Share

Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti
Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti
Penulis: Parikesit70

Labrak pelakor

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 05:16:49

“Baru selama lima tahun diberi kekuasaan atas perusahaan ini saja, Dimas sudah mampu mendoktrin beberapa staf hingga satpam harus tunduk padanya. Aku tak akan segan untuk mencari akar dari masalah ini dan mencabutnya hingga tuntas!”

Indah, wanita hamil 8 bulan begitu kesal. Pasalnya, di perusahaan ayahnya sendiri yang kini dipimpin oleh sang suami—Dimas, ia dihalang-halangi untuk bertemu suaminya.

Beruntung, seorang satpam masih mau mendengarkan titahnya.

Ia jadi curiga, ada sesuatu yang disembunyikan Dimas di sini.

Sesampai di depan ruang kerja Dimas, Indah langsung meraih hendel pintu dan membukanya.

Ceklek! Ceklek!

Pintu ruang kerja Dimas tak dapat dibuka. Indah tampak mengamati beberapa ruang yang kosong di lantai empat dan bertanya pada satpam yang menemaninya, “Kenapa di lantai empat ini beberapa ruangan dikosongkan? Kemana beberapa staf yang ada di sini? Di mana ruang kerja Rara?”

“Lapor Bu! Di lantai empat hanya digunakan sebagai tempat rapat dan hanya ada ruang kerja bapak. Untuk ruang ibu Rara ada dilantai tiga bersama dengan ruang accounting dan HRD,” jawab satpam tersebut secara detail.

Sejenak Indah terdiam dan memejamkan matanya seraya menghirup udara dari lantai empat dengan sangat dalam. Indah mengingat beberapa bagian yang ada di ruangan tersebut.  “Setahu kamu. Apa hari ini pak Dimas ada keluar kantor?”

“Yang saya tahu, bapak baru satu jam lalu balik dari luar, Bu!”

“Terima kasih atas kejujuranmu,” ucap Indah menganggukkan kepalanya. “Apa kamu bisa menendang pintu ini, sampai terbuka?” perintah Indah yang beranjak dari depan pintu ruang kerja Dimas dan mempersilakan Galih melakukan hal yang diminta.

BRAK! BRAK!

BRRRUK !

“Indah!” pekik sang suami, saat melihat istrinya yang hamil delapan bulan itu yang melakukan pembobolan pada pintu ruang kerjanya.

Terlihat, Dimas tengah menarik resleting celana panjangnya. Sementara wanita yang bersamanya, tengah sibuk menurunkan rok span yang tersingkap hingga atas.

Dengan emosi memuncak, Indah yang hatinya telah begitu hancur, mendekati Dimas dan menampar wajah lelaki yang telah lima tahun menjadi suaminya.

PLAK ! PLAK !

“Brengsek kamu, Mas! Ruang kerja almarhum ayahku, kalian pakai untuk berzina! Apa kalian tidak punya moral melakukan disaat semua karyawan bekerja?!” umpat Indah berurai air mata.

Seketika Dimas bersujud di kaki Indah, memegangnya seraya meminta maaf. “Maafkan aku, Indah. Ampuni aku ... Demi Allah aku bersumpah ini yang terakhir kali. Aku dan Angel—"

“Diam bajingan! Ingat! Jangan sebut nama Allah dalam dosamu! Kamu lelaki laknat yang nggak tahu diri! Begini cara kamu membalas semua kebaikan orang tuaku! BAJINGAN!!!”

BUGH ...!

Indah menendang bahu Dimas kala lelaki itu memegang kakinya. Namun, lelaki tampan yang kini tampak berantakan tak membalas apapun yang dilakukan oleh Indah. Setelah itu, pandangan Indah beralih ke wajah Angel yang juga tampak berantakan dan masih bertelanjang kaki.

Indah maju menuju ke tempat Angel yang masih berdiri di sisi meja besar milik Dimas bekerja. Bayangan perzinaan di meja kerja itu terlintas dalam benak Indah. Hingga wanita hamil delapan bulan itu pun, kalap saat mendekati Angel.

