Tok ...Tok ...“Aku akan membukanya,” kata Marvin, bergegas melangkah menuju pintu.Keningnya berkerut saat mendapati perempuan yang tidak ia kenali di balik pintu kamar Kejora.Sama dengan Allen yang menatap bingung ke arah Marvin, keduanya memang tidak saling mengenal tapi Allen berani bertaruh jika lelaki tampan yang berdiri di depannya adalah calon suami Kejora.“Siapa, Marv?” Kejora bertanya dari dalam.“Kamu siapa?” Marvin akhirnya mencetuskan pertanyaan tersebut.“Aku ... .” Lidah Allen kelu, khawatir kalau calon suami Kejora curiga dengan apa yang akan dilakukannya.Terdengar suara langkah kaki mendekat dari dalam kamar, akhirnya Allen bisa memutus tatapan tajam yang dilayangkan Marvin.“Allen ... masuk, ada apa?” sapa Kejora ramah. Itu yang Allen dan setiap orang sukai dari Kejora.Meski hanya mengenal sekilas, Kejora pasti akan menyapa dengan keramahan khas negaranya.“Aku ... .” Allen terbata, tentu saja ia gugup apalagi Marvin menunjukan raut wajah penuh kecurigaan.“Alle
Marvin tersenyum setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Kejora.Tadi malam ia tidak begitu saja melepaskan Kejora, masih memantaunya dari jauh karena curiga dengan kedatangan Allen ke kamar Kejora.Apalagi Kejora mengatakan jika gadis itu adalah sahabat Arjuna, padahal baru beberapa menit lalu mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi mengenai alasan pembatalan pernikahan yang akan dikatakan besok. Marvin bersembunyi di balik dinding dan melihat sendiri Arjuna yang membekap mulut Kejora dengan sapu tangan lalu menggendongnya ke dalam mobil.Beruntung sebelumnya ia telah memasukan ponselnya ke dalam jaket yang sempat ia balutkan ke tubuh Kejora. Jadi ia biaa menghubungi Kejora dan menanyakan keadaannya.Hatinya lega, selega-leganya. Akhirnya rencana yang telah ia buat dengan King dan Kejora berhasil meski didetik-detik terakhir.Marvin yakin jika Arjuna masih mencintai Kejora, pria itu hanya butuh dorongan dan ia berhasil melakukannya.Tidak perlu ditanya bagaimana Kejora,
Marvin keluar dari kamar, pria itu sudah membersihkan diri dan wangi. Menggunakan pakaian casual yang menunjang ketampanannya.Tampak tenang tidak seperti calon mempelai pengantin pria yang kehilangan calon mempelai pengantin wanitanya.“Marvin, kamu tau di mana Kejora? Kejora tidak ada!” Salah satu keluarganya berseru tampak panik sama seperti Kalila tadi.Marvin mengangkat tangan memberi kode agar semua tenang.Kehadirannya di area tempat acara inti akan berlangsung dimana di sana tengah berkumpul baik orangtua dan beberapa keluarga menjadikan Marvin sebagai pusat perhatian.Mereka semua bingung kenapa Marvin berpakaian santai sementara seharusnya ia memakai tuxedo.Dan ekspresi berbinar bahagia di wajah anak bungsunya membuat Ayah dan Ibu dari Marvin menjadi curiga.“Boleh aku pinjam itu?” Marvin bertanya kepada petugas yang menyiapkan soundsystem sambil menunjuk microphone yang ada di tangan pria tersebut.“Ya, silahkan!” Pria itu menyerahkannya kepada Marvin.“Selamat pagi keluar
Keputusan besar yang Arjuna ambil ini tentu merupakan tindakan paling nekat dalam hidupnya.Menculik calon istri orang dengan dirinya pun lari dari pesta pernikahannya sendiri.Tapi jika ia tidak melakukan ini mungkin akan menyesal seumur hidup.Sebetulnya hanya dukungan para sahabat yang ia butuhkan. Arjuna tidak ingin disalahkan jika kondisi mental Elma semakin memburuk hingga harus dirawat di rumah sakit jiwa atau mungkin sampai kehilangan nyawa.Dan ketika para sahabatnya memberi dukungan bahkan memberi jalan untuk ia bisa keluar dari neraka yang diciptakan Elma, Arjuna pun tidak membuang kesempatan itu.Tapi bagaimana keluarga Gunadhya? Apakah sang Mommy bisa menjelaskan kepada mereka sementara ia tidak menceritakan apapun mengenai perkara ini?Sejujurnya Arjuna tidak peduli dengan keluarga Benedict karena sudah banyak yang mereka ambil dari Daddynya jadi ia pikir tidak masalah kalau sekarang Benedict harus kehilangan seorang calon menantu.Arjuna belum mengetahui jika saat ini
King sudah mengetahui tentang penculikan Kejora yang dilakukan oleh Arjuna.Malam itu ia berada di Caffe bersama Arvin membahas pekerjaan, King melihat dengan mata kepala sendiri Arjuna lah yang membekap Kejora dengan sapu tangan lalu menggendongnya ke dalam mobil.King tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, hanya satu kata yang ia pikirkan yaitu Arjuna sangat amatir dalam hal ini.Bisa-bisanya menculik Kejora di tengah-tengah keluarganya.Jika saja King tidak mendukung rencana Marvin mungkin ia telah menghentikan Arjuna.Pantas saja sebelumnya King melihat salah satu teman Arjuna sibuk mondar-mandir seperti sedang mengawasi keadaan.Dari tempatnya duduk King juga bisa melihat Marvin sedang berdiri di balik pilar mengawasi calon istrinya yang sedang diculik oleh Arjuna.King jadi mengurungkan niat untuk memberitau Marvin.Sama dengan Marvin, saat itu kelegaan juga dirasakan oleh King.Selama ini King menjadi tempat curhat Arjuna, sahabatnya yang labil itu sering kali mendapat keke
“Selamat, istri anda sedang mengandung.” Ucapan Dokter yang diiringi uluran tangan membuat King mematung menatap sang Dokter tanpa satu pun kata yang bisa ia keluarkan.Ayah Narendra yang berinisiatif menggantikan King menjabat tangan sang Dokter karena anak menantunya masih syok.Tentu saja syok, siapa yang tidak?Sang istri ternyata sedang mengandung penerusnya, sangat cepat diluar perkiraan.Bunda Aura menepuk pundak King membuat pria itu terhenyak.“Apa katanya tadi, Bun?” King menoleh ke samping bertanya pada sang Ibu mertua.“Kamu akan menjadi Ayah,” kata Bunda dengan binar di matanya.“Saya akan menjadi Ayah, Dok?” tanya King mencari keyakinan.“Betul sekali, istri anda sedang mengandung dengan usia kehamilannya tiga minggu ... usia rentan tapi saya cukup yakin jika kandungan Nyonya Alterio sangat kuat,” ujar sang Dokter menjelaskan.“Ahaha ... aku akan menjadi Ayah!” King berseru, menjabat tangan sang Dokter.“Yah ... Ayah akan punya cucu dari Kalila.” King tampak kegirangan
“Pinjem charger hape!” Kejora berseru seraya menengadahkan tangannya ke depan Arjuna yang sedang duduk di meja kerja dengan laptop menyala.Arjuna menoleh, tersenyum jail lantas mengecup telapak tangan Kejora.“Iiih ... jijik tau!!” pekik Kejora kesal sambil mengerucutkan wajah dan mengibas-ngibaskan tangannya.Arjuna tertawa pelan, tawa itu yang dulu selalu membuat hati Kejora meleleh dan sampai sekarang pun masih begitu.“Cepetan!! Kejora mau telepon Marvin!” Kejora gemas sampai menghentakan kaki ke lantai, wajahnya masih dalam mode memberengut sebal.Kemudian memekik lagi saat Arjuna malah menarik tangannya hingga Kejora berakhir di atas pangkuan sang pria.“Bang Juna!” Kejora meronta tapi tenaga Arjuna sedang yang mengungkungnya tentu lebih besar.“Ngapain telepon Marvin?” Arjuna bertanya dengan sedikit senyum di bibirnya.“Memangnya kenapa? Bukan urusan Bang Juna!” ketus Kejora menantap tajam Arjuna.“Sekarang jadi urusan Abang karena kamu pacar Abang.” Kejora membelalakan mata,
“Di sini kita aman,” kata Arjuna seraya menurunkan Kejora di atas sebuah ranjang.Suara berisik tadi memang tidak terdengar lagi setelah mereka memasuki basement.“Bagaimana dengan pelayan?” Kejora bertanya dan Arjuna malah tersenyum lalu mengusap kepala sang gadis.“Mereka punya basement sendiri untuk cuaca seperti ini,” balas Arjuna lalu menarik selimut untuk Kejora.Mata Kejora memindai sekitar, ruang basement ini seperti apartemen tipe studio dengan fasilitas lengkap bahkan ada proyektor dan genset sehingga lampu di ruangan itu dapat menyala.Sofa set ada di sebelah kanan ranjang dengan mini pantry dan kulkas, Kejora bisa menebak kalau kulkas itu penuh dengan makanan dan minuman ringan.“Kamu haus?” Arjuna bertanya, langsung menuju kulkas lalu membuka pintunya.Kejora mengerjap, merasa tidak enak hati karena Arjuna menangkap basah dirinya sedang mengamati ruangan tersebut.Ah, dimana sopan santun Kejora?“Kamu mau minum apa?” Pria itu bertanya lagi padahal Kejora belum sempat menj