Akbi menderapkan langkah memasuki sebuah resto atas permintaan Anggita yang satu bulan ini tidak berhenti menerornya. Kalau bukan sang istri yang memaksanya untuk datang, tidak sudi Akbi mengikuti keinginan mantan kekasihnya itu. Istrinya selalu punya banyak alasan maupun cara untuk membuat seseor
Tidak ada lagi Anggit yang angkuh dan menjadi pemeran antagonis dalam kehidupan Bee. Mungkin sudah naluriah seorang manusia yang akan menghadapi ajal baru mengingat semua dosa yang telah dilakukan dan bersedia dengan rendah hati meminta maaf kepada orang-orang yang pernah ia sakiti. “Apa aku boleh
Kama menutupi sebagian wajahnya dengan tangan yang sikutnya bertumpu pada sisi kursi roda. Seumur hidupnya baru kali ini Kama menaiki kursi roda menyusuri lorong rumah sakit. Ia selalu memakan makanan sehat dan bergizi juga rajin berolah raga selain itu Kama menyukai minum air putih dibanding teh
Arsha mengangguk patuh. “Suka pengen yang aneh-aneh, Dok ... tapi katanya itu keinginan bayinya,” adu Kama dengan tampang nelangsa. Sang Dokter tergelak mendengarnya. “Diikutin aja, Pak ... biar Ibunya happy,” balas sang Dokter sama sekali tidak memberi solusi. “Yuk, Bu ... kita ketemu dede bayin
Perayaan Gender Reveal buah hati Kama dan Arsha berlangsung di sebuah resto yang memiliki ruang terbuka sangat luas di pinggir kota. Outdoor party itu di hadiri oleh beberapa pengusaha muda teman baru Kama dan seluruh keluarga baik Marthadidjaya maupun Gunadhya. Ayah dan Bunda bersama Fabian juga
“Kak Vinaaaa!!” Arsha menjerit bahagia sekaligus haru karena Vina bersedia datang jauh-jauh dari Vietnam untuk menghadiri pesta kecil tapi mewahnya. Vina memeluk erat Arsha erat seperti seorang Kakak yang merindukan adiknya, membawa tubuh mungil itu ke kiri dan ke kanan. “Selamat ya, Ca ... kamu m
“Hai keponakan Aunty ... ulu-ulu lucu banget, sih!” Satu detik kemudian terdengar suara tangis Xaidan disusul Xena. Padahal yang Arsha cubit adalah pipi Xaidan tapi Xenna setia saudara karena mendengar kembarannya menangis, ia pun ikut menangis. “Si Caca ih, lo demen banget bikin gue rempong.” Rac
“Bang ... ,” bisik Arsha sambil meringis menahan nyeri. Kama mengeratkan genggaman tangannya, mengusap kepala Arsha lembut. “Kenapa sayang?” balas Kama bertanya setelah mengecup kening istrinya. “Caesar aja deh, Bang ... Caca enggak tahan mulesnya, kaya pengen pup tapi kata susternya tadi bukan.”
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang