Keputusan besar yang Arjuna ambil ini tentu merupakan tindakan paling nekat dalam hidupnya.Menculik calon istri orang dengan dirinya pun lari dari pesta pernikahannya sendiri.Tapi jika ia tidak melakukan ini mungkin akan menyesal seumur hidup.Sebetulnya hanya dukungan para sahabat yang ia butuhkan. Arjuna tidak ingin disalahkan jika kondisi mental Elma semakin memburuk hingga harus dirawat di rumah sakit jiwa atau mungkin sampai kehilangan nyawa.Dan ketika para sahabatnya memberi dukungan bahkan memberi jalan untuk ia bisa keluar dari neraka yang diciptakan Elma, Arjuna pun tidak membuang kesempatan itu.Tapi bagaimana keluarga Gunadhya? Apakah sang Mommy bisa menjelaskan kepada mereka sementara ia tidak menceritakan apapun mengenai perkara ini?Sejujurnya Arjuna tidak peduli dengan keluarga Benedict karena sudah banyak yang mereka ambil dari Daddynya jadi ia pikir tidak masalah kalau sekarang Benedict harus kehilangan seorang calon menantu.Arjuna belum mengetahui jika saat ini
King sudah mengetahui tentang penculikan Kejora yang dilakukan oleh Arjuna.Malam itu ia berada di Caffe bersama Arvin membahas pekerjaan, King melihat dengan mata kepala sendiri Arjuna lah yang membekap Kejora dengan sapu tangan lalu menggendongnya ke dalam mobil.King tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, hanya satu kata yang ia pikirkan yaitu Arjuna sangat amatir dalam hal ini.Bisa-bisanya menculik Kejora di tengah-tengah keluarganya.Jika saja King tidak mendukung rencana Marvin mungkin ia telah menghentikan Arjuna.Pantas saja sebelumnya King melihat salah satu teman Arjuna sibuk mondar-mandir seperti sedang mengawasi keadaan.Dari tempatnya duduk King juga bisa melihat Marvin sedang berdiri di balik pilar mengawasi calon istrinya yang sedang diculik oleh Arjuna.King jadi mengurungkan niat untuk memberitau Marvin.Sama dengan Marvin, saat itu kelegaan juga dirasakan oleh King.Selama ini King menjadi tempat curhat Arjuna, sahabatnya yang labil itu sering kali mendapat keke
“Selamat, istri anda sedang mengandung.” Ucapan Dokter yang diiringi uluran tangan membuat King mematung menatap sang Dokter tanpa satu pun kata yang bisa ia keluarkan.Ayah Narendra yang berinisiatif menggantikan King menjabat tangan sang Dokter karena anak menantunya masih syok.Tentu saja syok, siapa yang tidak?Sang istri ternyata sedang mengandung penerusnya, sangat cepat diluar perkiraan.Bunda Aura menepuk pundak King membuat pria itu terhenyak.“Apa katanya tadi, Bun?” King menoleh ke samping bertanya pada sang Ibu mertua.“Kamu akan menjadi Ayah,” kata Bunda dengan binar di matanya.“Saya akan menjadi Ayah, Dok?” tanya King mencari keyakinan.“Betul sekali, istri anda sedang mengandung dengan usia kehamilannya tiga minggu ... usia rentan tapi saya cukup yakin jika kandungan Nyonya Alterio sangat kuat,” ujar sang Dokter menjelaskan.“Ahaha ... aku akan menjadi Ayah!” King berseru, menjabat tangan sang Dokter.“Yah ... Ayah akan punya cucu dari Kalila.” King tampak kegirangan
“Pinjem charger hape!” Kejora berseru seraya menengadahkan tangannya ke depan Arjuna yang sedang duduk di meja kerja dengan laptop menyala.Arjuna menoleh, tersenyum jail lantas mengecup telapak tangan Kejora.“Iiih ... jijik tau!!” pekik Kejora kesal sambil mengerucutkan wajah dan mengibas-ngibaskan tangannya.Arjuna tertawa pelan, tawa itu yang dulu selalu membuat hati Kejora meleleh dan sampai sekarang pun masih begitu.“Cepetan!! Kejora mau telepon Marvin!” Kejora gemas sampai menghentakan kaki ke lantai, wajahnya masih dalam mode memberengut sebal.Kemudian memekik lagi saat Arjuna malah menarik tangannya hingga Kejora berakhir di atas pangkuan sang pria.“Bang Juna!” Kejora meronta tapi tenaga Arjuna sedang yang mengungkungnya tentu lebih besar.“Ngapain telepon Marvin?” Arjuna bertanya dengan sedikit senyum di bibirnya.“Memangnya kenapa? Bukan urusan Bang Juna!” ketus Kejora menantap tajam Arjuna.“Sekarang jadi urusan Abang karena kamu pacar Abang.” Kejora membelalakan mata,
“Di sini kita aman,” kata Arjuna seraya menurunkan Kejora di atas sebuah ranjang.Suara berisik tadi memang tidak terdengar lagi setelah mereka memasuki basement.“Bagaimana dengan pelayan?” Kejora bertanya dan Arjuna malah tersenyum lalu mengusap kepala sang gadis.“Mereka punya basement sendiri untuk cuaca seperti ini,” balas Arjuna lalu menarik selimut untuk Kejora.Mata Kejora memindai sekitar, ruang basement ini seperti apartemen tipe studio dengan fasilitas lengkap bahkan ada proyektor dan genset sehingga lampu di ruangan itu dapat menyala.Sofa set ada di sebelah kanan ranjang dengan mini pantry dan kulkas, Kejora bisa menebak kalau kulkas itu penuh dengan makanan dan minuman ringan.“Kamu haus?” Arjuna bertanya, langsung menuju kulkas lalu membuka pintunya.Kejora mengerjap, merasa tidak enak hati karena Arjuna menangkap basah dirinya sedang mengamati ruangan tersebut.Ah, dimana sopan santun Kejora?“Kamu mau minum apa?” Pria itu bertanya lagi padahal Kejora belum sempat menj
“Baik ... rapat saya akhiri dan seperti biasa kita akan evaluasi dua minggu lagi,” ujar Kalila mengakhiri rapat bersama para pimpinan di perusahaannya.Eva memutuskan sambungan video jarak jauh tersebut lalu mematikan laptop.Kalila segera membuka blazernya meninggalkan gaun tidur satin dengan tali spaghety di bagian pundak.Merasa kegerahan berlama-lama menggunakan blazer di ruangan tanpa AC.Eva sibuk membereskan beberapa berkas yang berserakan di lantai kamar mandi yang berada di kamar Kalila.Kalila baru saja melakukan rapat koordinasinya dari dalam kamar mandi saking tidak ingin membantah secara langsung perintah King.Alasan sampai saat ini mereka belum melakukan bulan madu adalah karena padatnya jadwal pekerjaan yang menuntut mereka bersikap profesional.Lalu kemudian Kalila hamil dan King seenaknya melarang Kalila bekerja, mana bisa begitu?Lantas siapa yang memimpin perusahaan?Tapi kalila tidak hilang akal, ia berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada untuk bekerja dari ru
“Udah siap?” Arjuna yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu, bertanya demikian.Kejora menoleh dari cermin yang sedari tadi ia pandangi kemudian tersenyum tipis lantas menganggukan kepala sebagai jawaban.Rencananya hari ini mereka akan pergi ke Dublin mengunjungi rumah kedua orangtua Arjuna.Tidak ada tas yang dibawa Kejora maupun Arjuna, pakaian yang mendadak Arjuna beli ketika mereka sampai di sini memang sengaja ditinggal, siapa tau ke depannya terjadi sesuatu dan mereka harus kabur ke sini lagi.Senyum Arjuna sangat lebar mengagumi kecantikan tunangannya yang sedang berjalan mendekat.“Ayo,” kata Kejora dan selanjutnya Kejora merasakan jemari Arjuna melingkupi kelima jarinya, menggenggam erat dari mulai menuruni tangga hingga masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka.Kejora melirik tangannya yang masih di genggam Arjuna meski hampir satu jam driver melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang keluar dari kota kecil yang merupakan kampung halaman sang Nenek.Siapa sangka d
Walaupun Narendra dan Aura adalah kedua orang tua kandungnya tapi Kejora takut bertemu mereka.Tentu saja Kejora merasa sangat berdosa sampai tidak berani menghubungi mereka.Belum pernah Kejora setakut ini menginjakan kaki di rumahnya sendiri.Kejora dan Arjuna disambut satpam rumah lalu dipersilahkan masuk oleh Pak Haris yang merupakan kepala asisten rumah tangga.“Silahkan Nona, semua sudah menunggu di ruang makan,” kata beliau memberitau.Kejora sempat ragu tapi genggaman tangan Arjuna seakan memberinya kekuatan.Ia memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan meminta maaf kepada seluruh keluarga.Menghirup napas dalam untuk mengumpulkan keberaniannya, Kejora mulai melangkah menuju ruang tamu.Kejora tertegun saat di meja makan sudah berkumpul semua anggota keluarganya.Termasuk Kakek Nenek dari pihak Ayah dan Bunda beserta Kakak iparnya, hanya kurang Kalila yang dikabarkan tengah hamil muda.Tapi setidaknya berkurang satu orang yang akan mencecarnya.Meski begitu tetap
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya