Share

Kesempatan Kedua

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 05:18:32

“Tolong! Perutku sakit! Tolong...!”

Dua orang perawat dan satu dokter yang berjaga di ruangan ICU terkejut atas teriakan Indah yang awalnya diprediksi tidak punya harapan hidup.

Bersamaan dengan jeritan keras Indah yang sebenarnya adalah jiwa Elvira, terdengar pula bunyi peringatan pada layar monitor yang memantau denyut jantung. Monitor itu secara tiba-tiba datar dengan bunyi panjang dan garis datar lurus hingga batas nol.

Padahal gadis cantik yang kini cacat itu telah melewati masa kritis dengan denyut jantung yang kian berangsur membaik.

Melihat monitor perekam jantung dan organ tubuh Elvira yang dipantau menunjukkan garis datar tanpa irama sama sekali, membuat Maharani yang memandangi wajah putrinya memucat, berteriak histeris.

“Dokter! Tolong putri saya! Tolong...! Ada apa dengan putri saya? Tolong selamatkan nyawanya dokter!”

Dengan sigap seorang dokter menghampiri Elvira dan memberikan pertolongan dengan alat kejut jantung yang dilakukan berulang kali.

Namun monitor pada sisi tempat tidur Elvira tetap datar dan tidak bergerak sama sekali. Akhirnya, dokter pun harus mengatakan pada Maharani, apa yang terjadi pada putrinya.

 

“Maaf Ibu, sepertinya putri Ibu, tidak dapat tertolong. Kita sudah berupaya semaksimal mungkin. Tapi Tuhan yang punya kuasa," ucap lirih dokter jaga tersebut terus memandang ke arah monitor.

 

Mendengar keterangan dokter, Maharani kian histeris. Kemudian ia menggerak-gerakan bahu Elvira. “Tidakkkkk! El bangun sayang! Bangun! Bicaralah, hiksss... Tolong dokter! Tolong selamatkan putrikuu..., hanya dia satu-satunya yang aku punya di dunia ini. Dokter, tolong....”

Tiba-tiba saja tubuh Maharani ambruk dan pingsan.

Sementara itu, lima menit sebelum kejadian di ruang ICU, tampak Zara masih duduk di lantai pada sudut kanan depan pintu ruang ICU. Sedangkan Dimas tampak berdiri di taman yang berada pada sisi kiri ruang ICU dan berbicara dengan seseorang dalam sambungan telepon.

 

“Aku yakin kalau kamu yang mendorong tubuh Indah, kan?” tuduh Dimas berbicara pelan dalam sambungan telepon.

 

“Ya. Aku yang mendorong dia! Karena aku nggak mau berbagi suami dengannya! Aku juga sekarang sedang mengandung anakmu! Aku nggak mau dia terus menghinaku saat aku jadi istri keduamu," jujur Angel melakukan pembelaan.

 

“Sudah gila kamu! Apa kamu pikir, Zara akan melepas dirimu begitu saja? Dia bisa memasukkan kamu ke penjara, jika dia berhasil dapat bukti atas tindakan kamu. Bahkan, tadi dia sempat tanya, histori jatuhnya Indah. Sekarang aku harus bercerita seperti apa kalau dia terus mendesak?!” ucap Dimas kuatir pada Angel yang akan dipenjara.

 

“Mas Dimas ngomong saja, kalau Indah terpeleset waktu jalan di tangga darurat karena lift rusak. Lagi pula kenapa sih Mas cemas seperti itu? Memang yakin si Indah akan hidup?  Cedera di kepalanya parah. Mana bisa dia bertahan,” ujar Angel tanpa penyesalan.

 

“Indah masih kritis. Kami tidak boleh masuk ke ruang ICU. Tapi, kamu juga harus memikirkan langkah selanjutnya kalau Indah sampai mampu melewati masa kritisnya,” jawab Dimas pelan dan gamang.

 

“Baguslah! Semoga saja wanita itu mati bersama anak yang dikandungnya. Kalau dia mati, akan menguntungkan Mas Dimas juga. Setidaknya semua harta yang dia punya termasuk perusahaannya, akan dikuasai oleh Mas Dimas sampai Indira dewasa. Kita akan lebih gampang mengendalikan Indira. Sudahlah, nggak usah lagi berpikir macam-macam, dibawa santai aja. Uhm,napa Mas Dimas sudah makan?” ungkap hati Angel seraya menenangkan hati Dimas.

 

“Ya semoga saja Indah meninggal hari ini. Kalau tidak, dia pasti akan menceraikan aku karena melihat perselingkuhan kita. Ya, sudahlah, aku mau cari makan dulu. Oh ya, bagaimana untuk masalah aborsi itu? Apa jadi kita lakukan?” tanya Dimas usai ikut meyakini apa yang akan terjadi pada diri Indah.

 

"Maaf Mas, aku nggak mau gugurkan kandungan ini. Aku juga ingin punya anak dari kamu, Mas. Ya sudahlah ... Nanti kita bahas di apartemen. Ingat, selesai makan ke apartemen," jawab Angel menutup pembicaraan.

 

Setelah itu, Dimas keluar rumah sakit untuk makan saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Sementara Zara masih komat-kamit mendoakan sahabatnya. Hingga akhirnya, seorang perawat keluar dari ruang ICU.

 

“Keluarga Indah!” panggil seorang perawat memandang ke lantai depan pintu ICU pada diri Zara yang terduduk lesu. Karena, hari itu hanya ada dua orang pasien yang ada di ruang ICU. Karena itu, perawat dapat memprediksi kalau Zara adalah keluarga Indah.

 

Mendengar nama Indah disebut oleh seorang perawat, Zara langsung berdiri dari lantai tempatnya duduk. Seketika, tubuhnya lemas dan wajah pucat pasi dengan pikiran bercabang ke segala arah.

 

“Ya, saya keluarganya. Ada apa dengan Indah, suster?” tangis Zara lepas dengan rasa takut luar biasa saat harus menghadapi rasa kehilangan yang belum mampu diterimanya.

 

“Indah telah melewati masa kritis dan melahirkan bayi lelaki. Silakan melihat kondisinya,” ucap perawat seraya tersenyum.

 

“Ya Allah! Benarkah suster, saudara saya telah melahirkan dan baik-baik saja? Alhamdulillah ya Allah." Zara dengan isak tangis dan memegang kedua tangan perawat yang masih berdiri di depan ruang ICU mencoba menyakini apa yang di dengarnya.

 

“Ya benar. Dia minta seseorang untuk menemuinya,”jawab perawat tersebut.

 

Dengan masih berurai air mata, Zara mengikuti langkah perawat yang mengajaknya ke sebuah ruang dengan perasaan campur aduk.

 

“Indah! Ya Allah..., terima kasih. Doaku dikabulkan. Indah..., maafkan aku. Apa yang terjadi di kantor itu, hikss...,” tangis Zara sembari memeluk tubuh sahabatnya dan menciumi tangan serta wajahnya berulang kali.

 

Elvira yang berada dalam raga Indah hanya mampu menatap wajah Zara dengan mata sembab yang terus menciumi tangannya berulang kali. Dalam hati Elvira pun bergumam, ‘Apa ini yang namanya Zara? Teman baik Indah?’

 

Kemudian, dengan agak ragu-ragu Indah berbicara, “Zara?”

 

“Iya Indah. Jangan paksa dirimu untuk mengingat kejadian tadi. Sekarang ini, kamu hanya perlu fokus pada putrimu Indira dan bayi lelaki yang baru kamu lahirkan. Jangan pikirkan suamimu yang nggak tahu diri. Sekarang saja, dia nggak ada di rumah sakit. Pasti dia sekarang lagi sama selingkuhannya,” tutur Zara mengelus kepala sahabatnya penuh rasa sayang.

 

“Zara ... Apa benar suamiku selingkuh? Sama siapa?” tanya Indah hingga membuat bola mata Zara nyaris keluar karena bingung atas pertanyaan sahabatnya.

 

“Maksudmu? Indah ... Apa kamu mengalami amnesia? Kamu masih kenal aku kan? Masih ingat putrimu yang bernama Indira, kan? Indah ... kamu baik-baik saja kan?” cecar Zara bertanya pada Indah yang seolah tak tahu apa yang terjadi pada hidupnya.

 

Elvira yang teringat kata-kata terakhir Indah atas keluarganya dan seorang sahabat baiknya, langsung meralat ucapannya. “Aku baik-baik aja, Zara. Mungkin aku sedikit amnesia. Uhm, Zara ... Apa bisa aku dirawat di rumah sakit ini satu minggu lagi? Tapi, untuk biayanya apa mahal sekali? Boleh aku pinjam uang kamu?"

 

Deg!

 

Dengan rasa kasih sayang pada sahabat karibnya, Zara kembali memeluk dan dengan berlinang air mata berkata, “Kamu memang harus dirawat sayang. Tidak akan aku biarkan Dimas tahu kondisimu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
madehilda
Kenapa Zara nggak curiga ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Siapa aku?

    Zara meninggalkan ruang ICU dan berencana untuk bertemudengan dokter yang menangani kesehatan Indah. “Dokter, saya ingin besok Indah bisa mendapatkan pemeriksaanMRI. Kalau memungkinkan, biarkan Indah tetap dirawat di ruang ICU seminggu ini?Masalah biaya, saya yang bertanggung jawab.”Mendengar penjelasan dari Zara, Dokter pun menjawab, “Baik,saya dan team akan melakukan pemantauan berkala atas pasien Indah dan tetapakan kami beri waktu satu minggu di ruang ICU.”“Uhm, satu lagi Dokter. Apa bisa saudara saya, tidakmenerima kunjungan dari siapa pun, selain saya?” tanya Zara penuh harap.“Mengenai pembatasan orang yang menjenguk pasien, nantidikoordinasikan saja dengan kepala perawat,” jawab Dokter.Mendengar jawaban dari dokter, Zara undur diri dan langsungmencari kepala perawat.Setelah duduk di hadapan kepala perawat, Zara memintapadanya agar Indah tidak boleh dijenguk oleh siapa pun, kecuali dirinya. Namun, kepala perawat itu balik bertanya pada Zara. “MaafIbu, kalau suam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Hilang ingatan???

    “Pagi Suster. Saya keluarga pasien bernama Indah. Bagaimanaperkembangan saudara saya?” tanya Zara sebelum meminta izin masuk keruang ICU.“Pagi Ibu, kebetulan sekali Ibu sudah datang. Ada yang mausaya sampaikan perihal pasien Indah,” jawab perawat jaga.“Dia baik-baik saja kan, Suster?” tanya Zara cemas.“Sejauh ini, pemeriksaan mengenai kondisi fisiknya baik.Hanya saja, saat akan menyusui bayinya, ibu Indah agak ragu dan tampak bingung.Kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh trauma pada benturan saat iaterjatuh, seperti yang ia sampaikan,” jawab perawat tersebut.“Iya Suster. Sepertinya cedera kepalanya yang buat saudarasaya sedikit mengalami amnesia. Tapi, kalau dia sudah mengingat jatuh daritangga, kemungkinan besar dia akan mengingat kembali semua peristiwa yangterjadi,” ujar Zara bernapas lega.“Baiklah Bu, kemungkinan besar hari ini pasien akan kitapindahkan ke ruang perawatan VIP A," jelas perawat tersebut.Zara menganggukkan kepala dan berucap. “Baik suster, sayase

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 1

    Elvira yang bertemu hanya beberapa menit dengan Indah yang menceritakan kejahatan suami dan wanita selingkuhannya di ruang ICU, kembali mengingat rentetan peristiwa dua hari sebelum Indah meregang nyawa, saat wanita lembut itu bercerita dan bertukar raga padanya. * Dua hari sebelumnya* Dering ponsel Dimas terdengar hingga ke ruang keluarga. Indah yang tahu Dimas suaminya masih membersihkan diri, langsung berjalan menuju kamar. Sesampai di kamar, kembali ponsel Dimas berdering, saat jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Indah berjalan mendekati ponsel yang kembali berdering di nakas tempat tidur mereka seraya bermonolog. “Siapa sih..., pagi-pagi sudah telepon?” Indah meraih ponsel tersebut dan melihat nama Angel pada bagian layar telepon. Baru saja, Indah akan menjawab panggilan telepon tersebut, suara manja wanita bernama Angel di ujung telepon seketika mengejutkan dirinya. “Mas..., ingat jangan sampai terlambat. Hari ini aku jadi ke dokter dan kita dapat antrean nomor dua...,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 2

