“Pinjem charger hape!” Kejora berseru seraya menengadahkan tangannya ke depan Arjuna yang sedang duduk di meja kerja dengan laptop menyala.Arjuna menoleh, tersenyum jail lantas mengecup telapak tangan Kejora.“Iiih ... jijik tau!!” pekik Kejora kesal sambil mengerucutkan wajah dan mengibas-ngibaskan tangannya.Arjuna tertawa pelan, tawa itu yang dulu selalu membuat hati Kejora meleleh dan sampai sekarang pun masih begitu.“Cepetan!! Kejora mau telepon Marvin!” Kejora gemas sampai menghentakan kaki ke lantai, wajahnya masih dalam mode memberengut sebal.Kemudian memekik lagi saat Arjuna malah menarik tangannya hingga Kejora berakhir di atas pangkuan sang pria.“Bang Juna!” Kejora meronta tapi tenaga Arjuna sedang yang mengungkungnya tentu lebih besar.“Ngapain telepon Marvin?” Arjuna bertanya dengan sedikit senyum di bibirnya.“Memangnya kenapa? Bukan urusan Bang Juna!” ketus Kejora menantap tajam Arjuna.“Sekarang jadi urusan Abang karena kamu pacar Abang.” Kejora membelalakan mata,
“Di sini kita aman,” kata Arjuna seraya menurunkan Kejora di atas sebuah ranjang.Suara berisik tadi memang tidak terdengar lagi setelah mereka memasuki basement.“Bagaimana dengan pelayan?” Kejora bertanya dan Arjuna malah tersenyum lalu mengusap kepala sang gadis.“Mereka punya basement sendiri untuk cuaca seperti ini,” balas Arjuna lalu menarik selimut untuk Kejora.Mata Kejora memindai sekitar, ruang basement ini seperti apartemen tipe studio dengan fasilitas lengkap bahkan ada proyektor dan genset sehingga lampu di ruangan itu dapat menyala.Sofa set ada di sebelah kanan ranjang dengan mini pantry dan kulkas, Kejora bisa menebak kalau kulkas itu penuh dengan makanan dan minuman ringan.“Kamu haus?” Arjuna bertanya, langsung menuju kulkas lalu membuka pintunya.Kejora mengerjap, merasa tidak enak hati karena Arjuna menangkap basah dirinya sedang mengamati ruangan tersebut.Ah, dimana sopan santun Kejora?“Kamu mau minum apa?” Pria itu bertanya lagi padahal Kejora belum sempat menj
“Baik ... rapat saya akhiri dan seperti biasa kita akan evaluasi dua minggu lagi,” ujar Kalila mengakhiri rapat bersama para pimpinan di perusahaannya.Eva memutuskan sambungan video jarak jauh tersebut lalu mematikan laptop.Kalila segera membuka blazernya meninggalkan gaun tidur satin dengan tali spaghety di bagian pundak.Merasa kegerahan berlama-lama menggunakan blazer di ruangan tanpa AC.Eva sibuk membereskan beberapa berkas yang berserakan di lantai kamar mandi yang berada di kamar Kalila.Kalila baru saja melakukan rapat koordinasinya dari dalam kamar mandi saking tidak ingin membantah secara langsung perintah King.Alasan sampai saat ini mereka belum melakukan bulan madu adalah karena padatnya jadwal pekerjaan yang menuntut mereka bersikap profesional.Lalu kemudian Kalila hamil dan King seenaknya melarang Kalila bekerja, mana bisa begitu?Lantas siapa yang memimpin perusahaan?Tapi kalila tidak hilang akal, ia berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada untuk bekerja dari ru
“Udah siap?” Arjuna yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu, bertanya demikian.Kejora menoleh dari cermin yang sedari tadi ia pandangi kemudian tersenyum tipis lantas menganggukan kepala sebagai jawaban.Rencananya hari ini mereka akan pergi ke Dublin mengunjungi rumah kedua orangtua Arjuna.Tidak ada tas yang dibawa Kejora maupun Arjuna, pakaian yang mendadak Arjuna beli ketika mereka sampai di sini memang sengaja ditinggal, siapa tau ke depannya terjadi sesuatu dan mereka harus kabur ke sini lagi.Senyum Arjuna sangat lebar mengagumi kecantikan tunangannya yang sedang berjalan mendekat.“Ayo,” kata Kejora dan selanjutnya Kejora merasakan jemari Arjuna melingkupi kelima jarinya, menggenggam erat dari mulai menuruni tangga hingga masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka.Kejora melirik tangannya yang masih di genggam Arjuna meski hampir satu jam driver melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang keluar dari kota kecil yang merupakan kampung halaman sang Nenek.Siapa sangka d
