King sudah mengetahui tentang penculikan Kejora yang dilakukan oleh Arjuna.Malam itu ia berada di Caffe bersama Arvin membahas pekerjaan, King melihat dengan mata kepala sendiri Arjuna lah yang membekap Kejora dengan sapu tangan lalu menggendongnya ke dalam mobil.King tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, hanya satu kata yang ia pikirkan yaitu Arjuna sangat amatir dalam hal ini.Bisa-bisanya menculik Kejora di tengah-tengah keluarganya.Jika saja King tidak mendukung rencana Marvin mungkin ia telah menghentikan Arjuna.Pantas saja sebelumnya King melihat salah satu teman Arjuna sibuk mondar-mandir seperti sedang mengawasi keadaan.Dari tempatnya duduk King juga bisa melihat Marvin sedang berdiri di balik pilar mengawasi calon istrinya yang sedang diculik oleh Arjuna.King jadi mengurungkan niat untuk memberitau Marvin.Sama dengan Marvin, saat itu kelegaan juga dirasakan oleh King.Selama ini King menjadi tempat curhat Arjuna, sahabatnya yang labil itu sering kali mendapat keke
“Selamat, istri anda sedang mengandung.” Ucapan Dokter yang diiringi uluran tangan membuat King mematung menatap sang Dokter tanpa satu pun kata yang bisa ia keluarkan.Ayah Narendra yang berinisiatif menggantikan King menjabat tangan sang Dokter karena anak menantunya masih syok.Tentu saja syok, siapa yang tidak?Sang istri ternyata sedang mengandung penerusnya, sangat cepat diluar perkiraan.Bunda Aura menepuk pundak King membuat pria itu terhenyak.“Apa katanya tadi, Bun?” King menoleh ke samping bertanya pada sang Ibu mertua.“Kamu akan menjadi Ayah,” kata Bunda dengan binar di matanya.“Saya akan menjadi Ayah, Dok?” tanya King mencari keyakinan.“Betul sekali, istri anda sedang mengandung dengan usia kehamilannya tiga minggu ... usia rentan tapi saya cukup yakin jika kandungan Nyonya Alterio sangat kuat,” ujar sang Dokter menjelaskan.“Ahaha ... aku akan menjadi Ayah!” King berseru, menjabat tangan sang Dokter.“Yah ... Ayah akan punya cucu dari Kalila.” King tampak kegirangan
“Pinjem charger hape!” Kejora berseru seraya menengadahkan tangannya ke depan Arjuna yang sedang duduk di meja kerja dengan laptop menyala.Arjuna menoleh, tersenyum jail lantas mengecup telapak tangan Kejora.“Iiih ... jijik tau!!” pekik Kejora kesal sambil mengerucutkan wajah dan mengibas-ngibaskan tangannya.Arjuna tertawa pelan, tawa itu yang dulu selalu membuat hati Kejora meleleh dan sampai sekarang pun masih begitu.“Cepetan!! Kejora mau telepon Marvin!” Kejora gemas sampai menghentakan kaki ke lantai, wajahnya masih dalam mode memberengut sebal.Kemudian memekik lagi saat Arjuna malah menarik tangannya hingga Kejora berakhir di atas pangkuan sang pria.“Bang Juna!” Kejora meronta tapi tenaga Arjuna sedang yang mengungkungnya tentu lebih besar.“Ngapain telepon Marvin?” Arjuna bertanya dengan sedikit senyum di bibirnya.“Memangnya kenapa? Bukan urusan Bang Juna!” ketus Kejora menantap tajam Arjuna.“Sekarang jadi urusan Abang karena kamu pacar Abang.” Kejora membelalakan mata,
“Di sini kita aman,” kata Arjuna seraya menurunkan Kejora di atas sebuah ranjang.Suara berisik tadi memang tidak terdengar lagi setelah mereka memasuki basement.“Bagaimana dengan pelayan?” Kejora bertanya dan Arjuna malah tersenyum lalu mengusap kepala sang gadis.“Mereka punya basement sendiri untuk cuaca seperti ini,” balas Arjuna lalu menarik selimut untuk Kejora.Mata Kejora memindai sekitar, ruang basement ini seperti apartemen tipe studio dengan fasilitas lengkap bahkan ada proyektor dan genset sehingga lampu di ruangan itu dapat menyala.Sofa set ada di sebelah kanan ranjang dengan mini pantry dan kulkas, Kejora bisa menebak kalau kulkas itu penuh dengan makanan dan minuman ringan.“Kamu haus?” Arjuna bertanya, langsung menuju kulkas lalu membuka pintunya.Kejora mengerjap, merasa tidak enak hati karena Arjuna menangkap basah dirinya sedang mengamati ruangan tersebut.Ah, dimana sopan santun Kejora?“Kamu mau minum apa?” Pria itu bertanya lagi padahal Kejora belum sempat menj
