Share

47. Duka Luna

Luna merasa nyawanya ikut melayang ketika dokter menyatakan waktu kematian ibunya. Diana telah tiada, ibunya meninggal. Secepat itu?

“Ibuku meninggal, dia pergi, Ibuku pergi menyusul Ayah.” Luna terus bergumam. Tangannya mengepal, sekuat mungkin menahan tangis.

Semua masih terasa seperti mimpi. Baru beberapa jam lalu dia berbicara dengan ibunya, memeluk, dan mencium keningnya. Ini semua tidak mungkin, kan?

Luna tidak bisa berkata-kata ketika seorang perawat menutup seluruh tubuh ibunya dengan kain putih. Dan saat perawat lain menepuk bahunya dengan tatapan iba, segalanya menjadi terlihat nyata dan Luna hampir hilang keseimbangan, beruntung perawat itu membantunya untuk duduk di kursi.

Luna menangis. Dia benar-benar sendiri sekarang.

Apa yang ia lewatkan? Luna merasa sangat bersalah, hingga tidak tahu bahwa ibunya ternyata mengidap penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir. Ya Tuhan…

Ibunya sibuk berjuang untuknya dan dia terlalu sibuk memikirkan cara untuk melupakan Reno.

“Bu…
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status