Mengetahui aku sakit Tante Tari sangat cemas. Hingga akhirnya membawaku untuk tinggal bersama mereka.Baru saja beberapa hari merasakan jadi orang kaya Alya terus saja merajuk akhirnya om Hendra memutuskan untuk membawa aku dan ke dua orang tuaku ngontrak rumah. Mau tidak mau aku kembali menuruti. Setidaknya aku sekarang sekolah di tempat Alya.Hari-hari kujalani dengan bahagia. Om Hendra juga meminjami Papahku mobil aku sekarang setiap hari pulang pergi sekolah naik mobil.Aku berkawan dengan orang-orang yang mengasyikkan pergi ke tempat karaoke hampir tiap hari untuk bersenang-senang. Saat kelulusan SMP itulah aku kehilangan kegadisanku bersama pacarku. Aku melakukannya dengan sadar dan atas dasar suka sama suka. Kata mereka pacaran memang harus begitu. Itu gaya orang-orang keren. Aku nurut saja toh, aku pun menikmatinya.Berbeda dengan Alya, meski dia orang kaya hidupnya monoton begitu saja. Belajar dan belajar. Ditambah lagi Alya menutupi kecantikannya dengan memakai jilbab jika k
Assalamualaikum everyone 😍bantu follow akunku yaaa. Untuk yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih 😘,🌸🌸🌸 NINDIAku terharu saat Alya memberiku uang 1 juta rupiah katanya untuk beli makanan jika aku lapar.Makanan rumah sakit memang tidak enak rasanya di lidahku yang terbiasa makan makanan orang kaya. Aku tidak berhenti merutuki diriku sendiri yang super ceroboh. Gara-gara kecerobohanku aib dan jati diriku jadi terungkap.Setelah lama termenung aku putuskan untuk memberi tahu Alya. Aku yakin Alya mau membantuku.Sejujurnya aku malu pada Alya. Rasanya seperti jatuh ke dalam jurang. Tapi, bagaimana lagi dia sudah terlanjur tahu.Aku pikir tadinya Alya akan memberi tahukan pada teman-teman yang lain dan aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku akan jadi korban bulian seisi sekolah. Bukan hanya sekolah saja, tapi seluruh jagat raya.Ternyata dugaanku salah. Alya tidak memberi tahu pada siapa pun dia benar-benar bungkam menutupi aibku.Kuberi Alya
“Sudah berobat Om, tinggal masa pemulihan aja,” jawabku jujur.“Oke, karena sebentar lagi Maghrib sepertinya kita harus bicara mengenai kontrak kerja kita berdua,” kata Om Darwin lagi lalu melirik pada Putri.“Yap, betul sekali. Kalau gitu aku permisi ya, Om, Nind.” Aku kaget kenapa Putri harus pergi lalu aku dengan siapa?“Tenang, Nind. Aku tunggu kamu di kamar sebelah. Papiku ada di sebelah baru datang,” ucap Putri seolah mengerti kegelisahanku. Aku mengangguk ragu.“See you ....” pamit Putri seraya mencium pipi kiriku.“Duduk sini ....” Om Darwin menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Meski, canggung aku tetap menurutinya.“Kamu enggak bawa salin? Kok, masih pakai baju sekolah?”“Ba—wa, Om. Ta—di, Putri mengajakku beli,” jawabku terbata. Entah kenapa aku tiba-tiba takut sekali.“Santai aja, Nind. Kamu baru pertama kali, ya?”“I—ya, Om,” jawabku jujur.“Oke, aku mengerti sekarang. Kamu tunggu sebentar sambil baca surat perjanjian kita. Aku sudah menuliskan semuanya dalam map ini. Aku ma
~k~u🌸🌸🌸“Al, apa sepupumu itu sudah taubat kok, sekarang mau jalan kaki pulang pergi sekolah?” tanya Angga.Kami memang sedang dalam perjalanan pulang sekolah.“Entah, deh! Kurasa karena gengnya tidak memberi tumpangan jadi terpaksa jalan kaki,” jawab Alya.“Yee ... aku bisa kali pesan taxi. Lagi pingin jalan kaki saja. Kenapa sih, kalian sewot gitu? Takut keganggu ya, acara pacarannya?” sindirku.“Apaan sih, Nind!” Enggak lah. Kami itu hanya heran saja makanya tanya,” sahut Angga seraya menoyor kepalaku.“Kirain ... tapi, kalau kalian pacaran cocok deh! Alya cantik, kamu juga ganteng Ngga. Kenapa kalian enggak jadian aja” ledekku lagi.“Ngomong lagi, kusumpel mulutmu pakai daun pisang di kebun sono!” bentak Alya.“Marah tandanya iya, loh, Al.” godaku lagi.Alya mengambil kerikil dan melemparkan padaku. Takut kena aku lari menghindar. Alya tidak mau kalah dia ikut lari mengejarku.“Stop, Al. Capek!” teriakku.Pluk!Kerikil lumayan besar berhasil mendarat di kepalaku.“Puas, Al!” be
Assalamualaikum everyone 😍 selamat pagi ....Yuk, bantu follow akunku bagiku yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih ❤️Happy reading.🌸🌸🌸POV NINDI“Dasar bandot tua!” pekikku kesal sekali. Jika membunuh tidak ada hukumannya tentu saja sudah kulakukan.“Giman Dik, sudah enakkan?” tanya Alya pada gadis kecil itu. Ya Tuhan malang sekali nasibnya. Sudahlah miskin dilecehkan pula.“Sudah enakkan, Kak. Hanya saja perutku sakit. Sedari pagi aku belum makan,” jawabnya jujur.“Makan ini, Dik. Kakak tadi bawa bekal, dan tidak Kakak makan.” Alya memberikan kotak bekalnya.“Wah, enak sekali. Ini ayam goreng kayak yang di TV kan, Kak?” Alya hanya mengangguk seraya membelai rambut gadis malang itu.“Makan dan habiskan.”“Tapi, nanti Kakak makan apa kalau bekal Kakak aku habiskan?” Apa aku tidak salah dengar? Mulia sekali anak ini. Perutnya lapar masih memikirkan orang lain. Ada yang berdenyut di dalam dadaku.“Jangan khawatir, Kakak nanti akan makan di rumah.”Aku dan Alya menunggu
Tak lama taksi online datang. Kami gegas menuju tempat tujuan.“Jangan takut meski tadi dia ngomel-ngomel tapi, hatinya baik.” Hiburku. Anak ini mengangguk saja.Sopir taksi curi-curi pandang pada kami lewat kaca. Mungkin dia terpesona pada kecantikanku atau malah curiga kami mau menculik anak ini. Ck, dikasih aja aku ogah buat apa culik segala.“Nanti jalan masuknya jauh enggak? Becek enggak?” tanyaku padanya. Volume suaraku sengaja aku keraskan.“Enggak, Kak. Dekat kok, tapi becek.”“Ah, kalau gitu aku enggak mau ikut masuk ke rumah dia, Al. Kamu aja yang anterin. Aku tunggu di jalan saja.”“Ya, terserah kamu aja, Nind.”“Ingat ya, besok kalau mulung jangan jauh-jauh nanti ada orang jahat,” kataku lagi.“Besok Kakak yang datang ke rumah kamu, jadi kamu tunggu saja di rumah, ya?” ucap Alya.“Baik, Kak.”“Sepulang sekolah Kakak ke sana.”“Iya, Kak. Aku tunggu.”Perjalanan 15 menit kami sampai. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam pasar ini. Sering lewat, tapi tidak pernah masuk
“Kalau begitu nanti sebelum cek in kita belanja dulu.”“Iya, Om.”Di sini aku sekarang di kamar hotel bersama Om Darwin. Aku berada di Surabaya di salah satu hotel ternama. Aku baru saja bersenang-senang dengan Om Darwin.Besok Om Darwin mau meeting dengan kliennya, dia bilang padaku jika menang tender maka aku akan ditransfer uang lagi. Asal aku melayaninya dengan puas.Ternyata dia pria yang lembut buktinya dia tidak asal memperlakukanku. Aku sampai terbuai dibuatnya aku jadi ingin menjadi istrinya saja. Konyol memang.Kutatap Om Darwin yang sedang tertidur pulas. Wajahnya rupawan sayang kelakuannya tidak serupawan itu. Aku jadi penasaran dengan istrinya. Mungkinkah istrinya secantik aku?Der! Der! Der!Baru saja hendak merebahkan diri pintu kamar sudah digedor-gedor.Deg! Apa mungkin itu istrinya. Jika iya, alangkah apesnya diriku, ini baru awal permainan.🌸🌸🌸“Kenapa bete gitu?” tanya Tante Eni.“Ini, Te. Ada urusan penting aku kasih kabar ke Nindi malah dicueikin.” Tante Eni
“Ada apa sih, Mbak ribut terus!” bentak Tante Eni.“Itu, perempuan sundal tak tahu malu! Masa dia mau minta warisan ini dan itu sedang pembagian warisan saja belum,” jawab Tante Devi.Kini aku tahu permasalahannya. Ya ampun mereka merebutkan sesuatu yang bukan hak mereka.“Tan, dengar, ya? Tidak akan ada pembagian warisan karena ayah tidak meninggalkan warisan apa pun kecuali hutang. Kalau kalian berebut mau dapat baik nanti aku bilang ke pengacara keluarga kita untuk membagi adil hutang ayah pada kalian berdua. Jadi, nanti kalian berdua yang bayarin hutang ayah,” tegasku.Sudah kuduga mereka akan terkejut dan juga kesal.“Enggak usah ngadi-ngadi deh, Al. Kakakku itu kaya dia bekerja siang malam masa enggak punya harta?” sanggah Tante Devi.“Punya sih, tapi habis untuk bayar hutang. Tante kalau enggak percaya silakan saja datang ke kantor ayah dan lihat kas bon ayah di sana. Puluhan juta! Belum lagi kredit mobil baru ayah yang dipakai Tante Anin,” jelasku.“Ja—di apa mobil itu bakalan