    Usai sang suami pergi ke kantor, Indah keluar kamar menemui putri cantiknya yang telah menunggu di meja makan. “Indi ... Hari ini diantar Pak Iksan ke sekolah, ya...,” ujar Indah duduk pada kursi makan di sebelah putrinya dan langsung menyuapi bocah cantik itu. “Nggak mau ... Indi mau papa yang antal,” rajuk anak perempuan berusia empat tahun dalam intonasi cadel. “Ya udah..., ayo makan dulu,” pinta Indah yang menyadari, kalau Dimas lupa berpamitan pada putrinya. Indira pun, menikmati sarapannya usai mendengar ucapan Indah tanpa mengetahui secara pasti, kalau sang papa telah pergi keluar rumah tanpa mencarinya di meja makan. Pada suapan terakhir, bocah cantik bermata bulat bening itu pun, bertanya pada Indah. “Maa, apa papa sakit? Kenapa papa nggak salapan baleng Indi?” ucapnya sembari mengunyah makanan terakhirnya. “Sayang, kalau makan nggak boleh sembari ngomong. Habiskan dulu makanannya," nasihat Indah tanpa menjawab pertanyaan Indi. Indira adalah anak perempuan berusi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 3

    Sebuah mobil Mini Cooper berwarna merah metalik masuk ke halaman sekolah taman kanak-kanak. Wanita cantik berambut panjang coklat tua keluar dari dalam mobil dan berbicara dalam sambungan telepon. Sesaat kemudian, dengan langkah panjang wanita cantik itu berjalan menuju ke arah kantin sekolah tersebut. Indah bangun dari tempat duduknya dan memandang lurus kearah wanita cantik yang kian mendekatinya dengan wajah sedih dan terlihat gelisah. Namun, ketika Zara sahabatnya tepat berada di hadapannya, Indah langsung memeluk tubuh sahabatnya dan menangis. “Ra ... Aku takut. Aku takut Raa...,” isaknya dalam pelukan sahabatnya."Indah ... Nggak ada yang perlu kamu takutkan. Bisa jadi, perempuan itu memang sahabatnya yang secara tak sengaja bertemu di Mal. Bukankah, kamu juga belum mendengar secara lengkap cerita Indi. Ayolah..., jangan cengeng seperti itu.” Diseka dengan lembut sisa air mata yang masih membasahi pipi putih bersih sahabatnya. Kemudian, Zara mengajak Indah menuju mobil yang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 4

    Pada sebuah kamar apartemen nomor 12B terdengar desahan yang kian begitu berat diikuti dengan jeritan nikmat dari seorang wanita. Sampai akhirnya, mereka berdua terkapar dalam buliran dosa yang membasahi sekujur tubuh mereka. “Sayang..., cepat bersihkan dirimu kita ke dokter kandungan. Aku rasa, nomor antrean di dokter itu sudah pada antrean terakhir, "pinta Dimas masih telentang tanpa selembar kain menutupi tubuhnya. “Mas ... Apa minta jadwal ulang aja? Aku masih pengen...,” rajuk Angel manja memeluk tubuh Dimas yang penuh keringat. “Angel..., aku ada meeting jam 3 nanti. Aku ingin segera tahu berapa bulan kamu hamil. Lagi pula, aku tidak bisa terus berbohong dengan Indah untuk keluar rumah,” ujar Dimas melepas pelukan Angel dan beranjak dari ranjang kenikmatan mereka. “Mas, ayolah...,” pinta Angel ikut beranjak dari tempat tidur mengikuti langkah Dimas menuju kamar mandi. Di kamar mandi itu, mereka kembali menggila. Dimas tidak mampu menolak pesona liarnya seorang Angel. H

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan peristiwa 5

    Indah dan putrinya di antar oleh Zara sampai halaman rumah. Saat itu jam menunjukkan pukul 3 sore. Indi yang tertidur di dalam mobil di gendong oleh Sri, pembantu rumah tangga Indah lainnya. Di rumah mewah nan cukup besar peninggalan keluarga almarhum orang tua Indah mempekerjakan dua orang pembantu, satu orang tukang kebun dan satu orang sopir. Selama ini, masalah pengeluaran rumah tangga Dimas dan Indah menjadi tanggung jawab Indah. Hal itu dikarenakan Dimas mempunyai adik yang harus dibiayai baik untuk sekolah, kuliah dan biaya hidup mereka termasuk kebutuhan sang ibu mertua. “Ibu, tadi pak Dimas sempat telepon ke rumah menanyakan Ibu,” lapor Iis saat Indah telah berada di dalam kamar. “Ya, terima kasih Is, apa ada pesan dari bapak?” tanya Indah sembari duduk di tepi tempat tidurnya. “Nggak ada Bu,” jawab Iis pembantu berusia dua puluhtahun dan telah bekerja selama dua tahun. Indah menganggukkan kepala dan merebahkan tubuhnya, disaat Iis minta izin keluar dari kamar sang majik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rentetan Peristiwa 6

    Indah menutupi wajahnya dan menangis sesenggukan sembari berkata-kata, seolah tidak percaya dengan pengakuan Angel yang telah di dengar. “Tidak ... Perempuan nakal itu pasti berbohong! Tidak mungkin mas Dimas akan berlaku hina seperti itu. Pasti perempuan nakal itu yang merayu suamiku, hikss...” Sri yang main masuk ke kamar Indah untuk membawakan makanan ke kamar, mundur perlahan dari kamar Indah. Pembantu rumah tangga yang membawa baki makanan itu kini berdiri persis pada dinding sebelah pintu masuk kamar Indah. ‘Kenapa Ibu Indah menangis? Apa pak Dimas ketahuan selingkuh ya?’ bisik hati Sri masih mendengar isak tangis Indah dan berdiri pada tempat yang sama. Lima menit kemudian, Indah yang telah melepaskan emosi dan rasa sedihnya dalam bentuk tangisan, meraih ponselnya dan menghubungi Rara, kala jam menunjukkan pukul sebelas siang. “Selamat siang Ibu, apa kabar? Maaf Buu, belum sempat balas pesan Ibu dini hari itu. Hmmm...,masalah foto itu, benar itu foto Angel, bagian accountin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27

Bab terbaru

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   PERNIKAHAN INDAH

    Empat bulan kemudian, akhirnya pernikahan kedua Indah dilaksanakan di sebuah hotel berbintang 5. Namun, kabar pernikahan Indah dengan Sean didengar oleh keluarga Mardiah. Mereka tahu pernikahan Indah pada saat Dinda dihubungi oleh Mardiah untuk diminta pulang ke kampung, karena neneknya meninggal dunia. Tetapi, Dinda yang saat itu sudah berada di acara resepsi Indah menolaknya.“Dinda! Kamu harusnya pulang. Apa kamu nggak mau lihat nenekmu untuk terakhir kali?!” pinta Mardiah pada putri ketiganya.“Bu! Nggak bisa saya pulang. Disini sedang ada acara. Nggak mungkin Bu. Juga, kalaupun bisa besok malam saya ke kampung naik bis atau kereta,” ungkap Dinda.“Masa kamu nggak bisa hari ini ke kampung! Minta Indah belikan tiket pesawat! Ibu yakin sejahat-jahatnya dia, pasti akan membelikan tiket pesawat kamu! Udah sana cepat! Siapa tahu dia juga ngasih uang untuk biaya penguburan nenekmu!” desak Mardiah.“Nggak bisa Bu! Jangan terlalu memaksa seperti itu,” tolak Dinda menuju toilet agar tidak

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Aku, Indah!

    Setelah itu, mereka bertiga melanjutkan makan bersama. Mereka berbicara tentang masa SMA dan kuliah. Jelas hal itu membuat Indah dalam jiwa Elvira tidak bisa mengikuti alur perbincangan mereka. Usai makan, Zara berpamitan pada Indah dan Sean.“Indah, Sean, aku pamit duluan. Kalian Ngobrol aja masalah hari H kalian,” ujar Zara.“Santai aja, Ra. Juga aku kan harus melewati masa Idah,” tutur Indah tersenyum malu.“Lumayan, ada waktu 3 bulan untuk pacaran. Ya, nggak Sean?” senyum mengembang Zara seraya beranjak dari kursinya.“Ra! Biar nanti aku yang bayar,” ujar Sean ikut berdiri memandang ke arah Zara.Zara yang melihat raut bahagia pada wajah Sean, langsung menjawab, “Iyalah, kamu yang bayar. Apalagi aku tadi sempat jadi obat nyamuk kalian."“Obat nyamuk? Maksudnya?” tanya Indah bingung.“Udahlah, malas dibahas. Emang aku nggak tahu kalau tanganmu dibawah meja dipegang sama Sean....”“Hahahahaha ... Anjay! Liat aja.” Ujar Sean dan Indah bersamaan.“Byee, pasangan yang sedang berbahagia

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Cinta Sean

    Dua minggu kemudian, Jaya pengacara Indah ke rumah untuk membawakan hasil sidang putusan perceraian. Dimana, pada putusan tersebut, disebutkan status janda yang kini disandang Indah tanpa ia mengikuti sidang lanjutan, sesuai dengan arahan Jaya selaku pengacaranya.Walaupun, pihak Dimas mengajukan gugatan harta gono gini setelah gugatan cerai. Namun, itu tidak membuat Indah gentar. Memang, untuk sidang pembagian harta gono gini, dilakukan usai terjadinya ketok palu keputusan cerai.“Selamat Indah, akhirnya keputusan kamu untuk melempar lelaki jahat itu berhasil,” ucap Jaya menyalami Indah dengan menyerahkan berkas keputusan perceraian tersebut.“Terima kasih, Om. Akhirnya selesai sudah satu masalah,” jawab Indah memandang Jaya dengan wajah penuh bahagia.Indah membaca surat keputusan perceraian tersebut dan bergumam dalam hatinya, ‘Indah, aku sudah menceraikankamu dari lelaki brengsek itu. Semoga kamu tenang di alam baka....’“Indah, mengenai gugatan harta gono gini yang diminta, akan

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Berdebat di Ruang Sidang

    Sementara itu, di rumah kontrakan Dimas. Terlihat, Mardiah tengah mengajari putranya untuk membiasakan diri memakai kaki palsu yang telah dibeli olehnya. Namun, beberapa kali terdengar keluh kesah Dimas atas kondisi dirinya dengan berteriak saat teringat kakinya diamputasi dan harus menggunakan kaki palsu untuk berjalan.“Sial! Semua gara-gara Indah! Harusnya sudah sejak lama aku bunuh saja dia! Aku dan Angel kehilangan masa depan karena dia! Keparat!” teriak Dimas mencoba melangkah dengan kaki palsu usai selama seminggu di rumah sakit dan sudah satu minggu ini lelaki itu mencoba kaki palsunya.“Dimas, sudah jangan teriak seperti itu. Nggak ada yang bisa membalikkan keadaan. Justru akan membuat teras semakin berat. Ibu mau, besok kamu kuat dan bisa berjalan menuju pengadilan! Ibu mau kita permalukan Indah dengan lelaki yang kini selalu bersamanya,” tutur Mardiah menepuk-nepuk bahu putranya.“Bu, jangan paksa saya ke pengadilan lagi. Biarkan saja cerai. Saya terima semua apa yang jadi

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Mardiah bertemu Maharani

    Sore hari, usai Indira ditemukan dan Dimas mengalami kecelakaan, Indah menghubungi Dinda adik kandung Dimas yang tinggal dan ditampung di rumahnya. Selama ini hanya Indah saja yang dibiayai,kuliahnya oleh Indah.Karena, saat itu hanya Dinda diantara ketiga adik perempuan Dimas yang mendukungnya dan memberikan bukti-bukti pernikahan Dimas dengan Angel.Maka dari itu dengan mudah Indah bisa mengajukan gugatan cerai. Sebagai timbal baliknya, Indah berkomitmen membantu kebutuhan Dinda hingga tamat kuliah.“Halo Din, Kak Indah mau kasih tahu. Kalau Kak Dimas kecelakaan. Infonya, dibawa ke Rumah Sakit Ananda. Kalau gimana kamu hubungi ibumu, biar nggak disalahkan,” ucap Indah memberitahukan kondisi Dimas tanpa membeberkan masalah yang terjadi sebelumnya.“Ya Allah, kenapa bisa kecelakaan seperti itu, Kak? Apa Kak Indah yang dihubungi polisi?” tanyanya.“Iya, untuk penyebab kecelakaannya, nanti kamu tanya polisi. Sekarang, aku lagi ada urusan. Jadi lebih baik secepatnya kamu beritahu ibumu,”

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   KARMA

    Sementara itu, Sean yang memegang ponsel Indah terus berkomunikasi lewat pesan singkat dengan Dimas. Ia juga berkomunikasi dengan Indah. Sean sangat bahagia mendengar, saat Indira berada di rumah kosong tersebut.Namun, saat mendengar kondisi anak perempuan berusia 5 tahun diikat tangan, kaki dan disumpal mulutnya dengan handuk kecil, membuat emosi Sean memuncak.Sean pun, menghubungi Indah untuk memastikan kondisi kesehatan Indira.“Indah, tolong secepatnya Indira bawa ke rumah sakit. Minta juga bagian tumbuh kembang anak dan psikologi untuk mendampinginya.”“Iya Sean, kami sedang menuju ke rumah sakit. Tolong kamu berhati-hati menghadapi lelaki jahat itu. Barusan, polisi juga sudah berkoordinasi menuju lokasi tempat pertemuan. Jadi, tolong buat lelaki itu menunggu. Beritahu saja dia, kalau kamu terjebak macet.”“Ya Indah, kamu tenang aja. Aku lelaki yang bisa jaga diriku. Saat ini aku sangat emosi atas tindakan Dimas. Lelaki itu sama sekali tidak berpikir atas dampak putrinya. Akan

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Dobrak Pintu

    Sekitar 20 menit kemudian, pihak kepolisian terdekat sampai ke rumah tersebut. Lalu, seorang warga yang tahu pemilik dari rumah tersebut, telah menghubungi pemilik rumah kosong yang disewa oleh sahabat Angel.Maka, pemilik rumah yang bernama Retno, membuka pintu pagar tersebut didampingi oleh polisi, RT dan Indah yang pikiran dan perasaannya kacau balau. Apalagi ketika ia memanggil putrinya, tidak dijawaban sama sekali.Dalam hati Indah terus berdoa atas seorang anak perempuan yang dititipkan oleh almarhum Indah padanya.‘Ya Allah, kasihanilah Indira. Hamba ingin merawat anak perempuan itu hingga dewasa. Berikan hamba waktu untuk menebus kesalahan hamba dengan merawat anak malang itu. Izinkan ya Allah ... Amiin’Ceklek!“Indira....!” teriak Indah memanggil putrinya dalam ruangan gelap gulita.Cetek!Lampu ruang tamu pada rumah tersebut terang. Lalu, mereka merangsek masuk ke ruangan lain seraya memanggil nama Indira. “Indira...! Indira...! Mama kamu ada di sini sayang...,” panggil po

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Rumah Kosong, Senyap

    Usai membaca pesan singkat Dimas, mereka langsung berdiskusi. “Indah, kalau sampai Dimas keluar dari tempat yang dikatakan sopir tadi. Apa Indira juga dibawa sama dia? Kira-kira apa reaksi Indira saat bertemu kamu di taman?”“Maksud kamu?” tanya Indah yang tak mengerti jalan pemikiran Sean.“Indah, menurut aku. Sangat tidak mungkin Dimas bawa Indira ke taman setelah lebih dari enam jam di ajak bersama dirinya. Pasti anak itu menangis terus dan dia akan teriak kalau bertemu kamu. Sedangkan di taman kota banyak orang,” ujar Sean memberikan argumentasinya.“Ya Allah, sekarang aku harus gimana? Berarti putriku ditinggak di rumah kosong itu?!” seru Indah dengan wajah tegang.“Indah, tenang. Tolong tenang. Biar kita bisa berpikir,” pinta Sean.“Sean, gimana putriku? Dia takut kegelapan. Sekarang dia pasti sendirian di rumah kosong itu,” tangis Indah kala membayangkan kejadian yang menimpa putrinya.Sean yang mendengar tangis Indah memacu otaknya untuk memikirkan langkah jitu bagi masalah ya

  • Jiwa Lain di Raga Istri yang Tersakiti   Titik Terang

    Sekitar pukul 4 sore, Indah dan Sean sampai di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) khusus wanita. Mereka menemui kepala LAPAS dan berbicara mengenai masalah yang terjadi dalam keluarga Indah. Kemudian, seorang sipir mengantarkan Indah dan Sean ke sebuah ruangan pertemuan yang biasa digunakan narapidana dan keluarganya.“Silakan ditunggu, nanti akan saya bawa ibu Angel ke ruangan ini,” ujar seorang sipir.“Pak, boleh saya minta tolong?” tanya Indah pada sipir yang akan memanggil Angel.“Minta tolong apa ya Bu?” tanya sipir tersebut menghentikan langkahnya untuk ke sel tahanan.“Begini Pak, kalau Angel sampai tanya siapa yang akan bertemu dengannya, katakan saja, keluarganya yang bernama Dina. Soalnya, dia pasti akan menolak kalau tahu saya yang akan bertemu dengannya,” pinta Indah.Lelaki besar tinggi bagian sipir dengan pakaian seragamnya yang paham atas hal yang dimaksud Indah, menganggukkan kepala dan berucap. “Baik Bu. Saya paham. Permisi...”“Terima kasih Pak,” jawab Indah.Sementara,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status