Walaupun Narendra dan Aura adalah kedua orang tua kandungnya tapi Kejora takut bertemu mereka.Tentu saja Kejora merasa sangat berdosa sampai tidak berani menghubungi mereka.Belum pernah Kejora setakut ini menginjakan kaki di rumahnya sendiri.Kejora dan Arjuna disambut satpam rumah lalu dipersilahkan masuk oleh Pak Haris yang merupakan kepala asisten rumah tangga.“Silahkan Nona, semua sudah menunggu di ruang makan,” kata beliau memberitau.Kejora sempat ragu tapi genggaman tangan Arjuna seakan memberinya kekuatan.Ia memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan meminta maaf kepada seluruh keluarga.Menghirup napas dalam untuk mengumpulkan keberaniannya, Kejora mulai melangkah menuju ruang tamu.Kejora tertegun saat di meja makan sudah berkumpul semua anggota keluarganya.Termasuk Kakek Nenek dari pihak Ayah dan Bunda beserta Kakak iparnya, hanya kurang Kalila yang dikabarkan tengah hamil muda.Tapi setidaknya berkurang satu orang yang akan mencecarnya.Meski begitu tetap
Memiliki Nenek yang merupakan owner dari salah satu agensi modeling ternama di Indonesia bahkan sampai ke Paris tentunya membuat Kejora familiar dengan fashion show.Hanya membutuhkan beberapa jam gladi resik, Kejora bisa tampil memukau seperti malam ini.Nenek mertua dari Abang pertamanya Kejora itu sampai merasa tersanjung karena Kejora bersedia mengisi acara malam ini.Beliau sampai mengganti model yang akan membawakan rancangan masterpiece-nya dengan Kejora tapi tentu saja Kejora menolak, pasalnya ia hanya menggantikan model biasa bukan model utama yang seharusnya membawakan maha karya Ibu Aneu.Kejora tidak membutuhkan popularitas sampai sebegitunya hingga memotong jalur prestasi seseorang.Malam ini seluruh keluarga besarnya berkumpul hanya untuk menyaksikan sang bintang di keluarga mereka melenggak-lenggokan tubuhnya di atas catwalk.Bak model profesional dengan sorot mata tajam dan senyum tipis juga gerakan indah yang seperti sudah melekat dalam jiwanya—Kejora menampilkan kary
Seminggu rasanya seperti setahun bagi Arjuna, rindunya menggelegak di dalam dada.Keterlaluan memang Kejora, setelah Arjuna memperbaiki hubungan mereka dan baru bisa dengan lepas mencintainya—sang gadis malah tidak ingin kembali bersamanya ke Berlin.Memutuskan untuk memperpanjang masa tinggalnya di Indonesia meski hanya satu minggu tapi sangat menyiksa Arjuna.Arjuna nyaris gila selama jauh dari Kejora, setiap hari melakukan panggilan telepon, bertukar chat tapi itu masih belum bisa menghilangkan dahaga Arjuna akan kerinduannya pada Kejora.Kejora sendiri merasa dunia ini terbalik setelah Arjuna membawanya kabur dari pesta pernikahan mereka.Meskipun Kejora bersikap biasa, masih seperti dulu kepada Arjuna karena cintanya tidak pernah padam namun sikap Arjuna yang sekarang membuat cinta Kejora berbalas dua kali lipat.Seperti yang sudah dijadwalkan, hari ini adalah jadwal Kejora kembali ke Berlin.Arjuna telah sampai di Bandara dari satu jam lalu, menunggu di sebuah coffe shop sendiri
“Baby girl!” “Marviiiiinnn!” Kejora langsung berlari berhamburan memeluk Marvin.Hari pertama kuliah setelah libur panjang dan Kejora sangat antusias karena akan bertemu Marvin.Siapa lagi? Kejora tidak memiliki sahabat selain Marvin. “Bagaimana liburanmu?” tanya Marvin, satu tangannya merangkul pundak Kejora melangkah beriringan melewati taman menuju gedung fakultas.“Menyenangkan, kamu?” “Begitulah, aku di hukum untuk membantu Ayah di kantor,” keluh Marvin dengan ekspresi teraniaya.Kejora tergelak melihat wajah Marvin yang menurutnya jenaka. “Kamu memang harus sudah bisa menggantikan Ayahmu, Marv ... sebentar lagi kita lulus dan kamu akan memegang perusahaannya.” Marvin menganggukan kepala setuju dengan ucapan Kejora. “Lalu kamu? Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus?” tanya Marvin, jika jawabannya kembali ke Indonesia—Marvin akan sangat sedih.“Aku akan menikah,” jawab Kejora enteng.“Masih tinggal di Berlin?” tanya Marvin memastikan.“Tentu saja, aku akan menikahi Arjuna