Beranda / Romansa / Jeratan Cinta Kakak Tiri / 46. Ujian Belum Berakhir

Share

46. Ujian Belum Berakhir

Penulis: LOVAYU
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-26 19:19:36

Luna termangu di depan layar televisi. Tubuhnya tiba-tiba bergetar dengan jantung berdebar cepat saat sebuah berita menayangkan pesta pernikahan mewah salah satu pengusaha muda.

Lemas. Luna segera berpegangan pada ujung sofa. Tiga bulan, baru tiga bulan dia dan Reno berpisah, tapi hari ini dia melihat sebuah tayangan dimana Reno menyematkan cincin di jari manis Jessie. Ternyata mereka akhirnya bersama.

Air mata jatuh tanpa bisa dicegah. Luna tak pernah menyangka Reno akan secepat ini melupakannya.

Kemana cinta yang selama ini pria itu ucapkan padanya? Tidakkah Reno mencari keberadaannya? Tidakkah pria itu merindukannya? Mengapa secepat ini Reno mengganti posisinya?

Berbagai pertanyaan terus berputar di kepala Luna. Pagi ini terasa seperti mimpi. Pria yang ia cintai telah menikahi wanita lain.

“Ibu sudah melarangmu untuk menonton televisi, Luna.” Suara Diana terdengar setelah layar televisi tiba-tiba menghitam karena di matikan oleh ibunya itu.

“Ibu tahu soal pernikahan mereka? K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   47. Duka Luna

    Luna merasa nyawanya ikut melayang ketika dokter menyatakan waktu kematian ibunya. Diana telah tiada, ibunya meninggal. Secepat itu? “Ibuku meninggal, dia pergi, Ibuku pergi menyusul Ayah.” Luna terus bergumam. Tangannya mengepal, sekuat mungkin menahan tangis. Semua masih terasa seperti mimpi. Baru beberapa jam lalu dia berbicara dengan ibunya, memeluk, dan mencium keningnya. Ini semua tidak mungkin, kan? Luna tidak bisa berkata-kata ketika seorang perawat menutup seluruh tubuh ibunya dengan kain putih. Dan saat perawat lain menepuk bahunya dengan tatapan iba, segalanya menjadi terlihat nyata dan Luna hampir hilang keseimbangan, beruntung perawat itu membantunya untuk duduk di kursi. Luna menangis. Dia benar-benar sendiri sekarang. Apa yang ia lewatkan? Luna merasa sangat bersalah, hingga tidak tahu bahwa ibunya ternyata mengidap penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir. Ya Tuhan… Ibunya sibuk berjuang untuknya dan dia terlalu sibuk memikirkan cara untuk melupakan Reno. “Bu…

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   48. Mulai Bangkit

    “Luna…” Suara Flora membuat Luna tersadar. Flora dan Brian juga melihat kehadiran Reno dan Jessie tadi, tapi beruntung sepasang suami istri itu tidak melihat ke arah mereka karena posisinya berlawanan arah. “Kau tidak apa-apa?” Flora mengeratkan genggaman tangannya seolah memberi kekuatan disana. “Apa kau ingin kita pulang saja?” tanya Flora lagi. Bohong jika Luna berkata dia baik-baik saja setelah mengantar ibunya ke pengistirahatan terakhir dan melihat pria yang dia cintai bersama wanita lain. Namun, Luna berusaha keras untuk tidak kembali menangis. Sudah cukup dia bersedih hari ini. Sudah cukup air mata yang ia keluarkan untuk Reno. Dia tidak ingin menangis karena pria itu lagi. Luna akhirnya tersenyum tipis. “Aku lapar,” ucapnya bersamaan dengan makanan mereka yang telah tiba. Mereka pun memilih untuk tidak membahas soal Reno dan mulai menyantap makanan. Meski sesekali Flora dan Brian terus melirik ke arah Luna denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   49. Move On

    Ketika Luna mengambil kotak kayu di dalam laci kamar dan melihat kalung pemberian Reno, hatinya kembali tercubit. Memori indah saat mereka makan malam romantis dan bercumbu mesra di Italy terlintas begitu saja. ‘Aku memberikan kalung ini untukmu sebagai pengikat cinta kita. Anggaplah liontin hati itu adalah hatiku. Kau adalah pemilik hatiku, Luna.’Air mata jatuh tanpa bisa dia cegah. Ah… mengapa kisah cintanya harus berakhir seperti ini? Mengapa kau mengkhianatiku, Reno? Tangan Luna bergetar, ia ragu untuk membawa kalung itu bersamanya atau dia biarkan saja disini? Toh dia akan melupakan Reno. Dia ingin move on, bukan? Namun, Luna tersentak saat perutnya merasakan sebuah tendangan kecil. Bibir Luna seketika tersenyum. Sebelah tangannya bergerak mengusap perut buncit kemudian mulai mengajak anaknya yang belum terlahir itu berbicara. “Apa kau ingin Mama menyimpannya? Baiklah… kalau begitu Mama akan menyimpan untukmu.”Luna menghela napas panjang. Dia mungkin tidak akan mengenakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   50. Namanya Louis

    5 Tahun Kemudian. “Mama! Mama! Apa kita sudah sampai? Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya.” Luna membungkuk, manatap putra semata wayangnya yang bernama Louis. Anak yang ia kandung sembilan bulan itu kini sudah tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Tangan Luna bergerak membenarkan letak jaket yang digunakan putranya. Rambut coklatnya yang tebal, mata yang tajam, hidung mancung, dan bibir tebal, begitu mirip dengan wajah Reno. Di tahun pertama setelah dia melahirkan, Luna selalu menangis ketika menatap wajah tampan Louis, karena anaknya mengingatkannya dengan Reno. “Tante Flora sudah menunggu di lobby, kau bisa berjalan lebih cepat?” ujar Luna sambil menggandeng tangan Louis. “Tentu, Mama!” Louis menjawab dengan semangat. Dia senang sang mama membawanya berlibur ke luar negeri. Luna menghela napas panjang. Suasana bandara pagi itu sangat ramai, berbeda jauh dengan suasana hati Luna yang sangat sepi. Tidak pernah sebelumnya Luna berpikir untuk kembali menginjak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   51. Bertemu Masa Lalu

    Pagi itu seorang pria melangkah mengunjungi dua pusara yang berdampingan dengan membawa seikat bunga tulip putih. Berjongkok di samping salah satu pusara, tangannya meletakkan bunga di atas pusara itu kemudian mengusap nama yang tertulis disana. “Apa kabar, Bu? Maaf, aku baru sempat berkunjung lagi.”Ia ingat terakhir berkunjung adalah satu tahun yang lalu, tepat di tanggal yang sama. Tanggal wanita yang ia panggil Ibu itu dilahirkan. Pria itu menghela napas panjang. Setiap dia berada di sana, hatinya selalu merasa sesak. Rasa kehilangan yang tak berkesudahan. Rasa yang selalu menemani selama lima tahun ke belakang. “Aku sangat merindukannya, Bu. Apa dia juga merindukanku?” “Apa kalian sudah memaafkanku? Maafkan aku, hum?” Setiap tahun dia kesana hanya untuk meminta maaf. Tak lama kemudian pria itu segera berdiri. Membenahi setelan jasnya yang sedikit kusut, lalu beranjak pergi dari sana. Beberapa saat setelah pria itu pergi, sepasang ibu dan anak turun dari mobil. “Papa…” guma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   52. Hanya Melanjutkan Hidup

    Lima tahun. Bukan waktu yang singkat dan mudah untuk Reno. Meski lima tahun berlalu, tidak banyak perubahan dalam dirinya, selain kini telah memiliki seorang istri dan satu orang anak. Berkat kebodohannya lima tahun lalu, dia harus bertanggung jawab dan menikahi Jessie. Tekanan rasa bersalah dan kehilangan membuat Reno melampiaskan semua kekesalan pada alkohol, tak mengira hal itu membawa petaka lain datang padanya. Setelah malam itu, dia terbangun tanpa busana dengan Jessie tidur tepat di sampingnya. Dan satu bulan setelahnya, Jessie meminta untuk segera dinikahi karena wanita itu positif hamil. Sudah tahu dan paham kesalahan yang ia perbuat, Reno tak bisa mengelak. Dia menyesal? Sangat. Sampai saat ini dia masih menyalahkan diri sendiri atas semuanya. Kehilangan calon anaknya, kehilangan Luna, dan menikah dengan wanita yang tidak pernah dia cintai. Meski begitu Reno mencoba melanjutkan hidup. Dia bukan tidak pernah mencari Luna, semenjak Luna pergi dia terus mencari. Namun, penc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   53. Belum Siap Bertemu

    Sesampainya di rumah, Luna lebih banyak diam. Dia banyak melamun setelah tidak sengaja bertemu dengan Jessie dan hampir saja bertemu dengan Reno. Ya, hampir! Ternyata Luna belum siap bertemu pria itu. Beruntung dengan secepat kilat dia berbalik dan membawa Louis menjauh sebelum bisa melihat wajah papa yang sangat ingin ditemuinya.“Mama….”Panggilan Louis membuat Luna menoleh. “Hum, ada apa Louis?”“Apa Mama sedih? Kenapa Mama menangis?” tanya Louis menatap wajah ibunya yang sejak pulang tadi tampak murung. Mendengar pertanyaan putranya, Luna jadi tersadar jika diam-diam air matanya sudah berderai di pipi tanpa dia sadari. Segera mengusap wajah dengan kedua tangan kemudian berusaha memasang senyum dibibir. Luna menggelengkan kepala. “Tidak. Mama tidak menangis. Hanya mata Mama sedikit perih.” “Boleh Louis tiup?” Luna terkekeh kecil kemudian mengangguk. “Boleh, Sayang.”Louis pun segera pindah duduk di samping ibunya, lalu mencondongkan tubuh dan mulai meniup-niup mata Luna. “Sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   54. Ketakutan Jessie

    Tak jauh berbeda dengan Luna, pertemuan tak sengaja mereka membuat Jessie juga overthinking dan ketakutan. Sejak tadi wanita itu banyak terdiam dan tidak fokus saat suami atau anaknya mengajak bicara. Meski Luna ternyata sudah pergi ketika dia berbalik dan Reno tidak melihatnya, tetap saja Jessie khawatir kembalinya wanita itu akan membuat Reno berubah dan meninggalkannya.“Sayang?” Panggilan dan usapan Reno di pundaknya membuat lamunan Jessie buyar dan menatap suaminya. “Ya?”“Ada apa denganmu? Kenapa sejak tadi tidak merespon ucapanku dan Briel?” tanya Reno keheranan. Jessie menghela napas berat. Kehadiran Luna benar-benar mengacaukannya. “Maaf, Sayang. Apa yang kalian bicarakan tadi?” Jessie balik bertanya. “Lupakan saja. Ada apa denganmu? Sejak pulang dari Supermarket kau terus diam,” tanya Reno dengan serius. “Aku sempat melihatmu bicara dengan seseorang, siapa dia?”DegJadi, Reno sempat melihatnya bicara dengan Luna? Tapi pria itu harusnya tidak bertanya jika sudah tahu wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04

Bab terbaru

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   88. Terselamatkan

    Luna terus duduk di tepi sungai hingga menjelang sore. Beberapa hal yang terjadi antara ia dan Reno terus mengusiknya. Sesekali Luna memainkan cincin berlian di jari manis. Luna merasa cincin mahal itu semakin tak pantas dia miliki. Ia telah mengkhianati Brian sedemikian buruk. Sungguh pria itu tidak pantas menerima perlakuan seburuk ini darinya. Brian pantas mendapatkan wanita yang terbaik, dan itu bukan dia. Luna menarik napas panjang. ‘Tuhan, aku tidak ingin menyakiti hatinya lebih dalam lagi …’Dalam hati Luna berjanji pada dirinya sendiri, jika dia berhasil selamat dari hutan ini, ia akan bicara dengan Brian dan menyelesaikan hubungan mereka secara baik-baik. Luna tidak mau terus berpura-pura dan membohongi perasaannya. Seberapapun dia memaksa untuk mencintai Brian, nyatanya dia tidak pantas bersanding dengan pria itu. Dia akan jujur dan melepas Brian untuk menemukan wanita yang lebih baik darinya. Tiba-tiba Luna merasa seseorang duduk di sampingnya. Dan tanpa melihat, tentu

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   87. Obat Ternikmat Di Air Terjun

    Luna masih terengah dengan rasa panas di sekujur tubuhnya. Pertanyaan Reno sejujurnya sangat mudah untuk ia jawab, tapi mengapa lidahnya terasa sangat kelu sekarang. Akhirnya tanpa memberi jawaban, Luna mendekatkan wajahnya ke wajah Reno untuk berciuman kembali karena itulah yang saat ini benar-benar ia inginkan. Luna melingkarkan lengannya di leher Reno dan hanya mengangguk saat Reno kembali menatapnya untuk menuntut jawaban. Bibir Reno melengkung ke atas setelah mendapat persetujuan dari Luna. Lalu dengan perlahan dia melepas seluruh benang yang melekat di tubuh Luna, hingga kini wanita itu telanjang di bawah kungkungannya. “Aku sangat merindukan ini.” Tatapan memuja Reno padanya membuat gairah Luna semakin meningkat. Dia juga ingin melihat tubuh telanjang Reno, jadi Luna segera bergerak menarik dua tepi kaos lengan pendek Reno ke atas kepala, setelah itu ia menghela napas dalam-dalam saat Reno melepas celananya juga, hingga akhirnya Luna bisa mengagumi tubuh atletis Reno seutu

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   86. Saling Menginginkan

    “Reno, tolong ada ular. Aku takut!” Mendengar jeritan Luna, Reno tidak berpikir dua kali untuk mendekat. Tak peduli wanita itu hanya mengenakan tanktop dan celana dalam. Keselamatan Luna nomor satu untuknya. “Dimana ularnya, Luna?!” Luna dengan mata terpejam ketakutan, menunjuk ke arah sesuatu yang mengambang di atas air. Reno melihat ke arah yang sama dan keningnya mengernyit. Dengan perlahan ia masuk ke dalam air lalu mendekat untuk memastikannya. Dan seutas senyum terbit di bibir kala ia sadar bahwa sesuatu yang mengambang di atas air itu hanyalah seutas tali. Reno mengambil tali panjang berwarna hitam kemudian membuangnya ke pinggir dan mendekat ke arah Luna. “Luna, tidak apa-apa, buka matamu.” Luna membuka mata perlahan. Tubuhnya gemetar, bahkan matanya berkaca-kaca karena saking takutnya. “Tidak apa-apa. Itu bukan ular hanya seutas tali. Tidak ada yang berbahaya. Kau aman,” ucap Reno dengan lembut, berusaha menenangkan. “Aku takut, Reno. Itu seperti ular sun

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   85. Perhatian Kecil

    Luna hampir frustasi karena tak kunjung melihat Reno, dia ingin menyusuri hutan untuk menemukan Reno, tapi ia takut kemungkinan dia pun akan ikut menghilang karena tersesat di hutan. Luna benar-benar tidak ingin hal buruk terjadi pada Reno karena ia yakin tanpa Reno, dia tidak akan bisa bertahan di sana sendirian. Namun, jantung Luna yang sejak tadi berdegup kencang itu seketika berhenti berdetak saat ia mendengar langkah kaki di belakang. Luna dengan cepat berbalik dan detik itu dia langsung berhadapan dengan Reno. Tangisan Luna pecah saat itu juga bersamaan dengan perasaannya yang begitu lega melihat Reno kembali dalam keadaan hidup. “Hei, kenapa kau menangis? Apa kau mencariku?” Reno terkejut saat melihat Luna menangis histeris dan lebih terkejut lagi ketika dalam hitungan detik Luna memeluk tubuhnya dengan sangat erat. “Kau benar-benar gila, Reno! Kau membuatku ketakutan setengah mati!” Kening Reno mengernyit. “Ketakutan karena apa?” Dia juga memeluk Luna, berusaha memenangk

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   84. Ucapan Terima Kasih

    Hari telah beranjak malam. Beruntung dingin yang kian menusuk kulit sedikit terhalau dengan hangatnya api. Reno menatap pancaran wajah cantik Luna yang diterangi api unggun di hadapannya. “Maaf, aku janji besok akan mendapatkan ikan lebih banyak untuk kita makan,” ujar Reno, sedikit merasa bersalah karena Luna terlihat sangat lapar dan dia hanya bisa menangkap satu ekor ikan untuk mereka makan berdua. “Tidak apa, tubuhmu masih lemas. Setidaknya perut kita tidak kosong lagi.” Luna mengangguk, lalu dia menguap. “Sepertinya kita harus tidur karena aku merasa lelah dan seluruh tubuhku benar-benar sakit.”“Ya, aku juga merasakannya … kita memang perlu tidur. Aku sudah menyiapkan beberapa lembar daun besar di atas rumput. Tidak empuk, tapi semoga saja kita bisa tidur,” ujar Reno. Reno kemudian berbaring lebih dulu di atas rerumputan yang telah ia lapis daun pisang yang ditumpuk menjadi lebih lebar dan tebal.Kemudian dia mengambil

