Home / Rumah Tangga / Jungkir Balik Nikah Kontrak / 03 | Lelaki Memang Brengsek

Share

03 | Lelaki Memang Brengsek

Author: oceanisa
last update Last Updated: 2021-06-26 11:23:13

Rencana gilaku yang pertama adalah aku kabur dari rumah. Well, tidak benar-benar kabur, karena Marvin masih berpamitan dengan Mama dan Papa. Ia bilang bahwa ia ingin menghiburku sekaligus ((lagi-lagi)) quality time denganku karena sebentar lagi aku, saudara kembarnya ini, akan segera menikah. Sungguh, ia pantas menjadi kesayangan Mama dan Papa karena over berbakti. Meskipun sudah akrab dengan dunia malam semenjak kuliah, Marvin tidak pernah sekalipun membantah ucapan Mama dan Papa. Ia selalu menjadi anak penurut yang mengiyakan petuah tetua.

Tapi, hari ini Marvin keluar zona nyaman. Ia ikut dalam misi kabur-kaburanku ke Bogor.

Misi untuk menemui kunci utama, orang penting yang bisa membantuku untuk terlepas dari perjodohan konyol ini.

Ehm, dia adalah pacarku. Namanya Adimukti Darsana. Kekasih yang telah aku pacari selama empat tahun. Jarak usia kami hanya dua tahun, tapi ia sangat mengayomiku. Kami bertemu saat sama-sama masih menjadi mahasiswa S1. Di sebuah event kampus, pertama kalinya aku mengenal dia. Hari itu dia mengantarku kembali ke kost, kemudian esokny mengajakku makan dengan dalih tidak punya teman. Kami semakin akrab saat ia membujukku ikut salah satu klub buku di kampus. Di sanalah aku tahu bahwa meski Adi tidak setampan aktor Korea, tapi pesona tidak kalah dengan Soe Hoek Gie. Pesonanya saat berorasi kala demo kenaikan UKT benar-benar memukauku. Sangat penuh semangat dan idealisme. Mengenal Adi membuatku jauh lebih baik, ia mendorongku untuk keluar dari zona nyaman dan berani mencoba segala hal baru. Satu tahun mengenal, Adi menyatakan perasaannya dan tentu saja mana mungkin aku menolak pernyataan cinta aktivis kampus yang anehnya selalu rapi dengan pakaian bersih dan rambut yang pendek.

Kami pun berpacaran hingga saat ini. Meski sempat menjalani hubungan jarak jauh lantaran Adi kembali ke Bogor dan mengurus bisnis keluarganya, hubungan kami tetap terjaga. Jauh dari cekcok dan harmonis. Sebulan sekali ia ke Jakarta untuk menuntaskan rindu padaku dengan membawa berbagai macam hadiah. Aku sendiri heran bagaimana kami melewati tahun-tahun ini tanpa pertengkaran. Hubungan kami layak mendapatkan predikat relationship goals.

"Sebenarnya gue gak terlalu suka sama si Adi," celetuk Marvin setelah menelan suapan bubur ayamnya.

"Kenapa emangnya?" tanya Naya, salah satu sepupu kami yang juga tinggal di Bogor. Ia mencuri telur puyuh di piring Marvin.

Pagi ini aku dan Marvin bertemu dengan Naya di sebuah warung pinggir jalan, tempat biasanya kami berkumpul jika liburan ke Bogor. Tante Maya, bundanya Naya adalah adik dari Mama. Keluarga Naya menetap di Bogor lantaran ayah Naya, Om Buana, dinas di kota ini. Meski sebenarnya keluarga Mama asli orang Yogjakarta, tapi kebanyakan anak-anak mereka merantau. Seperti Mama yang di Jakarta,  Tante Maya di Bogor, dan Om Pandu di Malang.

"Gimana ya, gak sreg aja gitu," jawab Marvin mengeluarkan pendapatnya.

Naya terkekeh, "Apa karena lo lebih ganteng dari si Adi? Katanya lo pengen punya adik ipar ganteng yang bisa diajak bikin boy band."Sepupuku itu kemudian berdiri dan mulai mengejek Marvin dengan mengingatkan aibnya di masa lalu. Menyukai kakak kelas kami saat SMP yang kebetulan pecinta drama Korea garis keras. "Saranghaeyo, Alda Noona! Neomu-neomu saranghaeeeee!"

Wajah Marvin sudah mulai memerah.

Aku menimpali ejekan Naya, "Udah berusaha keras ngapalin bahasa Korea masih aja ditolak."

Naya kembali duduk, ia menganguk, "Mungkin Marvin di tolak karena lo tahu Marvin dulu item banget. Gokil banget, Marvin definisi 'puberty hits me so hard'!!!'

"Nih kalau cewek-cewek tahu si Marvin dulu buruk rupa pasti bakalan nolak dia," sahutku kemudian tertawa

Marvin hanya menye-menye mendengarkan celetukanku dan Naya tapi kemudian ia melempar serangan. "Yang penting kan sekarang, guys! Lihat gue!" titahnya sembari berlagak sedang photoshoot, membuat tanda V, menatap tajam sok seksi. "Lo lihat kan gue lebih ganteng dari suami lo," tunjuknya pada Naya, "dan pacar lo," tunjuknya padaku.

Aku dan Naya kompak mendengus. Marvin kadang mulutnya memang banyak julid.

"Sorry,guenyarisuamiberdasarkankarakterpercumagantengkalogesrekkayalo,"NayamenamparMarvindenganucapannya.

"Kak Adi gak sejelek itu kali. Dia manis kok," belaku. Bagaimanapun Kak Adi pacarku. Tentu aku tidak terima jika ia dibilang jelek. Seperti kata Marvin, love is blind, honey.

"Bela aja, bela teroooos," sindir Marvin. "Kalau cinta tai kucing rasanya coklat

Aku hanya memelototinya. "Love is blind, honey!"

"ITU DIALOG GUE!!!" Marvin menyalak seperti anjing galak tetangga kami.

"Ngomii nih, gue penasaran. Emang apa sih yang lo lihat dari si Adi, Mei?" tanya Naya, menghentikan perdebatan tak bermutu aku dan Marvin. Kemudian ia membenarkan posisi duduknya, "Maksud gue, apa nilai lebih dia sampai lo awet selama ini? Jangan jawab jodoh, gue gibeng lo!"

"Dia suka cowok modelan kayak Adi, aktivis kampus, penuh semangat dan idealisme," sahut Marvin seolah juru bicaraku. Inkonsisten sekali, kadang menjatuhkan kadang membelaku. "Wajahnya mirip aktor lawas yang main Catatan Si Boy. Alex-alex gitu deh pokoknya, Nay."

Naya terkekeh. "Kayak gak ada artis jaman sekarang aja, kirain mirip Park Bo-Gum, Jeon Jung-Kook, atau Nicholas Saputra gitu, eh malah aktor jaman bokap nyokap," ucapnya. "Masa cuma karena itu? Serius nih mulutnya Marvin?"

Marvin menonyor kepala Naya, membuat gadis itu memukul kepala Marvin dengan sendok.

Aku berpikir sejenak. Pertanyaan Naya membuatku bimbang. "Dia baik kok, mapan lagi," kataku, "yah gimana, selera gak bisa dipaksa."

Marvin dan Naya sontak bersorak. "Basic banget jawabannya!"

"Tapi kalo gue boleh tanya nih, Mei," ucap Naya. "Lo yakin banget sama di Adi?"

Aku terdiam sesaat.

Apakah aku yakin dengannya?

Apakah aku yakin dengan seorang Adimukti Darsana?

Pertanyaan Naya seharusnya aku tanyakan pada diriku sebelum melangkah sejauh ini.

"Maksud gue," Naya menyelipkan anak rambutnya,  "nikah sama pacaran itu bedanya jauh banget, you know what I mean?"

"Ciye yang udah pengalaman nikah," ejek Marvin yang tak dihiraukan Naya.

"Ya ... yakinlah, udah pacaran lama juga." Aku menolak melihat mata Naya, takut ketahuan ragu dan bimbang.

Hah, aku mengakui jika ragu!

"Pacaran lama gak menjamin lo bakalan naik pelaminan sama dia juga," sahut Marvin memecah keheningan.

"MARVIN!" Naya memukul kepala kembaranku. "Mulut lo itu gak ada filternya ya!"

Iya, kenapa aku lupa pacaran lama tidak menjamin naik pelaminan.

Bukannya banyak yang pacaran seperti kredit rumah tapi berakhir berpisah?

"Anjir, tangan lo kayak tangan kuli, Nay!" gerutu Marvin sembari mengusap kepalanya sendiri. "Gila, kepala gue jangan lo bikin patah kayak Barbie jaman kita kecil dulu!"

