Seakan enggan melepas sang istri, setelah menekan tombol di panel samping pintu lift, Kama menarik Arsha dengan satu tangan hingga dada mereka bertabrakan lalu memberikan kecupan di kepala sang istri sekilas. Arsha memaksakan sebuah senyum untuk Kama hingga pintu lift tertutup sempurna. Setelah i
“Beneran nih, Kak Evan enggak apa-apa anter aku pulang?” Jujur saja Arsha tidak enak hati, tapi ketika tadi dirinya akan pulang dan hendak memesan taksi, ia mendapat pesan dari Nufaira jika Kama sedang mengadakan pertemuan dengan Vina, hati Arsha langsung membara. Pantas saja wanita itu sampai ke
Masih menurut penuturan Nufaira juga, mereka terlibat dalam diskusi serius mengenai perombakan gedung galeri lukis. Oke, Arsha percaya. Ia hanya tidak suka Vina terlalu sering bertemu dengan suaminya walaupun Vina tidak pernah menggoda Kama secara terang-terangan tapi Arsha juga wanita dan ia bisa
Arsha berusaha mengatur waktu untuk bisa menahan diri tidak melukis ketika ada Kama di rumah agar sang suami tidak merasa kehilangan. Cita-citanya menjadi sukses adalah untuk memantaskan diri menjadi istri seorang Kama Gunadhya dan dalam prosesnya Arsha harus bisa mendahulukan Kama karena dia lah y
Rasanya sudah lama Arsha tidak bertemu keluarganya, apa ia harus pulang ke Indonesia untuk ikut merayakan baby shower Rachel dan sang Kakak? Tapi kenapa Oma yang mengabarinya? Kenapa tidak sang Mommy atau Rachel sendiri? Arsha tersenyum memikirkan jika sang Mommy mungkin sudah mendapat pengganti
“Mau nginep di rumah Ayah atau rumah Daddy?” Kama bertanya tapi tidak sungguh-sungguh, ia berharap Arsha akan mengalah untuk menginap di rumah Ayah dan Bunda selama mereka pulang ke Jakarta. “Rumah Daddy donk,” balas Arsha seraya menatap indahnya lampu-lampu kota Hanoi dari dalam privat jet milik s
Arsha mengangguk mengerti lalu mengambil tempat di posisi Kama mengantri tadi. Sambil menyandar pada pagar pembatas di depan pintu butik, Kama meraih ponsel dari dalam saku celana kemudian mengetikan sesuatu untuk sang Bunda tercinta. Kama : Bun, malam ini Abang menginap di rumah Daddy Akbi. Abang
“Nak Kama ... cucu kesayangan Oma,” sapa Oma Aneu seraya memeluk Kama yang sedang duduk di kursi meja makan di samping Daddy. Sengaja Oma melewati Arsha yang baru saja membawa satu menu sarapan pagi dari dapur ke ruang makan dan delikan sebal beliau berikan untuk cucunya itu. Kama tersenyum seraya
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang