Share

03. Berkorban Perasaan

Dengan setengah hati dan memaksakan senyum, akhirnya Luna berkata, “Jika Ibu dan Paman merasa ini yang terbaik, maka lakukanlah. Aku setuju jika Ibuku bahagia.”

Luna menatap dalam mata Diana yang telah digenangi air mata, terharu setelah mendengar perkataannya. Sementara Reno, rahangnya mengeras mendengar ucapan pasrah Luna barusan.

Lucas tersenyum senang. “Terimakasih, Luna. Aku ingin menikahi Ibumu memang untuk membuatnya terus bahagia. Kau tidak perlu khawatir.”

“Bagaimana denganmu, Reno? Apa kau baik-baik saja dengan itu? Sungguh, aku tidak ingin memaksa kalian,” tanya Diana menatap Reno yang sejak tadi menatap ke arahnya, lebih tepatnya ke arah Luna yang berada di samping Diana.

Reno menatap bergantian pada Lucas, Diana, dan Luna yang tersenyum menunggu jawabannya. Bagaimana gadis itu bisa tersenyum sekarang? Reno sama sekali tidak mengerti apa yang ada di otak cantik Luna. Benar-benar membuatnya muak.

“Jika itu keputusannya, aku hanya bisa mendukung,” jawab Reno berusaha kuat menahan emosi yang tengah bergejolak di dada.

Jika itu keputusan Luna, untuk melupakan kedekatan mereka dan cukup menjadi adiknya. Maka Reno akan mengikuti alur yang diciptakan gadis itu.

Akhirnya percakapan kembali mengalir santai, mereka membicarakan perihal pernikahan yang akan diadakan sesederhana mungkin karena Diana dan Lucas sama-sama tidak menyukai pesta, kemudian mereka juga berbicara soal Diana dan Luna yang akan tinggal dirumah Lucas setelah pernikahan nanti.

“Aku sepertinya akan lebih sering tinggal di apartemen, toh setelah pernikahan, Ayah sudah tidak sendirian lagi. Tinggal di apartemen juga lebih efisien, lebih dekat ke kantor.” Ya, Reno tidak mau membuat semuanya lebih sulit jika harus tinggal seatap dengan Luna. Jika ini keputusan gadis itu, maka dia hanya bisa menjauh.

Mendengar itu Luna merasa dadanya semakin sesak. Sungguh sebenarnya ia tidak bisa akting berpura-pura baik-baik saja, meski nyatanya dia sakit didalam.

“Emm… aku permisi ke toilet sebentar.” Luna rasa ia tidak bisa menahannya lagi.

Reno menatap ketika Luna berdiri dan berjalan ke arah toilet. Tak lama kemudian ponsel di sakunya berdering, Reno mengangkat sebelah alisnya ketika melihat nama pemanggil di layar ponsel. “Aku harus mengangkat ini.” Kemudian pria itu menjauh menuju arah yang sama dengan Luna.

Luna keluar dari toilet dan bertemu Reno yang menunggunya di luar, pria itu lalu menarik tangan Luna dan membawa gadis itu keluar ke arah pintu samping restoran. Mereka perlu bicara.

“Apa yang sekarang kau inginkan, Luna? Aku pikir setelah kau bersikap seolah-olah kita baru bertemu dan menyetujui pernikahan orang tua kita, kau sudah tidak ingin berhubungan denganku. Kenapa kau menelponku?”

Runtuh sudah pertahanan Luna sejak tadi. Dia memukul dada Reno dan terisak di sana. “Aku mencintaimu, Reno…”

“Ya, aku rasa kita sudah tahu perasaan masing-masing. Aku tertarik padamu sejak pertemuan pertama kita. Aku dan kau saling mecintai. Tapi, Luna… kau baru saja mengacaukan pertemuan keluarga ini. kau menyetujui pernikahan mereka!” sentak Reno seraya menahan dan menekan kedua lengan Luna untuk menyadarkan gadis itu.

Luna semakin terisak mendengar ucapan Reno. Mata sayu yang berlinangan air itu terus menatap mata tajam pria di hadapannya. Luna tak pernah menyangka jatuh cinta akan sesakit ini.

Reno menghela napas, mencoba menahan emosinya. “Jangan menangis, please…” mohonnya lembut kemudian menghapus air mata dipipi Luna.

“Apa yang harus aku lakukan? Meski usiamu lebih tua dariku, aku tidak ingin kau menjadi kakakku, aku tidak ingin memanggilmu kakak.”

“Lalu apa yang kau mau? Tadi aku akan mengatakan yang sejujurnya pada mereka, tapi kau memotong ucapanku dan kau menyetujui pernikahan mereka!”

Luna menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu, Reno. Apakah kita berhak menolak? Mereka lebih dulu saling bertemu dan jatuh cinta sementara kita?”

Reno terdiam. Dalam hatinya menyetujui ucapan Luna. Tapi, bagaimana dengan perasaan yang telah hadir diantara mereka dalam waktu satu bulan?

“Aku… untuk pertama kalinya… melihat wajah bahagia Ibuku setelah 15 tahun. Bagaimana aku bisa menghancurkan itu?” lirih Luna.

Ibu jari Reno mengusap lembut rahang kemudian bibir merah muda Luna, sementara mata tajamnya kemudian menatap mata hazel gadisnya yang terlihat penuh luka dan Reno tahu ia pun sama terlukanya.

“Hanya Ibu yang kupunya, Reno,” lanjut Luna dengan air mata yang kembali jatuh dipipinya.

“Oh Tuhan, tidak. Tolong jangan menangis. Aku tidak suka melihatmu menangis. Aku mengerti, jadi tolong jangan menangis lagi.” Reno memohon, ingin sekali ia menarik Luna ke pelukannya atau mengecup bibir Luna agar gadis itu berhenti terisak. Namun, dia tidak berani melakukannya. Reno takut jika dia melakukan apa yang ia inginkan sejak tadi perasaannya pada Luna akan semakin dalam dan itu adalah hal yang tidak ingin Reno alami.

Reno sungguh tak menyangka setelah ia merasakan benar-benar jatuh cinta dan menemukan orang yang tepat untuk membangun masa depan, mengapa takdir sekejam ini mempermainkan perasaannya? Gadis yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat justru akan menjadi adiknya. Adiknya!

Sangat gila.

“Jadi… semuanya sudah jelas. Kita saling mencintai, tapi semuanya cukup dan kita berhenti disini. Aku akan menjadi kakakmu dan kau akan menjadi adikku.” Reno memperjelas semuanya yang membuat Luna semakin menitikkan air mata.

Pada akhirnya, Reno tak kuasa menahan diri untuk menarik Luna ke pelukannya. Pelukan pertama dan mungkin terakhir? Dan untuk pertama kalinya Luna merasa tenang dan nyaman dalam sebuah pelukan selain pelukan ibunya.

“Hatiku sakit sekali, ini sangat sulit.”

Reno mengangguk. Ia pun sulit menerima garisan takdir jika sosok yang berada dalam dekapannya dua minggu lagi akan menjadi adiknya.

Setelah merasa Luna cukup tenang, Reno menyuruh Luna untuk masuk lebih dulu ke dalam setelah gadis itu memastikan wajahnya cukup baik dengan membenahi sedikit riasannya. Mereka tidak mau orang tua mereka curiga karena anak mereka tak kunjung kembali. Reno pun menyusul setelah beberapa menit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status