Naya tak menanggapi ocehan Marvin, ia terus memukul kepala dan bahu kembaranku, "Jangan dengerin omongannya Marvin, Mei. Mulutnya kayak sampah kadang."

Marvin mendelik di tengah-tengah saat ia dipukuli. Aku tertawa paling kencang, Naya paling jago menyiksa Marvin.

"Yakin aja sama diri lo sendiri," tambah Naya saat ia selesai menyiksa Marvin.

Iya, aku harus percaya pada diriku.

Tapi masalahnya, setelah mendengar ucapan Marvin, diriku punya kepercayaan lain. Hal itu semakin merubah persepsi dan pandanganku, semakin jauh melenceng

"Adi udah tau lo di Bogor?" tanya Naya.

"Gak tau, gue sengaja gak ngomong biar surprise gitu." Aku menghela napas, perasaanku mendadak tak enak.

"Halah anak jaman sekarang shombong amaaaat! Sok banget bikin surprise, cih!"

Sudah tahu kan siapa yang bicara barusan?

"Guys, boleh aku  ngomong," kataku.

Marvin dan Naya saling pandang.

"KALIAN DARI TADI GAK SOPAN BANGET MANGGIL PACARKU GAK PAKE EMBEL-EMBEL KAK, BANG, ATAU MAS, HAH!" seruku sembari menarik telinga dua mereka.

Mam. Pus.

***

Aku memarkir motor matic Naya di sebuah warung dekat dengan rumah Kak Adi. Satu box black forest segera aku ambil dari jok motor setelah membetulkan pakaian dan rambutku. Memoles bibirku dengan liptint yang sempat dibelikan Kak Adi untukku.

Senyumku yang merekah saat melangkah ke rumahnya perlahan memudar saat aku tiba di depan pagar rumahnya.

Wait, aneh sekali

Kak Adi berkata bahwa ia sedang rebahan di rumah hari ini karena sakit. Bahkan suaranya terdengar serak saat kutelepon dua jam yang lalu. Jika ia dirumah mengap pagar rumahnya terkunci gembok dari depan? Aneh sekali. Aku mencoba berpikir positif jika Kak Adi sedang keluar, tapi mengingat jika sedang sakit Adi hanya berbaring di kasur rasanya hal ini sulit dipercaya. Aku semakin berpikiran negatif.

Sial, aku gak boleh berburuk sangka sama pacar sendiri. Kak Adi pacar terbaik!

Aku menekan bel rumah, tak ada sahutan pun pergerakan manusia dari dalam rumah bercat hijau pupus itu. Bulan ini ayah dan ibu Adi sedang perjalan bisnis ke Singapura, katanya ingin mengembangkan brand mereka di negara maju itu. Kakak perempuan Adi sudah menikah dan ikut bersama suaminya ke Bandung. Hanya sebulan sekali ia pulang menjenguk orang tuanya di Bogor. Beerarti bulan ini Kak Adi sedang sendiri di rumahnya. Sendirian tanpa siapapun.

"Teteh nyari siapa?" tanya salah satu tetangga yang sepertinya antara kasian dan kepo dengan diriku. Gadis yang kepanasan sembari membawa box black forest. Celingukan seperti anak hilang.

"Saya nyari Kak Adi, Bu" ucapku seraya tersenyum. Calon tetangga, euy! "Ibu tahu Kak Adi dimana?"

Ibu tadi menatapku penuh selidik. "Teteh saudara atau sepupunya A' Adi?"

Tuh kan kepo.

"Saya pacarnya." Aku tersenyum malu-malu, geli sendiri menyebut Kak Adi sebagai pacarku. Tapi, melihat ekspresi bingu di wajah wajah tetangga Adi, senyumku luntur. Tetangga Adi sepertinya  tidak yakin jika aku kekasihnya, karena memang aku hanya dua kali ke sini, itupun ramai-ramai dengan teman satu organisasi di kampus dulu.

"Pacar?" Ibu tadi justru menanyaiku balik. "Bukannya pacarnya A' Adi rambutnya pendek ya? Yang sering ke sini pake mobil mahal itu."

Aku membeku sesaat. Tubuhku menegang mendengar. Ucapan itu mengangetkanku seperti sambaran petir di siang bolong.

Ucapan tetangga Kak Adi membuatku gusar.

"Eh tapi mungkin saya yang salah, Teh," katanya kikuk, "tadi kayaknya A' Adi keluar ke minimarket depan. Bentar lagi juga balik."

Kemudian Ibu tadi menendang pagar besi dengan kakinya. Tenaganya emak-emak memang super! Pintu langsung terbuka. "Gemboknya udah gak berfungsi. Tunggu di beranda aja, Teh."

Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Perlahan aku melangkah menuju beranda.

Aku duduk terlunglai di kursi beranda. Kakiku mendadak lemas. Jantungku serasa remuk. Sakit sekali! Box black forest kuletakkan begitu saja dia kursi sebelahku. Tsnganku mengepal, seperti ibu, buku jariku juga memutih saat cemas dan terusik dengan ucapan tetangga Kak Adi.

Apa maksud ucapannya tadi?

Gadis berambut pendek?

Gadis yang suka menaiki mobil?

Semua itu jsub dari deskripsi diriku, pacarnya Adi.

Dadaku tiba-tiba serasa sesak, memikirkan berbagai skenario buruk di hidupku. Kemungkinan-kemungkinan penuh kemalangan yang akan kulakoni nanti.

Brak!

Pintu rumah Kak Adi terbuka.

"Aa' Didi! Lama banget beli pengaman ... nya...."

Aku menoleh dan suara sopran itu melemah seketika.

Gadis dengan potongan rambut sebahu yang mengenakan gaun tidur. Lagi-lagi belahan dada dan paha yang terekpos aku lihat.

Aku ingin muntah.

Semuanya terlihat menjijikkan.

Kini aku paham.

Semua puzzle telah lengkap.

Semua potongan mengarah ke sana.

Didi?

Cih, ini menggelikan.

"Kamu nyari siapa?" tanya gadis itu seraya menutupi dadanya kikuk dengan kimono baju tidur dengan warna senada itu.

Aku menyeringai.

Adimukti Darsana telah berselingkuh dengan gadis yang terlihat seperti wanita murahan yang suka mengumbar badan. Hatiku remuk redam mengetahui bahwa Adi telah menduakanku dan tidur dengan gadis lain. Sialan, berapa banyak waktuku yang terbuang untuk menjalin kasih dengan Adi? Semuanya ternyata hanya berbuah pengkhianatan.

Sepertinya kata-kata Marvin benar, lelaki hanya ada dua.

Kalau tidak homo.

Maka dia brengsek.

"Coba kamu tanya sama Aa' Didi-mu itu," kataku menunjuk presensi Kak Adi di depan pagar yang terpaku dengan alat kontrasepsi yang terjatuh di tanah.

"Meilavia ...," lirihnya saat melihatku berkabut dengan air mata

Marvin, lagi-lagi kamu bener, pacaran lama doesn't make him stay.

[]

Related chapters

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   04 | Dunia Telah Runtuh

    "Mei ..." lirihnya lagi saat aku tak bergeming di tempat.Aku tak ingin menangis. Tak akan kubiarkan buram di mataku terjatuh di pipi, setidaknya jangan di sini Tak akan kubiarkan setetes air katapun terjatuh untuk menangisi lelaki yang berkhianat dan meniduri wanita lain. Aku tidak sebodoh itu untuk menangisi perselingkuhan dan pengkhianatan Adimukti Darsana. Aku tidak mau terlihat semakin kalah dan menyedihkan di hadapan bajingan ini.Kak Adi masih mematung di tempat. Tapi mulut yang ia gunakan untuk mencium wanita lain itu masih sanggup memanggil namaku tanpa rasa bersalah dan dosa. Ewh, najis! "Mei, aku gak mau kita putus dengan ribut-ribut."Brengsek, ia bahkan telah memutuskan hubungan ini tanpa diskusi denganku. Aku baru sadar jika selama ini Adi mendominasi hubungan kami, ia selalu mengambil keputusan tanpa memikrmikan perasaanku. Ah sepertinya aku dulu dibutakan cinta dan perasaan nyaman sampai me

    Last Updated : 2021-06-28
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   05 | Lagi-lagi Kamu!