“Baik ... rapat saya akhiri dan seperti biasa kita akan evaluasi dua minggu lagi,” ujar Kalila mengakhiri rapat bersama para pimpinan di perusahaannya.Eva memutuskan sambungan video jarak jauh tersebut lalu mematikan laptop.Kalila segera membuka blazernya meninggalkan gaun tidur satin dengan tali spaghety di bagian pundak.Merasa kegerahan berlama-lama menggunakan blazer di ruangan tanpa AC.Eva sibuk membereskan beberapa berkas yang berserakan di lantai kamar mandi yang berada di kamar Kalila.Kalila baru saja melakukan rapat koordinasinya dari dalam kamar mandi saking tidak ingin membantah secara langsung perintah King.Alasan sampai saat ini mereka belum melakukan bulan madu adalah karena padatnya jadwal pekerjaan yang menuntut mereka bersikap profesional.Lalu kemudian Kalila hamil dan King seenaknya melarang Kalila bekerja, mana bisa begitu?Lantas siapa yang memimpin perusahaan?Tapi kalila tidak hilang akal, ia berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada untuk bekerja dari ru
“Udah siap?” Arjuna yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu, bertanya demikian.Kejora menoleh dari cermin yang sedari tadi ia pandangi kemudian tersenyum tipis lantas menganggukan kepala sebagai jawaban.Rencananya hari ini mereka akan pergi ke Dublin mengunjungi rumah kedua orangtua Arjuna.Tidak ada tas yang dibawa Kejora maupun Arjuna, pakaian yang mendadak Arjuna beli ketika mereka sampai di sini memang sengaja ditinggal, siapa tau ke depannya terjadi sesuatu dan mereka harus kabur ke sini lagi.Senyum Arjuna sangat lebar mengagumi kecantikan tunangannya yang sedang berjalan mendekat.“Ayo,” kata Kejora dan selanjutnya Kejora merasakan jemari Arjuna melingkupi kelima jarinya, menggenggam erat dari mulai menuruni tangga hingga masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka.Kejora melirik tangannya yang masih di genggam Arjuna meski hampir satu jam driver melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang keluar dari kota kecil yang merupakan kampung halaman sang Nenek.Siapa sangka d
“Ah, maaf ... aku tidak sengaja.” Kejora meraih tissue di atas meja kemudian mengelap jas seorang pria yang berlumuran kopi karena kecerobohannya.Tanpa sengaja Kejora menyenggol cangkir kopi di atas meja pria tersebut.“Kamu tidak punya mata, ya?!!” bentak lelaki itu kesal seraya berdiri, menghela kasar tangan Kejora.“Maaf,” balas Kejora dengan mata berkaca-kaca menatap sang lelaki.“Ayaaah, Kejora dibentak cowok! Untung cowoknya ganteng.” Kejora mengadu kepada sang Ayah di dalam hati.Lelaki itu memiliki paras luar biasa tampan dengan wajah blasteran yang sering ia temui di Negaranya.Namun sayang, sang lelaki kasar dan tidak berperasaan.Tubuh tegapnya baru saja menyenggol Kejora ketika melewatinya sehingga Kejora harus mundur beberapa langkah agar bisa memberi jalan kepada lelaki itu.Kejora membuang nafas kasar, sakit hati tapi tidak ada waktu untuk menikmati karena ia harus mengejar kelas sebelum dosen berada di sana.**** Kejora berganti ruangan setelah menyelesaika
Pria paruh baya yang masih memiliki tubuh tegap dan ketampanan yang belum memudar itu melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, lidahnya pun berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan si bungsu belum juga tiba di restoran yang telah mereka janjikan.Narendra nama pria itu bersama Aura sang istri baru saja tiba di Bandara dan bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubunginya dan menceritakan jika dirinya sedang dirundung resah, gundah dan gulana yang disebabkan oleh seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di Negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu menolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di Negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar cinta anak Sultan dari Negara kecil dengan kekayaannya yang melimpah.Sempat menjalin kasih selama enam bulan bersama anak Sultan tersebut sampai akhirnya d