“Aduh ... Sakitttt!” teriak Angel saat Indah menarik rambut panjangnya.

Indah menggiringnya keluar ruangan dan membuangnya seperti sampah.

 “Rasakan ini penzina! Dasar pelacur!” teriak Indah seraya terus menyerang Angel membabibuta.

Namun, bukannya menyerah, Angel justru semakin berani. Usai dihempas ke lantai, wanita jalang itu kembali bangkit. Ia berjalan menuju pintu darurat, kemudian berbalik dan bertolak pinggang menatap Indah dengan sengit.

“Jangan salahkan kami yang berselingkuh!” katanya dengan ujaran yang keras. “Kamu adalah istri yang gagal! Kenapa aku yang kamu salahkan, kalau suamimu terpikat padaku? Memang benar aku berzina! Tapi perlu kamu tahu, kami saling mencintai.”

“Asal kamu tahu juga. Dimas tidak akan menikahi kamu, jika kamu tidak memiliki perusahaan ini! Sampai disana, jelas bukan ... Kalau kamu bukan siapa-siapa bagi Dimas. Kamu hanya ladang uangnya!"

Mendengar kata yang menyudutkan dirinya, Indah berjalan cepat mendekati Angel. Sesaat kemudian, sebuah tamparan telah meluncur keras ke pipi wanita dua puluh lima tahun itu.

PLAK ! PLAK !

“Dasar pelacur! Apa orang tuamu yang mengajari kamu untuk bangga jadi penzina seperti ini? Hah!” teriak Indah meraih bagian leher Angel.

Namun, wanita muda yang kini berada dalam cengkeraman Indah mendorong bagian bahu wanita hamil itu hingga ia jatuh.

Tubuh Indah terguling-guling menuju lantai dua dengan teriakan keras.

“AAAAHHHH ... Ayahhhhh!” teriak Indah. Namun beberapa saat kemudian tak terdengar lagi suara wanita hamil delapan bulan itu.

Sementara itu, Angel yang berjongkok di tangga darurat lantai tiga hanya memandangi tubuh Indah yang tergolek tak berdaya. Dari atas ia berbisik, “Selamat jalan Indah! Dimas memang hanya milikku!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
madehilda
lanjut Kak... ini cerita tentang transmigrasi ya kak
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Lanjut Kak... Bab pertama aja udah seruuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   KOMA

    “Indah! Tidakkkkk! Ya Allah! Bangun Indah! Indahhhhh!”Zara, teman dekat Indah berteriak saat melihattubuh Indah tergeletak berada di depan tangga darurat lantai 2. Ia memeluktubuh sahabatnya yang masih terlihat napasnya, pelan.“Cepat hubungi ambulans Pak! Tolong! Cepat Pak, hikss....,” tangis Zarameraung-raung dengan terus memeluk tubuh sahabatnya yang dalam keadaan taksadarkan diri atau koma.Disaat ia menangis, dilihatnya seorang wanita diam berjongkok memandang ke arahZara dan terlihat dua orang pria yang tak lain Dimas dan seorang satpammenuruni tangga darurat menuju tempat Zara bersimpuh memangku tubuh Indah yangberlumuran darah pada bagian kepalanya.Zara yang berfokus pada diri Indah hanya mampu menangis dan berusahamenyadarkan sahabatnya dengan kata-kata yang menyayat hati bagi orang yangmendengarnya.“Indah..., bangun sayang. Indah jangan tinggalkan aku seperti ini. Kenapa kamuke kantor ini sendirian? Siapa yang melakukan ini padamu, Indah...., bangunsayang..., i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Bertukar Raga

