Arsha menjerit histeris tatkala melihat bangunan apartemen yang beberapa bulan sudah ia tempati hangus terbakar beserta seluruh isinya. Gedung tersebut dijaga pihak kepolisian dan masih banyak mobil pemadam kebakaran juga unit terkait lainnya sedang sibuk menyelesaikan insiden kebakaran ini. Arsha
“Kita pulang, Ca.” “Pulang kemana?” Sebelum Kama menjawab pertanyaan sang istri, Fabian datang menghampiri sambil memberikan sebuah keycard. “Penthousenya udah bisa kalian tempati, untuk pakaian mungkin harus beli lagi karena tidak ada satupun yang bisa digunakan kembali.” Fabian memberitau. “
Apakah Arsha tidak boleh cemburu? Apakah Arsha tidak boleh membuktikan jika wanita yang berada di sekitar Kama sedang berusaha menjerat hatinya? Arsha pernah dikhianati sahabatnya sendiri, dicampakan kekasihnya setelah bertahun-tahun bersama. Itulah yang membuat Arsha menjadi seperti ini, tida
“Ca!” Suara seorang pria memanggil namanya membuat Arsha mengalihkan tatapan dari kanvas kemudian menoleh. “Fabian!!” Arsha berseru tampak bahagia. “Teropongnya udah ada, mau disimpen di mana?” Pria itu bertanya. “Di sini aja,” jawab Arsha cepat dengan raut wajah bahagia. Fabian mengangguk kemu
Fabian mengangguk, raut wajahnya berubah serius. Berarti cocok dengan praduga Kama kepada Vina yang mengatakan jika Vina ingin membuat dirinya berjasa bagi kesuksesan Arsha sehingga membuat Kama berhutang budi. Fabian tersenyum remeh. Kadang pikiran para wanita begitu rumit padahal ini adalah masal
Arsha duduk di sebuah cafe ditemani segelas teh dan pai. Pagi tadi ia mencoba menghubungi Vina. Arsha harus menemui Vina untuk memberikan lukisan kedua yang telah selesai ia buat untuk pameran nanti. Beberapa minggu keduanya tidak saling berhubungan, Vina mungkin saja marah padanya karena renggang
Arsha menganggukan kepala sambil tersenyum ironi, ia tau itu dan begitu menyesali semua yang sudah dilakukannya termasuk menunda kehamilan yang sampai saat ini hanya dirinya dan Tuhan yang tau. “Caca mau buat satu lukisan lagi ya, Kak!” cetus Arsha yang langsung mendapat anggukan antusias dari Vina
Suhu di dalam kamar mandi memanas saat Kama memacu tubuhnya di belakang Arsha, desahan demi desahan menggema dengan peluh yang menjadi bukti jika kegiatan bercinta mereka sudah beberapa lama berlangsung tapi Kama masih belum mengijinkan dirinya meledak di dalam Arsha. Umpatan karena nikmat berkali-