengah matang dengan sayur tumis menggugah selera makannya.“Apa kau tidak pernah bercita-cita untuk memiliki kedai makanan di tempat yang lebih nyaman?” tanya Daniel menyelidik.“Hanya bermimpi kan? Tentu saja pernah. Tapi hanya menjadi pedagang kaki lima pun aku sudah senang. Aku punya pelanggan tetap.” Lidya melebarkan tangannya menunjuk para pelanggannya yang terus berdatangan.Daniel tersenyum simpul pada kesederhanaan yang ditunjukkan Lidya. Diapun semakin bersemangat menyantap makanannya bersama dengan para buruh kasar pelanggan utama kedai itu. Sementara menyuapkan makanan ke mulutnya, Danielpun dapat mendengar obrolan para buruh tersebut.
“Sayang, kenapa kau lama sekali?” Rudy berdiri dan memeluk manja kekasihnya.“Lepaskan aku! Aku masih berkeringat. Pekerjaanku hari ini sangat melelahkan.” Wanita itu mendorong tubuh Rudy lalu melepaskan long coat yang dia kenakan.Tubuh mulus wanita itu hanya terbalut sebuah blus tanpa lengan berwarna biru yang sangat serasi dengan kulit putihnya. Rok di atas lututnya tersingkap saat wanita itu menyesuaikan posisi duduknya. Sialnya, Daniel tidak bisa mengajak matanya untuk bekerja sama. Dia bergitu terpaku pada wanita yang kini kembali berdiri untuk memesan makanannya.“Woooaaahh! Jangan bilang kau sedang mencoba menghipnotis kekasihku dengan pesonamu. Tolong berikanlah waktu kepadaku sebentar lagi saja untuk menjadi pria populer.” kelakar Rudy.“Ooohh–tidak! Tentu saja tidak. Hanya saja sepertinya aku pernah berjumpa dengan kekasihmu, entah di mana.” Ucap Daniel segenap hati.“A
“Jawab pertanyaanku, nona. Apa kau baru saja berbicara dengan Nyonya Tao di desa Jiaju?” Daniel melangkah maju memojokkan wanita di depannya. “Ka–kau salah dengar, David. Bukan Tao tapi Lao.” Wanita itu reflek mengalihkan pandangannya dari Daniel. “Kau baru saja menunjukkan kalau kau berbohong, nona. Sekarang katakan kepadaku, siapa namamu?” Daniel terus memojokkan wanita yang sudah tidak bisa menghindar lagi. “Na–namaku … Eeehhh …” “PRIA MESUM! BERENGSEK!” Teriakan seorang wanita tiba-tiba memecah konsentrasi Daniel yang hampir berhasil mendapatkan identitas wanita itu. Namun dengan sigap Daniel menahan tubuh wanita yang hendak mengambil kesempatan untuk pergi darinya itu. “Katakan cepat!” desak Daniel. “BAJINGAN! LEPASKAN AKU!” Suara teriakan itu terdengar kembali dan kini Daniel dapat dengan jelas mengenali suara wanita yang berteriak itu. “Cecilia? Sial!” Daniel dihadapkan pada
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”Serena menyodorkan dua potong
Serombongan polisi menggerebek gedung tua setelah ada warga sipil yang kebetulan lewat di dekat gedung itu dan mendengar suara tembakan yang hampir tanpa jeda. Polisi berbondong-bondong masuk dengan menembakkan beberapa peluru ke udara.Eden serta sepasang orang tua yang tengah begulat batin dengannya itupun terkejut dengan kedatangan para polisi. Mendengar suara tembakan dari luar gedung seketika membuat wanita tua itu berlari dan melompat keluar gedung melalui jendela.Tubuh Eden diseret masuk ke dalam mobil polisi, Eden mengikuti langkah polisi yang telah memborgol tangannya tanpa perlawanan. Baginya saat ini keselamatan dirinya di atas segalanya. Perkara masuk penjara pasti nanti juga akan di selesaikan oleh sahabatnya. Itu juga kalau pria tampan itu belum mati–pikir Eden.“Kau utusan Lim Group, kan?” pertanyaan seorang polisi dari balik kemudi membuat Eden terhenyak.Dari mana orang itu tahu kalau dia salah satu pekerja Lim Group? S
Civic berharga dua digit milyar itu melaju dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya hampir-hampir tak menginjak pedal rem selama perjalanannya. Terus saja melajukan kendaraan roda empat itu melesat menembus jalanan.Beberapa hari yang lalu David Lim telah bertemu dengan Serena Yao dalam pertemuan yang ganjil. Kala itu dirinya sempat memeluk tubuh wanita yang selalu menjadi candu baginya itu. Bahkan dia sempat menghirup wangi rambut wanita itu–wanginya masih sama dengan wangi yang dihirupnya pada sela-sela permainan panas mereka di kamar hotel.“Sial! Seharusnya aku langsung membawa saja Serena pergi dari desa Jiaju. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya ada hal buruk yang menimpa dia.” David menggigit bibir bawahnya penuh rasa bersalah.Diinjaknya tegas pedal gas menembus perbatasan kota Hong Kong dengan hutan menjadi sumber oksigen terbesar di negara tirai bambu itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eden ataupun David untuk menurunkan jend
Eden mengangkat tinggi tinjunya, siap dihujamkan ke wajah pria tua yang menatapnya dingin. Jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan pembunuh bayaran, pikir Eden. Begitu profesional sampai kepada ekspresi yang sulit untuk ditebak. Tapi Eden begitu yakin kalau pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan tangan kosong.CEKREK!Suara kokangan senjata api terdengar dekat sekali dengan pelipisnya. Eden lupa kalau pria itu bersama dengan seorang wanita yang tadi sempat menembakkan peluru ke arah David. Sebersit rasa takut menyelinap di hati Eden, namun segera disingkirkannya – dia tak mau mati konyol di tangan para orang tua.“Kau masih ingat rasa biang-biang ming buatanku? Aku rindu memasak lagi untuk kalian bertiga … kini aku mulai membayangkan seperti apa wajah Serena Yao. Gadis cantik yang telah mencuri hati pemuda tampanku.” Wanita tua itu menyeringai, senjata apinya terangkat lurus – siap menembus kepala Eden.Eden kemb
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas