Kama menderapkan langkah menuju ruang kerjanya dengan napas memburu setelah melakukan meeting dengan para petinggi di perusahaannya. Semua orang yang dianggap kurang kompeten dalam bekerja dan tidak dapat memenuhi target tengah tahun mendapat amarah seorang Kama Gunadhya. Sebagai seorang pemimpin
Nufaira pikir jika Kama harus tau karena kerja sama apapun antara dirinya dan Vina membuat sang istri di rumah merasa terluka. “Gue bilang apa,” Fabian menimpali membuat Kama memberikan delikan tajam. “Kamu bilang jika saya dan Vina sedang mengerjakan proyek pembangunan galeri lukis yang baru?”
Seakan trauma dengan kejadian Arsha yang pernah mengalami kecelakaan mobil, Kama berlari seperti orang gila di lorong rumah sakit. Pasalnya Nufaira mengabarkan jika driver yang sedang mengemudikan kendaraan itu meninggal di tempat. Oke baik, itu akan menjadi urusan asuransi dan Kama sudah meminta
Setau Kama, melukis hanyalah hobby Arsha bukan sesuatu yang akan ia banggakan dikemudian hari. Kama yang tadinya berdiri di belakang Arsha kini beralih ke sampingnya, berlutut dengan satu kaki mengahadap sang istri. “Kamu bisa cari hobby lain, nanti ... gimana kalau shopping? Abang punya banyak ua
"Yang sakit itu tangan, Abang ... bukan kaki... Caca masih bisa jalan," ujar Arsha yang menghentikan langkahnya karena sang suami terlalu posesif memapah, membuat ia kesulitan berjalan. "Oh... Iya, Abang lupa, " balas Kama pura-pura bodoh. Arsha mengembuskan napas, suaminya mendadak perhatian sem
Seakan enggan melepas sang istri, setelah menekan tombol di panel samping pintu lift, Kama menarik Arsha dengan satu tangan hingga dada mereka bertabrakan lalu memberikan kecupan di kepala sang istri sekilas. Arsha memaksakan sebuah senyum untuk Kama hingga pintu lift tertutup sempurna. Setelah i
“Beneran nih, Kak Evan enggak apa-apa anter aku pulang?” Jujur saja Arsha tidak enak hati, tapi ketika tadi dirinya akan pulang dan hendak memesan taksi, ia mendapat pesan dari Nufaira jika Kama sedang mengadakan pertemuan dengan Vina, hati Arsha langsung membara. Pantas saja wanita itu sampai ke
Masih menurut penuturan Nufaira juga, mereka terlibat dalam diskusi serius mengenai perombakan gedung galeri lukis. Oke, Arsha percaya. Ia hanya tidak suka Vina terlalu sering bertemu dengan suaminya walaupun Vina tidak pernah menggoda Kama secara terang-terangan tapi Arsha juga wanita dan ia bisa
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang