Arsha terseok mengimbangi langkah Kama, berusaha menunjukan tidak ada yang terjadi di antara mereka agar tidak menimbulkan pertanyaan orang-orang yang melihat. “Kamu ngapain dansa sama Arsha segala? Liat tuh muka suaminya, untung enggak bikin kamu babak belur juga,” tegur Vina kepada sang adik keti
“Abang enggak malu punya istri kaya Caca?” celetuk Arsha. Jarinya menari membuat lukisan abstrack di dada bidang yang keras dan berotot milik suaminya. Kama mengembuskan napas, mengusap sebanyak dua kali kepala Arsha lalu memberikan kecupan di kening sang istri yang sempit. “Kamu terpengaruh sam
“Apa yang dilakukan Kama di dalam bersama Vina?” Fabian cukup mengenal Vina karena dirinya lah yang waktu itu menghadiri gunting pita galeri tersebut dan Fabian juga tau jika Vina memiliki perasaan lebih terhadap Kama. “Aku tidak tau!” Nufaira membenamkan wajahnya di pundak Fabian. “Mungkin Vina
“Tolong nanti langsung di bawa ke ruangan Tuan Gunadhy.” Arsha menginstruksikan sesuatu pada seseorang melalui ponselnya. Lalu memutuskan sambungan telepon setelah mendengar kesanggupan dari sang lawan bicara. “Pak, pulang aja ... mungkin saya akan pulang bersama Tuan Gunadhya,” Arsha berujar kepa
“Abang udah makan siang?” Arsha bertanya setelah hening beberapa saat karena Kama dan Vina sedang mengagumi lukisannya. Di dalam hatinya Arsha menduga jika Kama baru saja mengajak Vina makan siang bersama. “Abang udah makan ... kamu?” Kama balik bertanya. “Aku belum makan siang nih, Sha ... kala
“Lo enggak kenapa-kenapa, Bro!” Fabian berseru setelah membuka pintu ruangan Kama. Melangkah lebar mendekati Kama yang duduk di kursi kebesarannya. Pria itu langsung kembali setelah mendapat pesan dari Nufaira. Sempat memberi kode ketika melewati meja Nufaira jika ia akan melihat kondisi Kama ter
Hari masih siang tapi mobil Aarash sudah berada di depan parkiran cafe milik sang istri. Entah kenapa semenjak pagi, istrinya berkali-kali mengirim pesan membuat Aarash tidak tenang bekerja. Pesan pertama Aarash dapatkan ketika dirinya baru tiba di kantor, Rachel bertanya apakah ia sudah sampai at
Arsha melirik ponselnya yang bergetar di atas meja kecil yang berada di samping kanvas. Foto cantik Rachel memenuhi layarnya. Bibir Arsha melengkungkang sebuah senyum dengan sorot mata sendu penuh kerinduan. Rindu tertawa bersama sang sahabat, menceritakan banyak kejadian yang ia lalui tanpa Rach