POV NINDIKurasakan tubuhku ada yang menindih dan mulutku dibekap tangan. Hembusan nafas memburu sangat terasa menerpa wajahku. Aku berontak sekuat tenaga, kugapai lampu tidur lalu kupukulkan ke kepalanya. Berhasil! Orang itu terjatuh lalu secepat kilat menyelinap ke luar kamar.Sudah pukul 03.13 WIB. Mungkinkah itu maling? Aku sangat ketakutan.Gegas kukunci kembali pintu kamar. Perasaanku tadi pintu sudah terkunci kenapa orang itu dengan mudah bisa masuk kamar yang kutempati.âAda apa sih, Nin. Malam-malam begini teleponin Mamah? Tinggal ketuk pintu kamar, kok!â gerutu mamah saat menghampiriku.âMah, tadi ada yang menyelinap masuk kamarku dan berusaha melecehkanku,â jawabku gemetar.âYa ampun, Nindi! Kamu mimpi kali! Mana ada maling masuk rumah ini. Kamu kan, tahu sendiri rumah ini dipagar tinggi ada satpam juga.â Mamah tetap tidak percaya pada ceritaku.âMah, aku enggak bohong ....ââSudah kamu tidur lagi sana! Masih malam ini. Lagi pula kenapa kamu tidur sendiri ke mana Anin?â tan
Mengetahui aku sakit Tante Tari sangat cemas. Hingga akhirnya membawaku untuk tinggal bersama mereka.Baru saja beberapa hari merasakan jadi orang kaya Alya terus saja merajuk akhirnya om Hendra memutuskan untuk membawa aku dan ke dua orang tuaku ngontrak rumah. Mau tidak mau aku kembali menuruti. Setidaknya aku sekarang sekolah di tempat Alya.Hari-hari kujalani dengan bahagia. Om Hendra juga meminjami Papahku mobil aku sekarang setiap hari pulang pergi sekolah naik mobil.Aku berkawan dengan orang-orang yang mengasyikkan pergi ke tempat karaoke hampir tiap hari untuk bersenang-senang. Saat kelulusan SMP itulah aku kehilangan kegadisanku bersama pacarku. Aku melakukannya dengan sadar dan atas dasar suka sama suka. Kata mereka pacaran memang harus begitu. Itu gaya orang-orang keren. Aku nurut saja toh, aku pun menikmatinya.Berbeda dengan Alya, meski dia orang kaya hidupnya monoton begitu saja. Belajar dan belajar. Ditambah lagi Alya menutupi kecantikannya dengan memakai jilbab jika k
Assalamualaikum everyone đbantu follow akunku yaaa. Untuk yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih đ,đ¸đ¸đ¸ NINDIAku terharu saat Alya memberiku uang 1 juta rupiah katanya untuk beli makanan jika aku lapar.Makanan rumah sakit memang tidak enak rasanya di lidahku yang terbiasa makan makanan orang kaya. Aku tidak berhenti merutuki diriku sendiri yang super ceroboh. Gara-gara kecerobohanku aib dan jati diriku jadi terungkap.Setelah lama termenung aku putuskan untuk memberi tahu Alya. Aku yakin Alya mau membantuku.Sejujurnya aku malu pada Alya. Rasanya seperti jatuh ke dalam jurang. Tapi, bagaimana lagi dia sudah terlanjur tahu.Aku pikir tadinya Alya akan memberi tahukan pada teman-teman yang lain dan aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku akan jadi korban bulian seisi sekolah. Bukan hanya sekolah saja, tapi seluruh jagat raya.Ternyata dugaanku salah. Alya tidak memberi tahu pada siapa pun dia benar-benar bungkam menutupi aibku.Kuberi Alya
âSudah berobat Om, tinggal masa pemulihan aja,â jawabku jujur.âOke, karena sebentar lagi Maghrib sepertinya kita harus bicara mengenai kontrak kerja kita berdua,â kata Om Darwin lagi lalu melirik pada Putri.âYap, betul sekali. Kalau gitu aku permisi ya, Om, Nind.â Aku kaget kenapa Putri harus pergi lalu aku dengan siapa?âTenang, Nind. Aku tunggu kamu di kamar sebelah. Papiku ada di sebelah baru datang,â ucap Putri seolah mengerti kegelisahanku. Aku mengangguk ragu.âSee you ....â pamit Putri seraya mencium pipi kiriku.âDuduk sini ....â Om Darwin menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Meski, canggung aku tetap menurutinya.âKamu enggak bawa salin? Kok, masih pakai baju sekolah?ââBaâwa, Om. Taâdi, Putri mengajakku beli,â jawabku terbata. Entah kenapa aku tiba-tiba takut sekali.âSantai aja, Nind. Kamu baru pertama kali, ya?ââIâya, Om,â jawabku jujur.âOke, aku mengerti sekarang. Kamu tunggu sebentar sambil baca surat perjanjian kita. Aku sudah menuliskan semuanya dalam map ini. Aku ma
~k~uđ¸đ¸đ¸âAl, apa sepupumu itu sudah taubat kok, sekarang mau jalan kaki pulang pergi sekolah?â tanya Angga.Kami memang sedang dalam perjalanan pulang sekolah.âEntah, deh! Kurasa karena gengnya tidak memberi tumpangan jadi terpaksa jalan kaki,â jawab Alya.âYee ... aku bisa kali pesan taxi. Lagi pingin jalan kaki saja. Kenapa sih, kalian sewot gitu? Takut keganggu ya, acara pacarannya?â sindirku.âApaan sih, Nind!â Enggak lah. Kami itu hanya heran saja makanya tanya,â sahut Angga seraya menoyor kepalaku.âKirain ... tapi, kalau kalian pacaran cocok deh! Alya cantik, kamu juga ganteng Ngga. Kenapa kalian enggak jadian ajaâ ledekku lagi.âNgomong lagi, kusumpel mulutmu pakai daun pisang di kebun sono!â bentak Alya.âMarah tandanya iya, loh, Al.â godaku lagi.Alya mengambil kerikil dan melemparkan padaku. Takut kena aku lari menghindar. Alya tidak mau kalah dia ikut lari mengejarku.âStop, Al. Capek!â teriakku.Pluk!Kerikil lumayan besar berhasil mendarat di kepalaku.âPuas, Al!â be
Assalamualaikum everyone đ selamat pagi ....Yuk, bantu follow akunku bagiku yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih â¤ď¸Happy reading.đ¸đ¸đ¸POV NINDIâDasar bandot tua!â pekikku kesal sekali. Jika membunuh tidak ada hukumannya tentu saja sudah kulakukan.âGiman Dik, sudah enakkan?â tanya Alya pada gadis kecil itu. Ya Tuhan malang sekali nasibnya. Sudahlah miskin dilecehkan pula.âSudah enakkan, Kak. Hanya saja perutku sakit. Sedari pagi aku belum makan,â jawabnya jujur.âMakan ini, Dik. Kakak tadi bawa bekal, dan tidak Kakak makan.â Alya memberikan kotak bekalnya.âWah, enak sekali. Ini ayam goreng kayak yang di TV kan, Kak?â Alya hanya mengangguk seraya membelai rambut gadis malang itu.âMakan dan habiskan.ââTapi, nanti Kakak makan apa kalau bekal Kakak aku habiskan?â Apa aku tidak salah dengar? Mulia sekali anak ini. Perutnya lapar masih memikirkan orang lain. Ada yang berdenyut di dalam dadaku.âJangan khawatir, Kakak nanti akan makan di rumah.âAku dan Alya menunggu
Tak lama taksi online datang. Kami gegas menuju tempat tujuan.âJangan takut meski tadi dia ngomel-ngomel tapi, hatinya baik.â Hiburku. Anak ini mengangguk saja.Sopir taksi curi-curi pandang pada kami lewat kaca. Mungkin dia terpesona pada kecantikanku atau malah curiga kami mau menculik anak ini. Ck, dikasih aja aku ogah buat apa culik segala.âNanti jalan masuknya jauh enggak? Becek enggak?â tanyaku padanya. Volume suaraku sengaja aku keraskan.âEnggak, Kak. Dekat kok, tapi becek.ââAh, kalau gitu aku enggak mau ikut masuk ke rumah dia, Al. Kamu aja yang anterin. Aku tunggu di jalan saja.ââYa, terserah kamu aja, Nind.ââIngat ya, besok kalau mulung jangan jauh-jauh nanti ada orang jahat,â kataku lagi.âBesok Kakak yang datang ke rumah kamu, jadi kamu tunggu saja di rumah, ya?â ucap Alya.âBaik, Kak.ââSepulang sekolah Kakak ke sana.ââIya, Kak. Aku tunggu.âPerjalanan 15 menit kami sampai. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam pasar ini. Sering lewat, tapi tidak pernah masuk
âKalau begitu nanti sebelum cek in kita belanja dulu.ââIya, Om.âDi sini aku sekarang di kamar hotel bersama Om Darwin. Aku berada di Surabaya di salah satu hotel ternama. Aku baru saja bersenang-senang dengan Om Darwin.Besok Om Darwin mau meeting dengan kliennya, dia bilang padaku jika menang tender maka aku akan ditransfer uang lagi. Asal aku melayaninya dengan puas.Ternyata dia pria yang lembut buktinya dia tidak asal memperlakukanku. Aku sampai terbuai dibuatnya aku jadi ingin menjadi istrinya saja. Konyol memang.Kutatap Om Darwin yang sedang tertidur pulas. Wajahnya rupawan sayang kelakuannya tidak serupawan itu. Aku jadi penasaran dengan istrinya. Mungkinkah istrinya secantik aku?Der! Der! Der!Baru saja hendak merebahkan diri pintu kamar sudah digedor-gedor.Deg! Apa mungkin itu istrinya. Jika iya, alangkah apesnya diriku, ini baru awal permainan.đ¸đ¸đ¸âKenapa bete gitu?â tanya Tante Eni.âIni, Te. Ada urusan penting aku kasih kabar ke Nindi malah dicueikin.â Tante Eni