“Ayo kita mainkan!” Sang Dokter berseru. “Baaaang,” rengek Arsha, memelas menatap suaminya. “Semangat sayang ... sebentar lagi kita ketemu dede bayi yang sering minta yang aneh-aneh itu ya,” ujar Kama yang tadinya berusaha menenangkan jadi terdengar seperti sedang meracau karena panik. Arsha yang
Davanka Abisheva Gunadhya adalah nama yang diberikan Arsha dan Kama pada anak pertamanya. Banyak makna yang terkandung pada nama tersebut berharap sang anak bisa menjadi pemimpin yang pemberani dan baik hati tapi yang paling penting taat pada Agama. Kama meminta seluruh keluarganya pulang agar bis
Kama menderapkan langkah memasuki rumah yang sudah sepi dengan sebagian lampu telah padam. Menarik longgar dasinya yang terasa mencekik, hari ini ia begitu sibuk bahkan hingga malam pun meeting dengan salah satu klien baru selesai. Mereka semua termasuk pekerjaaannya tidak mau mengerti jika saat i
Kama berlutut di depan Arsha, kedua tangannya ia letakan di pinggang sang istri. “Kamu nangis?” tanya Kama sambil mendongak menatap dalam netra sang istri. Memfokuskan dirinya kepada Arsha untuk mengetahui alasan kenapa air mata itu sampai terjatuh. Arsha menggelengkan kepala lalu refleks meringi
Bagi keluarga Gunadhya, sebuah pesta adalah suatu alasan agar mereka bisa berkumpul. Walau acara Baby shower yang dibuat Kama dan Arsha tidak sebesar pesta pernikahan tapi kelahiran anggota baru dalam klan Gunadhya patut dirayakan besar-besaran. Sang Kakek buyut sendiri yang mengadakan acara terse
Kejora sering kali memeluk Kakek Andra, menurut Kejora Kakek memiliki wangi tersendiri yang Kejora suka. Tapi bukan hanya Kakek, semua orang pun Kejora peluk. Tidak salah jika seluruh keluarga menjuluki Kejora si tukang meluk. Meski memiliki seorang Nenek dari pihak Ibunya yang mempunyai agensi mo
Akbi merasa jika dirinya terikat masa lalu dengan Anggit, walau bagaimanapun ia lah yang pertama untuk gadis itu begitu juga Anggit dalam hidupnya. Janji yang pernah ia ikrarkan kepada Anggit untuk sehidup semati pupus seiring berjalannya waktu. Akbi masuk dalam pengaruh positif Bee yang saat itu
Pasalnya ia tidak berniat untuk kembali lagi ke Indonesia dalam keadaan apapun, ia ingin pergi dan menghilang jauh agar tidak menjadi beban keluarga Marthadidjaya yang sangat menyayanginya. Semua atribut keartisannya ia tanggalkan karena ingin menjalani lembaran baru bersama Evan di Vietnam. Evan
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang