“Lo enggak kenapa-kenapa, Bro!” Fabian berseru setelah membuka pintu ruangan Kama. Melangkah lebar mendekati Kama yang duduk di kursi kebesarannya. Pria itu langsung kembali setelah mendapat pesan dari Nufaira. Sempat memberi kode ketika melewati meja Nufaira jika ia akan melihat kondisi Kama ter
Hari masih siang tapi mobil Aarash sudah berada di depan parkiran cafe milik sang istri. Entah kenapa semenjak pagi, istrinya berkali-kali mengirim pesan membuat Aarash tidak tenang bekerja. Pesan pertama Aarash dapatkan ketika dirinya baru tiba di kantor, Rachel bertanya apakah ia sudah sampai at
Arsha melirik ponselnya yang bergetar di atas meja kecil yang berada di samping kanvas. Foto cantik Rachel memenuhi layarnya. Bibir Arsha melengkungkang sebuah senyum dengan sorot mata sendu penuh kerinduan. Rindu tertawa bersama sang sahabat, menceritakan banyak kejadian yang ia lalui tanpa Rach
Kama menatap heran ke arah ponsel Arsha yang sedang ia genggam di tangannya, hancur berkeping-keping, pecah di bagian depan dan belakang termasuk LCD-nya. Bukan karena ponsel tersebut adalah ponsel keluaran terbaru yang sengaja ia belikan untuk sang istri dengan harga fantastis, akan tetapi alasan
Kama menderapkan langkah menuju ruang kerjanya dengan napas memburu setelah melakukan meeting dengan para petinggi di perusahaannya. Semua orang yang dianggap kurang kompeten dalam bekerja dan tidak dapat memenuhi target tengah tahun mendapat amarah seorang Kama Gunadhya. Sebagai seorang pemimpin
Nufaira pikir jika Kama harus tau karena kerja sama apapun antara dirinya dan Vina membuat sang istri di rumah merasa terluka. “Gue bilang apa,” Fabian menimpali membuat Kama memberikan delikan tajam. “Kamu bilang jika saya dan Vina sedang mengerjakan proyek pembangunan galeri lukis yang baru?”
Seakan trauma dengan kejadian Arsha yang pernah mengalami kecelakaan mobil, Kama berlari seperti orang gila di lorong rumah sakit. Pasalnya Nufaira mengabarkan jika driver yang sedang mengemudikan kendaraan itu meninggal di tempat. Oke baik, itu akan menjadi urusan asuransi dan Kama sudah meminta
Setau Kama, melukis hanyalah hobby Arsha bukan sesuatu yang akan ia banggakan dikemudian hari. Kama yang tadinya berdiri di belakang Arsha kini beralih ke sampingnya, berlutut dengan satu kaki mengahadap sang istri. “Kamu bisa cari hobby lain, nanti ... gimana kalau shopping? Abang punya banyak ua