    Bersamaan dengan Indah yang dilarikan ke rumah sakit, datanglagi mobil Ambulance lain yang membawa seorang wanita dalam kondisimengenaskan. Kaki dan tangannya terpisah dari tubuhnya dengan kondisiwajah hampir tak dapat dikenali. Ialah Elvira, yang ternyata masih dalamkondisi sadar meski mengalami kecelakaan parah.“Ibu orang tua dari pasien Elvira?” tanya suster jagatersebut ketika melihat seorang wanita paruh baya menangisi pasien kecelakaantragis barusan.“Benar, saya Ibunya. Tolong izinkan saya melihat putrisaya,” pinta Maharani mengiba.“Silakan Ibu...,” jawab perawat yang berjaga diluar sebelahruang ICU.“Suster, tunggu! Kenapa ibu ini bisa melihat pasien didalam? Sedangkan saya nggak bisa melihat keluarga saya?” tanya Zara dengan matasembab.“Sabar Ibu, kondisi putrinya sudah bisa melewati masakritis. Untuk pasien Indah, kondisinya masih koma. Harap Ibu bersabar,” ungkapperawat yang berjalan menuju ruang ICU.Mendengar keterangan dari perawat tersebut, Zara terkulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Kesempatan Kedua

    “Tolong! Perutku sakit! Tolong...!”Dua orang perawat dan satu dokter yang berjaga di ruanganICU terkejut atas teriakan Indah yang awalnya diprediksi tidak punya harapanhidup.Bersamaan dengan jeritan keras Indah yang sebenarnya adalahjiwa Elvira, terdengar pula bunyi peringatan pada layar monitor yang memantaudenyut jantung. Monitor itu secara tiba-tiba datar dengan bunyi panjang dangaris datar lurus hingga batas nol. Padahal gadis cantik yang kini cacat itu telah melewati masakritis dengan denyut jantung yang kian berangsur membaik. Melihat monitor perekam jantung dan organ tubuh Elvira yangdipantau menunjukkan garis datar tanpa irama sama sekali, membuat Maharani yangmemandangi wajah putrinya memucat, berteriak histeris.“Dokter! Tolong putri saya! Tolong...! Ada apa dengan putrisaya? Tolong selamatkan nyawanya dokter!”Dengan sigap seorang dokter menghampiri Elvira danmemberikan pertolongan dengan alat kejut jantung yang dilakukan berulang kali. Namun monitor pada sis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Siapa aku?

    Zara meninggalkan ruang ICU dan berencana untuk bertemudengan dokter yang menangani kesehatan Indah. “Dokter, saya ingin besok Indah bisa mendapatkan pemeriksaanMRI. Kalau memungkinkan, biarkan Indah tetap dirawat di ruang ICU seminggu ini?Masalah biaya, saya yang bertanggung jawab.”Mendengar penjelasan dari Zara, Dokter pun menjawab, “Baik,saya dan team akan melakukan pemantauan berkala atas pasien Indah dan tetapakan kami beri waktu satu minggu di ruang ICU.”“Uhm, satu lagi Dokter. Apa bisa saudara saya, tidakmenerima kunjungan dari siapa pun, selain saya?” tanya Zara penuh harap.“Mengenai pembatasan orang yang menjenguk pasien, nantidikoordinasikan saja dengan kepala perawat,” jawab Dokter.Mendengar jawaban dari dokter, Zara undur diri dan langsungmencari kepala perawat.Setelah duduk di hadapan kepala perawat, Zara memintapadanya agar Indah tidak boleh dijenguk oleh siapa pun, kecuali dirinya. Namun, kepala perawat itu balik bertanya pada Zara. “MaafIbu, kalau suam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Hilang ingatan???

