“Mau nginep di rumah Ayah atau rumah Daddy?” Kama bertanya tapi tidak sungguh-sungguh, ia berharap Arsha akan mengalah untuk menginap di rumah Ayah dan Bunda selama mereka pulang ke Jakarta. “Rumah Daddy donk,” balas Arsha seraya menatap indahnya lampu-lampu kota Hanoi dari dalam privat jet milik s
Arsha mengangguk mengerti lalu mengambil tempat di posisi Kama mengantri tadi. Sambil menyandar pada pagar pembatas di depan pintu butik, Kama meraih ponsel dari dalam saku celana kemudian mengetikan sesuatu untuk sang Bunda tercinta. Kama : Bun, malam ini Abang menginap di rumah Daddy Akbi. Abang
“Nak Kama ... cucu kesayangan Oma,” sapa Oma Aneu seraya memeluk Kama yang sedang duduk di kursi meja makan di samping Daddy. Sengaja Oma melewati Arsha yang baru saja membawa satu menu sarapan pagi dari dapur ke ruang makan dan delikan sebal beliau berikan untuk cucunya itu. Kama tersenyum seraya
Tidak lupa Kama menceritakan kecelakaan nahas yang menipa Arsha beberapa waktu lalu. Semua begitu terkejut dan menuntut kenapa mereka tidak diberitau tapi Arsha pasang badan. Ia mengatakan jika luka yang dideritanya tidak parah karena menggunakan seatbelt dan airbag di kabin belakang juga menjalan
Waktu terasa begitu cepat berlalu saat berkumpul dengan keluarga, acara yang di mulai sebelum tengah hari belum berakhir meski malam telah menjemput. Beberapa keluarga seakan enggan untuk berpisah karena mereka hanya bisa berkumpul disaat-saat seperti ini saja. Papa Kenzi sampai meminta koki memas
Itu karena Kama masih menggantungkan harapan untuk mendapatkan anak secepatnya. Setelah menyemburkan benih diperut Arsha, Kama selalu berdoa meminta kepada Tuhan agar diberikan anak. Doa itu kerap kali ia gumamkan agar Arsha mendengar juga keinginannya. Selain fisik Arsha sudah tidak sanggup haru
Arsha menjerit histeris tatkala melihat bangunan apartemen yang beberapa bulan sudah ia tempati hangus terbakar beserta seluruh isinya. Gedung tersebut dijaga pihak kepolisian dan masih banyak mobil pemadam kebakaran juga unit terkait lainnya sedang sibuk menyelesaikan insiden kebakaran ini. Arsha
“Kita pulang, Ca.” “Pulang kemana?” Sebelum Kama menjawab pertanyaan sang istri, Fabian datang menghampiri sambil memberikan sebuah keycard. “Penthousenya udah bisa kalian tempati, untuk pakaian mungkin harus beli lagi karena tidak ada satupun yang bisa digunakan kembali.” Fabian memberitau. “
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang