Share

05. Tinggal Serumah

Harusnya Reno tidak datang ke sini. Harusnya dia tetap tinggal di apartemennya alih-alih kembali ke rumah besar ayahnya dan bertemu setiap hari dengan Luna.

Reno sadar dia sedang menggali lubang kuburnya sendiri!

Tapi, yang terjadi sekarang, pria itu memberhentikan mobilnya di depan rumah sang ayah dan melangkah masuk.

Di depan pintu, Diana dan Lucas tampak sudah siap untuk pergi, mereka akan berbulan madu ke Switzerland selama satu minggu, itulah alasan kenapa dia berakhir kembali ke rumah.

Ayah dan ibu barunya itu memintanya untuk menemani Luna selama mereka pergi.

Sangat konyol! Setelah dia setengah mati berusaha melupakan perasaannya pada Luna dan tinggal di apartemen selama dua minggu. Orang tua itu malah memaksanya kembali!

“Akhirnya kau datang juga. Aku sudah berniat untuk menyeretmu dari kantor sebelum aku ke bandara.” Kedatangan Reno disambut omelan Lucas.

“Maaf, tadi banyak berkas yang harus aku tangani.” Sebenarnya bukan berkas yang menahannya, tapi Reno harus menangani hatinya dulu. Ia belum siap bertemu Luna setelah dua minggu mereka tidak bertemu maupun berkomunikasi.

“Bu, kau melupakan syalmu.” Luna datang menghampiri mereka dari dalam dan memberikan sebuah syal pada Diana.

Reno tertegun menatap Luna. Untuk pertama kalinya dia melihat gadis itu hanya mengenakan dress pendek rumahan bermotif bunga. Terlihat sangat manis dan lucu. Jujur Reno sangat merindukan adik tirinya itu.

“Oh, astaga. Terimakasih, sweety. Ibu hampir tidak membawanya.”

Luna hanya mengangguk kemudian matanya menangkap kehadiran Reno yang tengah menatapnya dalam. Mereka bertatapan beberapa detik. Seolah melepas kerinduan yang tak bisa diutarakan.

“Sayang, sepertinya kita harus berangkat sekarang kalau tidak kita akan ketinggalan pesawat,” ujar Lucas.

Diana mengangguk lalu memeluk Luna. “Ibu dan Ayah pergi dulu, jaga dirimu baik-baik, ya.”

“Jangan khawatir, Bu. Nikmatilah bulan madu kalian. Tenang saja, ada Kakak yang akan menjagaku,” jawab Luna seraya tersenyum pada Reno.

“Kakak…” desis Reno sangat pelan, hingga tak ada seorangpun yang mendengarkan.

Diana tersenyum kemudian dia memeluk Reno juga. “Ibu titip Luna, ya.”

Reno hanya menganggukan kepala. Mereka kemudian mengantar Diana dan Lucas hingga orang tua mereka masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman rumah.

Begitu mobil ayahnya sudah tidak terlihat, Reno segera menarik tangan Luna ke dalam rumah dan mendorongnya hingga punggung adiknya itu membentur tembok. Luna terkejut karena gerakan Reno, nafasnya tercekat.

“Apa-apaan itu? Seingatku sudah dua kali kau memanggilku Kakak. Ternyata tidak sesulit itu kan bagimu untuk melupakanku, a-dik?” tanya Reno seraya mengukung tubuh Luna.

Kedekatan mereka yang tiba-tiba membuat jantung Luna berdegup kencang. Terlebih mereka hanya berdua di rumah. Meski ada beberapa pelayan yang bekerja disana, tapi tidak ada seorangpun yang berada disekitar mereka sekarang.

“Maaf, Reno. Itu perintah Ibuku, kau kesal?”

“Sangat, astaga! Apa kau tidak kesal aku memanggilmu adik? Kau tahu selama dua minggu ini aku berusaha menyibukkan diri untuk melupakanmu, tapi semakin aku mencoba untuk melupakanmu, hatiku semakin merindukanmu. Dan mendengarmu memanggilku kakak, membuatku tersadar akan kenyataan konyol ini!” tukas Reno dengan rahang yang mengeras.

Luna menghela napas lemah. “Maafkan aku, aku tidak tahu harus berbuat apa jika di hadapan Ibu dan Ayah.”

“Aku tahu, aku juga merasakannya. Yang aku tidak habis pikir, setelah aku berusaha untuk menjauh darimu kenapa Ayah membuat kita dekat lagi.” Reno memalingkan wajahnya, terlalu lama menatap Luna, membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

“Sejujurnya aku yang meminta pada Ayah agar kau menemaniku di rumah.”

Mendengar itu mata Reno sontak menyorot tajam pada Luna, dia menyeringai tak habis pikir dengan ucapan gadis itu barusan. “Kau?” Reno menggeleng tak percaya, sementara Luna mengangguk sambil tersenyum meyakinkan. “Kau benar-benar sesuatu, Luna. Apa maumu sebenarnya?”

Mengikuti kata hati, Luna melingkarkan tangannya di leher Reno. Mereka semakin tak berjarak dan Luna suka posisi seperti ini. Dia senang Reno bersamanya sekarang.

“Aku juga merindukanmu, Reno.” Luna berterus terang. Dia kesulitan mengatasi rindunya selama dua minggu, tinggal di rumah yang sejak kecil ditempati Reno, banyak hal di rumah itu terisi tentang Reno dan Luna tak kuasa menahannya lagi.

“Kau sungguh membuatku bingung, Luna. Akan semakin sulit untukku jika kau bersikap seperti ini, kau tahu?” Reno membenahi rambut panjang Luna ke belakang telinga lalu matanya menjelajah tubuh ramping berbalut dress bunga yang tak menutupi paha mulus dan kaki jenjang gadis itu.

Reno menelan salivanya. ‘Sial! Tetaplah sadar, Reno!’ Dia mengumpat dalam hati.

Luna tidak bermaksud menggoda, ia hanya ingin perhatian Reno hanya tertuju padanya. “Bisakah kau memelukku?”

Permintaan Luna seolah angin segar ditelinga Reno. Pria itu akhirnya mengangguk karena ia pun sangat ingin melakukannya. Tangan kokoh Reno tanpa canggung melingkari pinggang ramping Luna. Saling memberi kehangatan dan melepas kerinduan.

“Reno?” panggil Luna.

“Ya.” Suara rendah Reno di lehernya membuat Luna memejamkan mata. Oh Tuhan… dia ingin terus seperti ini.

“Apakah kita bisa terus seperti ini? Apa aku salah bila aku ingin terus berdekatan denganmu?”

Reno mempererat pelukannya. Mendengar pertanyaan Luna membuat hatinya terpukul sekaligus bertanya hal yang sama. Adakah jalan agar mereka bisa bersama? Mereka merasa seperti berjalan di atas bara api. Meski tahu akan terbakar, mereka tak peduli. Asalkan tetap bisa bersama.

“Tidak ada yang salah dengan perasaan kita. Ini hanya soal waktu, karena kita bertemu di waktu yang terlambat. Aku harap kita bisa terus seperti ini.”

Luna mengangguk. “Aku juga.” Ia begitu menikmati pelukan mereka.

“Tuan dan Nona, makan malam sudah siap.”

Suara itu membuat Luna dan Reno sama-sama tersentak. Reno mendesis kesal kala pelukan mereka harus terlepas. Luna juga kecewa. Untungnya posisi mereka tidak terlalu intim, hanya berpelukan. Adik kakak wajar berpelukan, bukan?

Reno mengelus kepala Luna lembut lalu menoleh pada pelayan yang baru saja mengganggu momen mereka. “Baik. Kami akan segera ke sana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status