    “Pagi Suster. Saya keluarga pasien bernama Indah. Bagaimanaperkembangan saudara saya?” tanya Zara sebelum meminta izin masuk keruang ICU.“Pagi Ibu, kebetulan sekali Ibu sudah datang. Ada yang mausaya sampaikan perihal pasien Indah,” jawab perawat jaga.“Dia baik-baik saja kan, Suster?” tanya Zara cemas.“Sejauh ini, pemeriksaan mengenai kondisi fisiknya baik.Hanya saja, saat akan menyusui bayinya, ibu Indah agak ragu dan tampak bingung.Kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh trauma pada benturan saat iaterjatuh, seperti yang ia sampaikan,” jawab perawat tersebut.“Iya Suster. Sepertinya cedera kepalanya yang buat saudarasaya sedikit mengalami amnesia. Tapi, kalau dia sudah mengingat jatuh daritangga, kemungkinan besar dia akan mengingat kembali semua peristiwa yangterjadi,” ujar Zara bernapas lega.“Baiklah Bu, kemungkinan besar hari ini pasien akan kitapindahkan ke ruang perawatan VIP A," jelas perawat tersebut.Zara menganggukkan kepala dan berucap. “Baik suster, sayase

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 1

    Elvira yang bertemu hanya beberapa menit dengan Indah yang menceritakan kejahatan suami dan wanita selingkuhannya di ruang ICU, kembali mengingat rentetan peristiwa dua hari sebelum Indah meregang nyawa, saat wanita lembut itu bercerita dan bertukar raga padanya. * Dua hari sebelumnya* Dering ponsel Dimas terdengar hingga ke ruang keluarga. Indah yang tahu Dimas suaminya masih membersihkan diri, langsung berjalan menuju kamar. Sesampai di kamar, kembali ponsel Dimas berdering, saat jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Indah berjalan mendekati ponsel yang kembali berdering di nakas tempat tidur mereka seraya bermonolog. “Siapa sih..., pagi-pagi sudah telepon?” Indah meraih ponsel tersebut dan melihat nama Angel pada bagian layar telepon. Baru saja, Indah akan menjawab panggilan telepon tersebut, suara manja wanita bernama Angel di ujung telepon seketika mengejutkan dirinya. “Mas..., ingat jangan sampai terlambat. Hari ini aku jadi ke dokter dan kita dapat antrean nomor dua...,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 2

    Usai sang suami pergi ke kantor, Indah keluar kamar menemui putri cantiknya yang telah menunggu di meja makan. “Indi ... Hari ini diantar Pak Iksan ke sekolah, ya...,” ujar Indah duduk pada kursi makan di sebelah putrinya dan langsung menyuapi bocah cantik itu. “Nggak mau ... Indi mau papa yang antal,” rajuk anak perempuan berusia empat tahun dalam intonasi cadel. “Ya udah..., ayo makan dulu,” pinta Indah yang menyadari, kalau Dimas lupa berpamitan pada putrinya. Indira pun, menikmati sarapannya usai mendengar ucapan Indah tanpa mengetahui secara pasti, kalau sang papa telah pergi keluar rumah tanpa mencarinya di meja makan. Pada suapan terakhir, bocah cantik bermata bulat bening itu pun, bertanya pada Indah. “Maa, apa papa sakit? Kenapa papa nggak salapan baleng Indi?” ucapnya sembari mengunyah makanan terakhirnya. “Sayang, kalau makan nggak boleh sembari ngomong. Habiskan dulu makanannya," nasihat Indah tanpa menjawab pertanyaan Indi. Indira adalah anak perempuan berusi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 3

    Sebuah mobil Mini Cooper berwarna merah metalik masuk ke halaman sekolah taman kanak-kanak. Wanita cantik berambut panjang coklat tua keluar dari dalam mobil dan berbicara dalam sambungan telepon. Sesaat kemudian, dengan langkah panjang wanita cantik itu berjalan menuju ke arah kantin sekolah tersebut. Indah bangun dari tempat duduknya dan memandang lurus kearah wanita cantik yang kian mendekatinya dengan wajah sedih dan terlihat gelisah. Namun, ketika Zara sahabatnya tepat berada di hadapannya, Indah langsung memeluk tubuh sahabatnya dan menangis. “Ra ... Aku takut. Aku takut Raa...,” isaknya dalam pelukan sahabatnya."Indah ... Nggak ada yang perlu kamu takutkan. Bisa jadi, perempuan itu memang sahabatnya yang secara tak sengaja bertemu di Mal. Bukankah, kamu juga belum mendengar secara lengkap cerita Indi. Ayolah..., jangan cengeng seperti itu.” Diseka dengan lembut sisa air mata yang masih membasahi pipi putih bersih sahabatnya. Kemudian, Zara mengajak Indah menuju mobil yang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Aku, Indah!

    Setelah itu, mereka bertiga melanjutkan makan bersama. Mereka berbicara tentang masa SMA dan kuliah. Jelas hal itu membuat Indah dalam jiwa Elvira tidak bisa mengikuti alur perbincangan mereka. Usai makan, Zara berpamitan pada Indah dan Sean.“Indah, Sean, aku pamit duluan. Kalian Ngobrol aja masalah hari H kalian,” ujar Zara.“Santai aja, Ra. Juga aku kan harus melewati masa Idah,” tutur Indah tersenyum malu.“Lumayan, ada waktu 3 bulan untuk pacaran. Ya, nggak Sean?” senyum mengembang Zara seraya beranjak dari kursinya.“Ra! Biar nanti aku yang bayar,” ujar Sean ikut berdiri memandang ke arah Zara.Zara yang melihat raut bahagia pada wajah Sean, langsung menjawab, “Iyalah, kamu yang bayar. Apalagi aku tadi sempat jadi obat nyamuk kalian."“Obat nyamuk? Maksudnya?” tanya Indah bingung.“Udahlah, malas dibahas. Emang aku nggak tahu kalau tanganmu dibawah meja dipegang sama Sean....”“Hahahahaha ... Anjay! Liat aja.” Ujar Sean dan Indah bersamaan.“Byee, pasangan yang sedang berbahagia

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Cinta Sean

    Dua minggu kemudian, Jaya pengacara Indah ke rumah untuk membawakan hasil sidang putusan perceraian. Dimana, pada putusan tersebut, disebutkan status janda yang kini disandang Indah tanpa ia mengikuti sidang lanjutan, sesuai dengan arahan Jaya selaku pengacaranya.Walaupun, pihak Dimas mengajukan gugatan harta gono gini setelah gugatan cerai. Namun, itu tidak membuat Indah gentar. Memang, untuk sidang pembagian harta gono gini, dilakukan usai terjadinya ketok palu keputusan cerai.“Selamat Indah, akhirnya keputusan kamu untuk melempar lelaki jahat itu berhasil,” ucap Jaya menyalami Indah dengan menyerahkan berkas keputusan perceraian tersebut.“Terima kasih, Om. Akhirnya selesai sudah satu masalah,” jawab Indah memandang Jaya dengan wajah penuh bahagia.Indah membaca surat keputusan perceraian tersebut dan bergumam dalam hatinya, ‘Indah, aku sudah menceraikankamu dari lelaki brengsek itu. Semoga kamu tenang di alam baka....’“Indah, mengenai gugatan harta gono gini yang diminta, akan

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Berdebat di Ruang Sidang

    Sementara itu, di rumah kontrakan Dimas. Terlihat, Mardiah tengah mengajari putranya untuk membiasakan diri memakai kaki palsu yang telah dibeli olehnya. Namun, beberapa kali terdengar keluh kesah Dimas atas kondisi dirinya dengan berteriak saat teringat kakinya diamputasi dan harus menggunakan kaki palsu untuk berjalan.“Sial! Semua gara-gara Indah! Harusnya sudah sejak lama aku bunuh saja dia! Aku dan Angel kehilangan masa depan karena dia! Keparat!” teriak Dimas mencoba melangkah dengan kaki palsu usai selama seminggu di rumah sakit dan sudah satu minggu ini lelaki itu mencoba kaki palsunya.“Dimas, sudah jangan teriak seperti itu. Nggak ada yang bisa membalikkan keadaan. Justru akan membuat teras semakin berat. Ibu mau, besok kamu kuat dan bisa berjalan menuju pengadilan! Ibu mau kita permalukan Indah dengan lelaki yang kini selalu bersamanya,” tutur Mardiah menepuk-nepuk bahu putranya.“Bu, jangan paksa saya ke pengadilan lagi. Biarkan saja cerai. Saya terima semua apa yang jadi

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Mardiah bertemu Maharani

    Sore hari, usai Indira ditemukan dan Dimas mengalami kecelakaan, Indah menghubungi Dinda adik kandung Dimas yang tinggal dan ditampung di rumahnya. Selama ini hanya Indah saja yang dibiayai,kuliahnya oleh Indah.Karena, saat itu hanya Dinda diantara ketiga adik perempuan Dimas yang mendukungnya dan memberikan bukti-bukti pernikahan Dimas dengan Angel.Maka dari itu dengan mudah Indah bisa mengajukan gugatan cerai. Sebagai timbal baliknya, Indah berkomitmen membantu kebutuhan Dinda hingga tamat kuliah.“Halo Din, Kak Indah mau kasih tahu. Kalau Kak Dimas kecelakaan. Infonya, dibawa ke Rumah Sakit Ananda. Kalau gimana kamu hubungi ibumu, biar nggak disalahkan,” ucap Indah memberitahukan kondisi Dimas tanpa membeberkan masalah yang terjadi sebelumnya.“Ya Allah, kenapa bisa kecelakaan seperti itu, Kak? Apa Kak Indah yang dihubungi polisi?” tanyanya.“Iya, untuk penyebab kecelakaannya, nanti kamu tanya polisi. Sekarang, aku lagi ada urusan. Jadi lebih baik secepatnya kamu beritahu ibumu,”

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   KARMA

    Sementara itu, Sean yang memegang ponsel Indah terus berkomunikasi lewat pesan singkat dengan Dimas. Ia juga berkomunikasi dengan Indah. Sean sangat bahagia mendengar, saat Indira berada di rumah kosong tersebut.Namun, saat mendengar kondisi anak perempuan berusia 5 tahun diikat tangan, kaki dan disumpal mulutnya dengan handuk kecil, membuat emosi Sean memuncak.Sean pun, menghubungi Indah untuk memastikan kondisi kesehatan Indira.“Indah, tolong secepatnya Indira bawa ke rumah sakit. Minta juga bagian tumbuh kembang anak dan psikologi untuk mendampinginya.”“Iya Sean, kami sedang menuju ke rumah sakit. Tolong kamu berhati-hati menghadapi lelaki jahat itu. Barusan, polisi juga sudah berkoordinasi menuju lokasi tempat pertemuan. Jadi, tolong buat lelaki itu menunggu. Beritahu saja dia, kalau kamu terjebak macet.”“Ya Indah, kamu tenang aja. Aku lelaki yang bisa jaga diriku. Saat ini aku sangat emosi atas tindakan Dimas. Lelaki itu sama sekali tidak berpikir atas dampak putrinya. Akan

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Dobrak Pintu

    Sekitar 20 menit kemudian, pihak kepolisian terdekat sampai ke rumah tersebut. Lalu, seorang warga yang tahu pemilik dari rumah tersebut, telah menghubungi pemilik rumah kosong yang disewa oleh sahabat Angel.Maka, pemilik rumah yang bernama Retno, membuka pintu pagar tersebut didampingi oleh polisi, RT dan Indah yang pikiran dan perasaannya kacau balau. Apalagi ketika ia memanggil putrinya, tidak dijawaban sama sekali.Dalam hati Indah terus berdoa atas seorang anak perempuan yang dititipkan oleh almarhum Indah padanya.‘Ya Allah, kasihanilah Indira. Hamba ingin merawat anak perempuan itu hingga dewasa. Berikan hamba waktu untuk menebus kesalahan hamba dengan merawat anak malang itu. Izinkan ya Allah ... Amiin’Ceklek!“Indira....!” teriak Indah memanggil putrinya dalam ruangan gelap gulita.Cetek!Lampu ruang tamu pada rumah tersebut terang. Lalu, mereka merangsek masuk ke ruangan lain seraya memanggil nama Indira. “Indira...! Indira...! Mama kamu ada di sini sayang...,” panggil po

