Mata Tamara membulat saat pria yang duduk di hadapannya itu memberi sebuah kabar yang sangat mengejutkan bagi dirinya. Kepalan tangannya memukul meja untuk melampiaskan kekesalannya. Bagaimana mungkin Jason membelikan rumah baru pada asisten pribadinya. Pasti ada sesuatu di balik semua yang dilakukan Jason. Dada Tamara bergemuruh. Asisten Jason adalah perempuan yang menarik dan bisa dikategorikan cantik. Bukan tidak mungkin Jason menaruh hati padanya."Awasi terus perempuan itu. Awasi Jason juga saat bersama perempuan itu ke mana pun mereka pergi," titah Tamara pada anak buahnya itu."Baik, Nona Tamara." Dada Tamara bergemuruh. Dia harus selalu mengawasi gerak-gerik Jason di kantor. Hatinya begitu menaruh curiga pada asisten pribadi tunangannya itu.Sementara itu di kantornya, Jason meminta Nila untuk menemaninya makan siang. Namun, Nila tampak ragu-ragu. Dia takut tiba-tiba tunangan bosnya itu datang dan akan membuat masalah dengannya. "Kamu sepertinya tidak berkenan menemani saya
Nila melangkah masuk ke halaman sekolah Haiden untuk menjemput putranya sore itu. Dia sedikit terlambat karena Jason memberinya tugas sebelum pria itu pergi meninggalkan kantor. Namun, saat hampir sampai di luar kelas Haiden, dia terkejut melihat putranya sedang bersama dengan seorang pria."Mama!" seru Haiden memanggilnya. Nila yang begitu kaget saat pria itu berbalik. Pria itu pun terkejut melihatnya."Pak Jason?" ucap Nila dengan tenggorokan tercekat."Nila, kenapa kamu di sini?" Jason menggandeng tangan Haiden mendekat pada Nila. Dia pun tak kalah terkejutnya saat Haiden menghambur pada Nila."Ini mamaku, Om." Ucapan Haiden membuat Jason membulatkan mata. "Mama, ini Om Baik Hati," ucap bocah itu memperkenalkan.Nila dan Jason saling menatap satu sama lain. "Jadi, ternyata kamu mamanya Haiden?" tanya Jason. Pria itu telihat senang."Iya, Pak. Haiden juga sering bercerita tentang Om Baik Hati. Te
Nila duduk di pantry sambil menyesapi kopi yang beberapa saat lalu dia buat. Pikirannya melayang ke mana-mana. Tepatnya, ke dalam ruangan bioskop di mana Jason menciumnya. Dia bingung menyikapi perlakuan Jason. Setelah kontak fisik mereka yang begitu dekat itu, tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara dirinya dan Jason tentang hal itu. Namun sikap Jason padanya begitu perhatian. Apalagi terhadap Haiden. Nila memang tidak berani berharap Jason akan mengutarakan perasaannya. Dia juga sadar posisi Jason. Namun perempuan mana yang tidak melayang jika diperlakukan seromantis itu, apalagi oleh seorang pria yang memiliki sejuta pesona. "Hei, ngelamun aja." Danu yang baru saja masuk ke dalam pantry membuat Nila terkesiap. Lamunannya tentang Jason buyar. "Ngagetin aja deh, Pak," gerutu Nila sambil mulutnya mengerucut."Habisnya kamu ngelamun gitu. Kesambet loh ntar," kekeh Danu sambil menarik kursi di seberang meja Nila. "Mikirin apa sih?" tanyanya penasaran."Nggak mikirin apa-apa kok,
Jason menemui Tamara di apartemen mewahnya di tengah kota. Tamara tampak senang saat membuka pintu dan menyambut Jason dengan ciuman hangat di pipi. "Aku merindukanmu, Sayang. Ayo masuk," kata Tamara sambil menggandeng tangan Jason. Namun, Jason pelan menarik tangannya, membuat perempuan itu mengerutkan kening.Suasana berubah drastis ketika mereka duduk di sofa. Jason terlihat tegang, dan tatapan matanya terkesan bingung dan penuh keragu-raguan. Tamara merasa ada yang tidak beres."Apa yang terjadi, Jason? Kamu terlihat cemas. Apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Tamara dengan nada khawatir.Jason mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab dengan suara gemetar, "Tamara, aku datang kemari bukan untuk alasan yang menyenangkan." Wajahnya tampak sedih namun juga determinasi. "Aku ingin memutuskan hubungan kita."Tamara merasa dunianya hancur dalam sekejap. Ia tidak mampu mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Memutuskan hubungan kita? Tapi ... kenapa, Jason? Apa yang salah?"Jason