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   83. Terdampar Berdua

    “Sshhttt … aw …”Luna tidak berhenti meringis sejak tadi. Akibat gengsinya yang terlalu tinggi dan tak mau menerima uluran tangan Reno, kaki Luna tidak sengaja terkilir saat berjalan. Jalan hutan yang curam membuat langkahnya tidak seimbang dan akhirnya kaki sebelah kiri Luna yang menjadi korbannya. “Apa kau bisa berdiri?” tanya Reno dengan khawatir. “Kakiku sakit sekali.” Luna mengeluh kesakitan dan Reno tak punya pilihan selain menggendong tubuh Luna. “Ayo, naik ke punggungku,” ucap Reno sambil berjongkok memunggungi Luna. “T-tapi lenganmu?”Reno menghela napas kasar. “Cepatlah naik, lebih baik kita kembali ke mobil sebelum hari mulai gelap.”Tak memiliki pilihan lain membuat Luna menerima tawaran Reno dan kini ia berada di atas punggung pria itu. “Kenapa kita kembali?” tanya Luna ketika Reno berbalik arah. Tidak menuju ujung tebing lagi. “Kita tidak bisa memanjat tebing dalam keadaan seperti ini, Luna. Kakimu terkilir, dan kondisiku juga tidak sefit itu untuk memanjat tebing

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   82. Gengsinya Setinggi Langit

    Tidak ada yang tahu kapan datangnya musibah. Begitu pun dengan kecelakaan yang baru mereka lewati berdua. Reno terus berusaha menguatkan diri. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Luna, atau wanita itu akan jauh lebih lemah darinya dan tidak punya tempat bersandar. Namun, gerakan cepat saat Luna mencabut pecahan kaca di pipinya membuat Reno seketika mengerang kesakitan. “ARGHHH …” Erangan Reno membuat Luna refleks mendekatkan wajah dan meniup pipi Reno yang terluka. Dan detik itu juga erangan Reno berhenti. Wajah yang hanya berjarak beberapa centi dan tiupan hangat Luna di pipinya membuat Reno seketika terdiam. Beberapa detik mata mereka bertatapan. Sama-sama merasakan getaran lain di hati. Getaran yang dulu selalu mereka ciptakan dalam momen-momen indah yang mereka lalui berdua. “M-maafkan aku, Reno.” Luna memutus tatapan mereka dan menjauhkan wajahnya. Lalu kembali mengeluarkan beberapa pecahan kaca kecil yang dia temukan di sekitar pipi bagian kanan Reno.“Emm … sekarang ak

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   81. Hampir Mati Berdua

    Reno membuka mata saat merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Sejenak ia tak tahu apa yang terjadi padanya hingga ia merasakan sesak di dada dan terbatuk dengan keras. Dia meringis ketika kepalanya terasa sangat sakit. Reno menatap kesekililing dan saat dia melihat keadaan mobil, ingatannya kembali dengan jelas. Dia mengalami kecelakaan. Matanya sontak tertuju pada Luna yang duduk di sebelahnya dengan mata tertutup. “Astaga ... L-luna …”Untuk sesaat Reno dipenuhi rasa takut. Takut pada kemungkinan Luna sudah tidak bernyawa di sebelahnya. “Sssttt … shit! Sakit sekali!” Reno kembali meringis saat ia berusaha bergerak mendekati Luna. Dia perlu memeriksa keadaan Luna dan memastikan wanita itu baik-baik saja. Reno membuka sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuh ke arah Luna yang wajahnya memiliki banyak memar dan ada beberapa goresan di wajah cantiknya. “Luna …” Reno memanggil dengan lembut, namun tidak adanya respon dari Luna membuat Reno ketakutan. Akhirnya deng

  • Jeratan Cinta Kakak Tiri   80. Melaju Dalam Ketegangan

    Luna tak kuasa menahan emosi saat Reno memberinya dua pilihan. Untuk pergi dan meninggalkan Louis di Villa atau tidak pergi ke mana-mana. Luna rasa Reno semakin besar kepala setelah dia berikan kesempatan yang sama untuk membesarkan Louis. “Kau gila?! Tidak, Louis ikut denganku!” sentak Luna yang membuat semua orang terkejut karena masih ada Louis di tengah-tengah mereka. “Luna, kurasa Reno ada benarnya. Kau akan menyelesaikan banyak masalah di sana, bukankah kau akan lebih fokus jika Louis di sini? Kasihan Louis, dia masih ingin bermain bersama Briel di sini. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Aku akan memberimu kabar setiap dua jam sekali jika kau mau,” ujar Lucas dengan hati-hati. Reno mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Dan itu semakin membuat Luna kesal. Dia tidak pernah berpisah dengan Louis selama berhari-hari, dan Luna yakin jika dia meninggalkan Louis di sini, dia tidak akan tenang di LA dan akan terus mengkhawatirkan Louis sepanjang waktu. Selain itu, dia

DMCA.com Protection Status