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rumah Kosong, Senyap

    Usai membaca pesan singkat Dimas, mereka langsung berdiskusi. “Indah, kalau sampai Dimas keluar dari tempat yang dikatakan sopir tadi. Apa Indira juga dibawa sama dia? Kira-kira apa reaksi Indira saat bertemu kamu di taman?”“Maksud kamu?” tanya Indah yang tak mengerti jalan pemikiran Sean.“Indah, menurut aku. Sangat tidak mungkin Dimas bawa Indira ke taman setelah lebih dari enam jam di ajak bersama dirinya. Pasti anak itu menangis terus dan dia akan teriak kalau bertemu kamu. Sedangkan di taman kota banyak orang,” ujar Sean memberikan argumentasinya.“Ya Allah, sekarang aku harus gimana? Berarti putriku ditinggak di rumah kosong itu?!” seru Indah dengan wajah tegang.“Indah, tenang. Tolong tenang. Biar kita bisa berpikir,” pinta Sean.“Sean, gimana putriku? Dia takut kegelapan. Sekarang dia pasti sendirian di rumah kosong itu,” tangis Indah kala membayangkan kejadian yang menimpa putrinya.Sean yang mendengar tangis Indah memacu otaknya untuk memikirkan langkah jitu bagi masalah ya

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Titik Terang

    Sekitar pukul 4 sore, Indah dan Sean sampai di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) khusus wanita. Mereka menemui kepala LAPAS dan berbicara mengenai masalah yang terjadi dalam keluarga Indah. Kemudian, seorang sipir mengantarkan Indah dan Sean ke sebuah ruangan pertemuan yang biasa digunakan narapidana dan keluarganya.“Silakan ditunggu, nanti akan saya bawa ibu Angel ke ruangan ini,” ujar seorang sipir.“Pak, boleh saya minta tolong?” tanya Indah pada sipir yang akan memanggil Angel.“Minta tolong apa ya Bu?” tanya sipir tersebut menghentikan langkahnya untuk ke sel tahanan.“Begini Pak, kalau Angel sampai tanya siapa yang akan bertemu dengannya, katakan saja, keluarganya yang bernama Dina. Soalnya, dia pasti akan menolak kalau tahu saya yang akan bertemu dengannya,” pinta Indah.Lelaki besar tinggi bagian sipir dengan pakaian seragamnya yang paham atas hal yang dimaksud Indah, menganggukkan kepala dan berucap. “Baik Bu. Saya paham. Permisi...”“Terima kasih Pak,” jawab Indah.Sementara,

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   CCTV Sekolah Indira

    Indah langsung mencari putrinya ke rumah Mardiah, ibunda Dimas. Namun, saat ke rumah tersebut Mardiah telah menjual rumahnya. Jalan satu-satunya Indah membuka blokir telepon Dimas dengan tujuan ia bisa menghubunginya. Namun, saat ia menghubungi Dimas, lelaki itu tidak menjawab panggilannya. Setelah itu, Indah mencoba untuk mengirimkan pesan.[Pesan keluar Indah : Dimana kamu?]Namun, pesan itu hanya dibaca saja dan tak dijawabnya, hingga membuat emosi Indah tersulut dan mengancam Dimas dengan kata-kata kasar. Dimana kekasaran yang dimiliki Indah saat ini adalah milik dari jiwa asli Elvira. Sebab selama ini, Indah bukanlah karakter yang mudah berkata kasar. Maka, dalam keadaan murka Indah mengirimkan pesannya kembali.[Pesan Indah : Jangan panggil gue Indah! Kalau kagak bisa buat lo masuk penjara. Pokoknya kalau sampai terjadi sesuatu sama Indira, tamat hidup lo. BAJING-AN!]Dalam kekacauan hati dan pikirannya, Indah menghubungi Sean, karena ia tidak ingin mengganggu Zara yang tengah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status