Tamara mengepalkan tangan dan rahangnya gemeretak mendengarkan laporan dari orang kepercayaannya. Dadanya dipenuhi dengan amarah yang meluap-luap. Amarah yang bercampur dengan perasaan cemburu dan juga kebencian terhadap perempuan bernama Nila."Tuan Jason sudah lama mencari perempuan itu.""Kurang ajar!" maki Tamara geram. Jadi selama empat tahun ini hubungannya dengan Jason begitu dingin, karena Jason telah jatuh cinta dengan perempuan itu. Perempuan yang ditidurinya dalam percintaan semalam. Tamara berusaha menenangkan diri dari amarah yang berkecamuk dalam dada. Dia tidak bisa membiarkan ini. Dia tidak akan pernah membiarkan Jason bersama Nila. ***Jason tersenyum-senyum sendiri sambil mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah restauran di mana dia akan mengajak Nila makan malam. Di sampingnya, Nila terdiam dengan rasa canggung yang luar biasa. "Apa Haiden akan baik-baik saja dititipkan pada teman kamu?" tanya Jason memecah kesunyian diantara mereka. "Saya sudah biasa menitipkan H
Nila duduk di ruang tamu rumahnya, menikmati keheningan malam. Dia sedang terpaku pada pikirannya tentang masa lalu yang kelam dengan Jason, mantan tunangannya. Hubungan mereka berakhir dengan banyak luka dan sakit hati. Nila berusaha keras melupakan semuanya, tetapi takdir sepertinya tidak ingin membiarkan dia begitu saja.Pintu rumahnya tiba-tiba digedor dengan kasar. Nila terkejut dan bergegas membukanya. Di depannya, tampak Tamara, mantan pacar Jason yang sudah lama menjadi musuh bebuyutan Nila.Tanpa kata-kata sapaan, Tamara langsung menyerang Nila dengan serangan kata-kata yang menyakitkan. Dia memaki-maki Nila, menghina dan merendahkan dirinya. Tangis Nila mulai mengalir, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang dan mencari tahu alasan Tamara datang ke sana."Kamu perempuan tak tahu diri! Kamu sudah menghancurkan hubunganku dengan Jason. Dasar perempuan rendahan, perempuan murahan!"Tamara menatap Nila dengan pandangan penuh penasaran. "Kamu pikir kamu bisa merampas Jason dariku d
Nila benar-benar resign dari perusahaan. Namun, Jason benar-benar memaksa memberikan modal padanya untuk memulai usaha. Meskipun dia menolak, tapi Jason tidak suka penolakan. Nila akhirnya pasrah. Niat hati ingin menghindari pria itu untuk keselamatan Haiden, Jason justru semakin gencar mengejarnya. "Kamu mau usaha apa, sebutkan saja." "Mas, nggak usah.""Nila, pokoknya aku tidak suka kamu nolak pemberianku, okay. Tugasmu hanya menerima apa yang aku berikan padamu." Jason mengatakannya dengan nada tegas. Nila menghela napas dalam-dalam. Tak ada gunanya dia berdebat dengan Jason, karena dia pasti akan kalah. "Aku mau buka butik. Sebenarnya aku suka mendesain pakaian.""Bagus sekali, Nila." Jason mengambil ponsel di saku kemejanya. "Ya, Rolland, cari perumahan toko yang cukup besar. Ya, terserah kamu nego harganya. Kalau sudah dapat segera mengabariku." Nila melongo. Orang kaya memang serba mudah. Semua yang diinginkan bisa terlaksana detik itu juga. "Okay, semua sudah beres. Kalau
Jason baru saja mengemudikan mobilnya keluar dari halaman rumah Nila, saat Santi meneleponnya dan memberitahukan kabar yang sangat mengejutkannya. Dengan tangan gemetar, Jason berucap, "Mama jangan mengada-ada.""Mama mengatakan yang sebenarnya, Tamara sekarang kritis di rumah sakit." Jason merasa detak jantungnya hampir berhenti. "Kenapa dia melakukan itu, Ma.""Sebaiknya kamu ke rumah sakit sekarang dan cek keadaan Tamara." Jason menutup telepon dan menghela napas dalam-dalam. Dia tidak menyangka Tamara akan nekat melakukan hal seperti itu. Meskipun dirinya yakin Tamara ingin membuatnya merasa bersalah karena telah memutuskan pertunangan mereka, tapi Jason tetap merasa bertanggung jawab atas tindakan Tamara. Saat tiba di rumah sakit, Jason berlari ke pintu masuk gawat darurat, mencari tahu informasi tentang Tamara. Dia diarahkan ke ruang tunggu, di mana detak jam dinding terasa seperti pukulan di dadanya.Akhirnya, seorang perawat keluar dan memanggil nama Jason. Dia menghela na