    "Gila lo cantik banget, Mei!" puji Naya saat melihat presensiku. Gaun coklat pastel selutut yang kukenakan nampak sempurna, seolah tercipta untuk menghiasi tubuhku. Meski bagian punggungnya sedikit terbuka tapi aku tak memungkiri bahwa kini aku nampak seperti putri-putri Disney. Jika saja keluarga Haji Syamsudin tahu aku memakai dress ini pasti mereka langsung menyebutku kebarat-baratan dan memancing fitnah. Huh, dasar kolot!"Perasaan kalo gue pake ini, gaunnya jadi biasa aja, kenapa kalo lo pake jadi kelihatan mewah gini sih, ih sebel!" lanjutnya. "Bikin iri aja deh lo!"Naya memang seorang fashionista, ia menyukai gaun dan pakaian yang dikeluarkan oleh rumah mode ternama. Kadang suaminya sampai geleng-geleng kepala dengan kebiasaan shopping Naya yang suka tidak lihat dompet. Dari semua gaun pesta di walking closet miliknya, Naya memilihkan gaun yang kukenakan saat ini. Tak tanggung-tanggung, gaun ini pernah masu

    Last Updated : 2021-06-30
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   06 | Tawaran Menggiurkan

    06 | Tawaran Menggiurkan Aku membeku saat ia menyebutkan kejadian di cafe kemarin. Saat aku menangis lantaran gagal mendapatkan beasiswa dan putus dengan Adi. "Kamu pikir saya gak tahu kamu nangis sambil terisak minta dinikahi sama siapa itu namanya? Park Jaelani?" Ia berkata ketus. "Kamu kok tahu?" tanyaku. Siapa sebenarnya dia? "Yang ngasih kamu hoodie itu saya," ucapnya ketus. Hah, cowok yang aku puji romantis itu ternyata dia? Gila! Konspirasi macam apa ini! Belum sempat aku membalas, Naya sudah kembali dengan cengiran. "Ciye, udah ngobrol bareng," goda Naya. Aku tersenyum ambigu berharap Naya berhenti menggoda kami. "Ini namanya Meilavia, sepupu gue yang dari Jakarta," ucap Naya mengenalkanku pada sosok yang sejak pertemuan pertama benar-benar tidak memiliki kesan baik terhadapku.

    Last Updated : 2021-07-22
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   07 | Terdesak Ancaman

    Bogor sampai Jakarta kulalui dengan banyak termenung. Melamun menatap mobil yang berpapasan dengan mobil milik Marvin. Melihat lampu-lampu jalanan ketika kami berada di lampu merah dengan diiringi lagu depresi yang terputar di radio.Aku menghela napas, menghadapi semua ini. Bisa tidak aku menjadi cendol saja? Atau menjadi ayam suwir di bubur ayam? Atau barangkali remahan rengginang? Hidup sebagai anak perempuan yang dijodohkan lebih sulit dari pada hidup sebagai kucing peliharaan tetanggaku.Aku meringis sedih, betapa gilanya hidupku selama satu minggu ini. Jungkir balik dengan semua serangan fakta dan kenyataan yang menamparku keras-keras. Semua hal ini seolah menyadarkanku bahwa aku tidak boleh bahagia. Bahwa genre hidupku adalah angst dan penuh dengan derai air mata dan kesedihan. Sinetron di stasiun televisi ikan terbang saja masih ada bahagianya sedikit. Hah, pengen sambat tapi aku sudah sambat sedari tadi bukan?

    Last Updated : 2021-07-22
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   08 | Kunjungan Mengejutkan

    Gamis merah muda dan hijab dengan warna senada tergantung di dinding kamarku. Aku yang masih memakai mukena usai sholat subuh memandang gamis itu jengah.Kenapa modelnya persis seperti seragam ibu-ibu pengajian?Ah, apakah aku harus mengenakannya saat keluarga Satria nanti bertandang?Aku segera melepas mukenaku, melipatnya dan menggantungnya di hanger bersama sajadah. Kuraih ponselku dan melihat chat terakhir dari Tresna.Tresna Kartadinata :Saya siap-siap berangkat ke Jakarta.Meilavia Cokroaminoto :Kamu gak lupa dengan pesan-pesanku kan?Tresna Kartadinata :Kita akan melakukannya sesuai rencana.Kita? I. T. A.Kita

    Last Updated : 2021-07-22
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   09 |  Kok Gak Bilang?

    "Kamukokgakbilangkalopunyapacar?""Hah?""Kamu itu loh gak bilang kalo punya pacar?""Hah, apa Pa?""Marvin, Papa tanyanya ke Mei, bukan ke kamu. Jangan ikutan jadi keong kamu!" hardik Papa setengah kesal. Melirik tajam ke arahku dan Marvin yang kompak mengerjap setelah kami berdua cosplay keong.Bagaimana tidak jengkel, dua anak kembarnya mendadak cuma bisa hah-heh-hah-heh seperti tukang keong. Marvin entah kesambet apa malah ikut-ikutan. Kadang kami sama-sama bego."Maaf, Pa," tukas Marvin kemudian menunjukkan senyum terbaiknya seraya menyugar rambutnya yang mulai memanjang, pamer jidat seperti sedang photoshoot. Gaya ini sering ia salah gunakan, contohnya seperti saat ini, dengan kekuatan good looking ia akan meluluhkan perasaan jengkel Papa.Papa mencebik, menunjukkan ekspresi kes

    Last Updated : 2021-07-26
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   10 |  Mama Dan Papa Terpukau!

    Pertanyaan bagaimana cara Tresna merayu Papa benar-benar membuatku penasaran. Papa itu tipikal orang yang kaku, tidak peduli apapun selain dengan berita di televisi dan kopi hitam di awal harinya. Papa selalu terlihat datar dan flat seperti jalanan tol. Selalu bersikap netral dan cenderung tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar. Mana pernah Papa marah, senang, dan sedih berlebihan. Untuk ukuran orang normal Papa sedikit lebih diam. Heran sekali kok bisa menikah dengan wanita cerewet seperti Mama.Aku baru melihat Papa berlinang air mata bahagia saat Mama berhasil siuman setelah melahirkan Alan. Mama sempat koma beberapa hari akibat komplikasi melahirkan adikku itu. Beberapa hari ayah tidak menunjukkan ekspresi apapun dan hanya menepuk-nepuk bahuku dan Marvin bergantian saat kami menangis karena menguping pembicaraan dokter perihal keadaan Mama yang semakin kritis. Mendengar kalimat meninggal membuat kami menangis sesenggukan. Saat itu Pap

    Last Updated : 2021-07-26
  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   11 | Kowe Tak Sayang-Sayang

    Yakin mau menikah?Pertanyaan itu membuatku menjenjangkan alis. Jujur, jika dari diriku sendiri, dengan lantang aku akan berkata;"BELUM SIAPLAH, ANJAY!''Aku belum siap masuk ke dalam permasalah rumah tangga terlebih jika calon suamiku menuntut untuk dilayani, dimasakkan, dicucikan baju atau simpelnya minta diurus semua kebutuhannya dari A-Z. Aku belum siap menikah jika ujung-ujungnya hanya dijadikan seorang pembantu ataupun mesin pencetak anak yang dianggap berguna jika bisa memenuhi kemauan memiliki cucu menggemaskan yang bisa pamerkan oleh mertua dan orang tuaku.Membayangkan jika nanti menikah aku harus hamil dan mempunyai anak. Terbangun di tengah malam hanya untuk menyusui sedangkan suamiku hanya tidur pura-pura tidak tahu apa-apa. Amit-amit deh!Lebih baik aku pergi Hogwarts saja jadi pembantu Voldemort atau tukang sapu asrama Ravenclaw, kegiatan itu lebih bermartabat dan men

    Last Updated : 2021-07-28

Latest chapter

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   42 | Senjata Makan Tuan

    42 | Senjata Makan Tuan"Kamu tahu kan saya sangat kompetitif Meilavia?" kata Tresna. "Saya selalu menjadi nomer satu dalam hal apapun."Nomer satu dalam hal apapun? Haha aku ingin tertawa mendengar ucapan Tresna ini."Kalau kamu nomer satu, kamu pasti nikahnya sama mantamu itu dulu lah, gak mungkin sekarang bikin perjanjian istri kontrak sama aku," sindirku terang-terangan seraya merotasikan kedua bola mataku."KAMU YA!!!!" seru Tresna menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya. Jika ia tokoh dalam anime, kurasa di sekujur tubuhnya sudah ada bara api amarah yang membara dan di kepalanya tumbuh tanduk.Wajahnya seram tapi masih ganteng."Aku kenapa?" balasku tidak takut.Tresna menggerutu sendiri dan menurunkan tangannya dan berganti memegang pangkal hidungnya. "Ingat Tresna, dia dan semua saudara-saudaranya adalah titisan mony

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   41 | Games

    41 | Game Sekarang pikiranku dipenuhi dengan rencanaku selama menjadi istri kontrak Tresna yang tak banyak merepotkan sebenarnya —untuk sejauh ini. Entah nanti. Kadang aku takut sesuatu yang tenang ini akan membawa badai setelahnya. Mungkin sekarang masih santai ala-ala genre slice of life tapi detik selanjutnya bisa saja berubah menjadi romusha comedy. Ya kalian tidak salah membaca romusha comedy, perbudakan dan penjajahan oleh Tresna Kartadinata. Aku tak tahu apa yang akan dilakukan Tresna saat nanti Marvin kembali ke Jakarta dan Alan kembali ke kostnya. Ah, sialan pikiranku mulai membuat skenario buruk. Seperti bisa saja Tresna diam-diam psikopat yang doyan memakan manusia. Atau jangan-jangan Tresna mengajakku menikah kontrak karena ingin menguasai harta keluargaku karena diam-diam aku anak kekuarga kon

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   40 | Mantan Dan Cara Move On!

    40 | Mantan Dan Cara Move On! "Panik kalau kamu kabur dan gak nerusin kontrak, kan gak lucu saya cerai setelah tiga bulan nikah."Ah, aku harus berhenti berharap memang.Sudah tahu tidak boleh berekspetasi lebih kepada manusia, kenapa masih saja aku menaruh harapan pada sosok Tresna."Aku gak bakal lari kok, bayaran dari kontrak ini kan gede. Ya kali aku ngelepas kesempatan lanjut S2 sama kabur dari negara ini," kataku setelah mengucapkan terima kasih ke pelayan yang mengantarkan nasi bebek kami.Tresna menatapku sesaat, "Kamu belum move on dari mantan kamu itu? Kenapa segitunya pengen ke luar negeri?"Aku yang mencocol daging bebek dengan sambal sontak memandang Tresna dengan wajah heran bercampur tak percaya.Bisa-bisanya ia bertanya seperti itu di saat ia yang berkali-kali menangis karena mantann

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   39 | Bos, Katanya....

    39 | Bos, Katanya...."Saya cari kamu kemana-mana."Aku refleks berdiri saking kagetnya melihat pria itu ada di depanku sekarang.Apakah benar dia Tresna? Bukan genderuwo atau Totoro yang menyamar menjadi suami pura-puraku itu?Napas Tresna sedikit tersengal, keringat menetes dari dahinya. Tresna terlihat lusuh seperti habis lari maraton.Hah? Tak mungkin ia mencariku sembari berlari-lari seperti orang gila kan? Tidak mungkin!Tolong cek apakah matahari terbit dari tenggara sekarang?"Saya pulang ke rumah tidak ada siapapun, pintunya terbuka," kata Tresna. "Saya cari kamu kemana-mana, di kamar, halaman belakang, bahkan sampai jalanan komplek!"Aku menahan napas, Tresna mengomeliku. Entah berapa kali ia mendesah dan berdecak kesal saat mengutarakan u

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   38 | Lelaki Semua Sama Saja!

    38 | Lelaki Semua Sama Saja!"Gimana mau minta maaf," kata Marvin dengan nada suara tengil. "Dia aja menghilang bak ditelan bumi.""Karma itu ada loh Mas Marvin," kata Alan. "Kalau Mbak Mei disakitin juga kayak yang lo lakuin gimana?"Aku mendengkus, melihat bagaimana Marvin memperlakukan mantannya membuatku menyadari satu hal.Perangai Marvin yang menjijikkan ini membuatmu mood-ku berantakan. Sikap Marvin kepada mantannya itu benar-benar mengingatkanku pada sikap Tresna.Jelas keduanya sama-sama lelaki, memikirkan bagaimana Tresna memperlakukan gadis itu dengan sangat kurang ajar membuatku sangat terusik.Bagaimana jika Alan benar?Bagaimana jika aku terkena karma dari perbuatannya pada gadis itu dulu?Jika kupikir-pikir, bukankah sekarang aku juga sedang direndahkan oleh Tresna. Ia mengajakku menikah kontrak di saat ia masih mencinta mantannya itu.Apakah perasaan gadis itu juga seperti yang sedang aku rasa

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   37 | MCR Dan Mantannya Marvin

    37 | MCR Dan Mantannya MarvinRumah Tresna yang damai sentosa seperti taman surga mendadak jadi riuh ramai bak suara hajatan anak wali kota yang menyewa sound system terbaik. Atau mungkin seperti gemuruh suara buruh yang berdemo meminta pembatalan UU Cipta Kerja.Kira-kira sudah dua puluh lagu kami nyanyikan ulang, sekarang Alan dan Marvin menyanyikan lagu dangdut yang entah aku tidak tahu judulnya apa. Mendung Tanpo Udan? Whatever!"Suara lo kayak kucing keinjek majikan, Mas. Cempreng banget," ejek Alan dengan wajah datar."Si paling bagus suaranya, coba deh lo nyanyi lagu dangdut, cengkoknya susah njir, sungkem gue sama Lesti Kejora!" kata Marvin menyerahkan microphone ke Alan."Gue emang gak bisa nyanyi dangdut makannya gak pilih dangdut," kata Alan menerima microphone dari Marvin. "Nih, lihat gue bakalan nyanyi di genre yang gue expert banget."

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   36 | Ayo Jadi Topeng Monyet!

    36 | Ayo Jadi Topeng Monyet!"Kalau gue tetap sampe sekarang sayangnya sama Nabila JKT48, Oshi-gue tetap doi!!! Gue setia ya, jangan ragukan cinta gue buat Nabila!!!"Aku menaikan satu alisku saat mendengar suara menggelegar Marvin, si raja lebay."Kembaran kamu aneh," kata Tresna saat menghentikan motor di garasi."Emang aneh, untung aja dia ganteng," sahutku seraya turun dari motornya."Masa sih ganteng? Wajah kayak kembaran kamu banyak di kampus saya," kata Tresna.Aku mendelik, bisa-bisanya Tresna meragukan ketampanan kembaranku dan menyebut wajah Marvin ada dimana-mana.Secara tak langsung Tresna juga mengatai wajahku pasaran jika menyebut wajah Marvin mudah ditemukan.Kurang ajar!"Kamu ngatain wajahku pasaran?"Tresna menatapku bingung, kedua bola matanya yang hitam kecoklatan menampakkan kilat wajahku yang kesal."Siapa yang ngatain wajah kamu pasaran?" tanya Tresna yang

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   35 | First Day

    35 | First Day"Mana si Tresna?" tanya Marvin celingukan. "Yang itu bukan, pakai sarung naik motor matic oranye?"Alan yang mengemudikan mobil, ikut melirik ke arah pandang Marvin sembari menyipit lantaran matanya minus."Gak mungkin dia Tresna, wajahnya ganteng gitu," kata Marvin lagi, kembaranku masih belum mau mengakui jika Tresna memiliki wajah ganteng.Ia masih denial dan menganggap bahwa dirinya yang paling ganteng satu alam semesta."Dia ganteng kok, Mas," kata Alan mengemudikan mobil kami mendekati motor matic oranye itu."Gak usah sok tahu ganteng atau enggak, lo itu minus, pendapat lo gak valid, Lan," gerutu Marvin. "Lihat nih gue Masmu yang very handsome.""Ganteng itu relatif sih sebenarnya, tinggal memakai standar negara mana, tapi kalau memakai standar live action anime," kata Alan mulai berargu

  • Jungkir Balik Nikah Kontrak   34 | Tiga Bersaudara

    Jadi begini rasanya meninggalkan rumah sendiri?Perasaanku sungguh campur aduk saat aku melihat rumah orang tuaku.Aku baru sadar tidak banyak yang berubah dari rumah ini selain cat dan beberapa perabotannya.Masa remajaku dan Marvin yang kami habiskan di rumah ini seolah baru terjadi kemarin.Jejak-jejak petualangan kami berdua seolah masih tersisa di setiap sudutnya.Kursi kayu di teras tentu menjadi saksi dimana Alan terjatuh nyungsep karena aku dan Marvin meributkan pertarungan Sasuke dan Naruto hingga tak menyadari bahwa Alan yang baru bisa berbicara itu merangkak naik ke kursi.Aku dan Marvin yang sedang berdebat tentang masa depan Konoha dan persahabatan Sasuke dan Naruto tentu tak memperhatikan.Konoha dan persahabatan Naruto Sasuke dalam di ujung tanduk.Barulah saat Alan yang hendak turun justru jatuh dan tertimpa kursi, aku dan Marvin baru tersadar bahwa kami harus menjaga Alan karena Mama sedang pergi ke warung.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status